Beranda / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Part 9 Dia Datang Lagi

Share

Part 9 Dia Datang Lagi

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-19 14:04:06
Inno berharap istrinya itu menceritakan kejadian seperti yang diceritakan oleh Windi.

Dan benar saja, setelah cukup lama bercerita, akhirnya sampailah apa yang diinginkan olehnya. Amelia sedikit memutar badan untuk menunjukkan sebuah foto pada sang suami. Inno meraih handphone istrinya dan mengamati foto hasil jepretan kamera ponsel wanita itu.

Dia tidak menemukan hal aneh dalam foto tersebut.

"Bagus kok, Sayang. Ternyata kamu bakat juga jadi fotografer," komentar Inno menanggapi.

"Jangan bilang Mas juga nggak lihat foto anak kecil yang jongkok di dekat bunga tasbih itu!" sahut Amelia dengan kesal.

Bukan pujian yang diinginkan Amelia keluar dari mulut Inno, tetapi tanggapan laki-laki itu tentang anak kecil misterius yang ada di dalam foto. Inno memilih diam tak menanggapi, dia tidak mood berdebat apalagi bertengkar.

Inno tak punya tenaga untuk hal tersebut. "Alhamdulillah, akhirnya kita sudah sampai, pasti Evan sudah menunggu," ucapnya mengalihkan pembicaraan.

Mobil bergerak pelan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 10 Accident

    Amelia mengalihkan pandangannya pada Inno dan Evan bergantian. "Please, jangan diminum Mas. Gelas itu sudah pecah," kata Amelia lirih. Evan mengamati gelas kaca di depannya dengan kebingungan. "Gelas ini utuh Mel, apanya yang pecah?" tanyanya heran."Percaya sama aku, Mas!""Sayang, jangan ngaco ah. Kalau pecah airnya ya tumpah lah!" sahut Inno, lantas menyambar gelas di depan Evan. Dan tiba-tiba, krak! Gelas kaca itu pecah di tangan laki-laki tampan itu, bersamaan dengan darah segar merembes dari telapak tangan kanannya yang tergores. Amelia memekik kaget. Evan, Inno, dan Aisyah hanya terpaku. Butuh waktu beberapa detik untuk mencerna apa yang tengah terjadi. Tanpa pikir panjang, Amelia mengambil sapu tangan dari saku celana suaminya lalu membebat telapak tangan lelaki itu. Aisyah berlari ke arah parkir mengambil kotak P3K di dalam mobil. Inno menatap telapak tangannya dengan tatapan penuh tanya. Tiga menit berselang, Aisyah berjalan tergesa sambil membawa kotak obat. Dengan telat

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-20
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 11 Awal Permainan

    Inno memijit kedua pelipisnya yang berdenyut pusing kemudian menarik napas kasar. "Cukup, Amelia! Jangan sok tahu!" bentaknya pada sang istri dengan amarah yang telah meledak. Wajah laki-laki tampan itu mengeras, sekali lagi dia menarik napas panjang dengan lelah. "Aku capek, aku lelah dengan semua ini. Tolong jangan buat semua semakin kacau, kamu mengerti?!" pungkasnya frustasi.Aisyah sontak melirik ke arah center mirror. Gadis itu sangat terkejut dengan suara keras kakaknya. Selama hampir 14 tahun hidup satu atap bersama laki-laki itu, senakal atau sejudes apa pun Inno padanya, dia tidak pernah mendengar Inno membentak orang. Tidak pernah melihat kakaknya itu marah sampai seperti ini. Sedangkan Amelia hanya acuh tak acuh mendengar bentakan dari Inno. Seolah menganggap hanya angin lalu saja. Bahkan sudