BAB KE : 74HASRAT RONAL DI RUMAH MAKHLUK BUNIAN 16+Cahaya rembulan berpadu dengan lampu gantung dengan bahan bakar minyak, membuat kampung ini cukup terang disaat malam telah sempurna menyelubungi bumi. Mungkin sekitar pukul setengah delapan malam, Ronal dan Seruni baru memasuki wilayah perkampungan tersebut. Anak-anak kecil masih terlihat di luar rumah bermain bersama teman-temannya. Kehadiran Ronal dan Seruni tidak begitu menarik perhatian mereka. Mereka asik saja bersorak-sorai bermain dengan teman sebaya. Rumah yang ada di kampung ini semuanya berbentuk panggung dengan berbahan kayu dan papan, ada juga dindingnya yang masih memakai geribik. Seruni membawa Ronal menuju sebuah rumah yang di depannya ada pohon jeruk bali. Inilah tempat tinggal Seruni, seperti rumah penduduk yang lain, penerangan di rumah Seruni juga terdiri dari beberapa lampu gantung. Tanpa mengucapkan salam, Seruni menaiki tangga rumah dengan berpijak pada satu persatu dari empat anak tangga yang menj
BAB KE : 75PELET GADIS BUNIAN 16+Entah kopi jenis apa yang diminum Ronal, sehingga keadaan tubuhnya berubah dengan drastis. Rasa dingin sudah tidak ada lagi, malah gerah sekarang yang menyerang. "Untung kamu diselamatkan oleh anak saya ... jika tidak, entah apa yang akan terjadi dengan dirimu. Belum ada yang selamat, bila telah lebih satu malam berada di hutan larangan," ucap Membah. "Hutan larangan?" Ronal terlihat bingung dengan dahi berkerut menatap ke arah Membah. "Iya, hutan larangan. Tempat kamu pingsan itu adalah hutan larangan, hutan yang tidak memiliki kekuasaan dan aturan. Siapa yang kuat, maka dialah yang berkuasa di sana." Membah menerangkan. Apa yang disampaikan Membah malah membuat Ronal semakin bingung, dia benar-benar tidak mengerti, apa itu hutan larangan. "Hutan itu dulunya adalah milik warga sini, tempat kami berkebun. Namun, ada beberapa makhluk buangan yang masuk wilayah tersebut. Keberadaan mereka sangat menganggu penggarap lahan yang bertani di sana," la
BAB KE : 76 KESADARAN RONAL MULAI PULIH16+"Terima kasih, Bah. Semua ini terjadi karena kerja keras Membah ... Mudah-mudahan dengan menikah dengan dia, status sosial kita di kampung ini bisa terangkat," kata Seruni lirih. Ternyata hal yang sama juga terjadi di perkampungan Bunian, derajat mereka akan terangkat bila memiliki pasangan dari golongan manusia. Seruni duduk di salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut, dia ingin menunggu Ronal sambil ngobrol dengan Membah-nya. Sesaat kemudian terlihat mereka begitu asik berbicara. Entah apa yang mereka obrolkan. Sementara itu, Ronal telah mulai menuruni tangga. Ternyata dapur dan kamar mandi di rumah ini terletak di bawah, yang lantainya langsung berada di atas tanah. Walau berada di atas tanah, tapi telah dibalur dengan coran kasar. Ronal berjalan sesuai dengan petunjuk Seruni tadi, dia memasuki kamar mandi yang ada di pojok dapur. Ruangan kamar mandi tersebut cukup besar, bak penampungan air juga cukup besar. Handuk, pakaia
BAB KE : 77RONAL DIPAKSA NIKAH 16+Dalam hati Ronal bertanya, makhluk apa yang barusan dia lihat. Rasanya Ronal belum pernah melihat makhluk itu, makhluk kerdil dengan wajah aneh. Tingginya mungkin tidak sampai lima puluh senti, persis seperti manusia, dengan wajah yang berbeda. Hidungnya kecil panjang dan lancip, mata besar berwarna merah, daun telinganya panjang seperti telinga kambing, dan makhluk itu bertanduk di kening seperti cula badak. "Tak ada ciptaan Tuhan yang lebih sempurna selain manusia," batin Ronal, untuk menenangkan diri. Rasio dalam otak Ronal kembali bekerja, membuat dia lebih mengikuti logika dibanding perasaan. Rasa takut yang tadi sempat hadir kembali sirna. Aroma kembang yang tercium pun dia abaikan. Rasa penasaran membuat Ronal mengintip ke bawah kolong rumah. Matanya dengan awas menyapu seluruh area kolong, tapi dia tidak melihat apa-apa. Aroma kembang pun sirna entah ke mana. Merasa semua area kolong rumah telah dia sapu dengan pandangannya, dan tid
BAB KE : 78WAJAH SERUNI YANG ANEH 16+Deg dag dug dug!Bentakan Membah seakan langsung menghantam jantung Ronal, dadanya semakin berdebar dengan tak karuan, rasa kesal dan takut berbaur menjadi satu. "Heran ... negeri apa ini? Baru ketemu dalam hitungan jam sudah disuruh nikah. Kegatalan amat nih aki-aki," batin Ronal. "Kamu ngedumel dalam hati, ya?" Membah bertanya dengan mata melotot ke arah Ronal, tapi kedua bibirnya bergerak turun naik seperti nenek-nenek mengisap susur. Ketika dada sedang bergemuruh tak jelas, tiba-tiba datang pertanyaan yang seperti menuduh dengan tatapan mata melotot membuat Ronal jadi jengkel, pengen marah, tapi takut. Apalagi Membah seakan-akan mengetahui apa yang sedang dibatinkan Ronal. Terpaksa dengan gelagapan Ronal mengangkat kedua telapak tangannya yang terkembang ke arah Membah. "Tidak, Bah ... tidak!" Bibir Ronal gemetar dengan wajah sedikit pucat. Telapak tangannya mengayun ke kiri dan kanan disertai gelengan kepala.Melihat sikap Ronal yang
BAB KE : 79INGATAN RONAL TELAH PULIH 16+"Bahhhh! Jangan begitu?!" teriak Seruni sambil menunjuk mulutnya sendiri dengan menggerakan pipinya turun-naik sehingga terlihat kembang-kempot, menirukan apa yang sedang dilakukan Membah. Setelah itu dengan cepat dia memutar tubuh membelakangi Membah dan Ronal dengan telapak tangan menutup wajah."Aduh ... lupa!?" Membah tepuk jidat dan langsung berdiri, lalu melangkah dengan gegas menghampiri Seruni. "Maaf, Membah lupa! Tadi Membah ingin membaca isi hatinya, makanya Membah rapal ajian mantra membuka tabir menilik jiwa," lanjut Membah setelah dia berada di dekat Seruni yang masih membelakanginya. Rupanya pipi kembang-kempot dan mulut yang seperti ngemut susur adalah ritual Membah dalam melepaskan ajian tertentu untuk mengetahui isi hati Ronal. Pantas saja apa yang dikatakan Ronal dalam hati tadi, selalu diketahui Membah. "Seharusnya Membah jangan merapal ajian itu di dekat Seruni! Bagaimana kalau dia melihat wajah asli Seruni, bisa k
BAB KE : 80 BELATUNG DI DALAM PIRING NASI16+Karena kebingungan Ronal telah sirna, dia mulai menyadari dan memahami apa yang terjadi sebenarnya. Apa yang dialaminya selama ini semua berawal dari ulah Ratu Kencana Wangi. "Oke, kehidupan saya memang sudah kacau dan berantakan, dan saya sekarang entah di mana? Boleh, boleh aja ... jika dedemit, sontoloyo, setan belang atau apapun jenisnya. Bagi yang ingin main-main dengan saya! Boleh, boleh ... oke ... oke, saya siap!" Ronal membatin dalam hati sambil mangut-mangut."Saya tidak takut! Belum tahu dia siapa Ronal, disaat masih bau kencur saja, saya sudah sukses memerankan tokoh kunti, tokoh pocong dan makhluk mengerikan lainnya untuk menakut-nakuti teman-teman saya. Sekarang ada yang ingin menguji mental saya? Ayo kita berjibaku!? Ha ha ha!" tantang Ronal ... tapi masih tetap dengan membatin dalam hati. Untunglah Membah sedang tidak merapal ajian 'membuka tabir menilik jiwa'. Sehingga Membah tidak mengetahui apa kalimat yang ada di
BAB KE : 81MAKAN MALAM ALA MEMBAH 16+"Ya, Tuhan! Makhluk apa yang bersamaku ini?" batin Ronal dengan penuh kecemasan. Ronal berusaha menenangkan diri dengan menekan kecemasannya, dan bersikap sewajar mungkin. "Ayo, ambil lauknya!" Ucapan Seruni, kembali menyadarkan Ronal dari pergolakan hatinya. "Iya, ambil lauknya! Kok malah bengong?" Membah ikut bersuara.Sikap bengong dengan keterkejutan Ronal tadi, diartikan oleh Membah dan Seruni karena pengaruh dari mantra-mantra yang terdahulu. Tentu anggapan seperti ini sangat menguntungkan Ronal, setidaknya Membah dan Seruni tidak akan berpikir lagi bahwa Ronal akan kabur dari mereka. "Nih, enak! Belut balado ... ayo ambil ... ayo ambil!" Membah menyodorkan piring yang berisi lauk. "Astagfirullah!" Ronal membatin ketika melihat isi piring tersebut. Di mata Ronal, apa yang ditawarkan Membah itu bukanlah belut, tapi ular kadud yang dibumbu balado. Besarnya sejempol orang dewasa dengan panjang beberapa centi. Tak ada satu pun dari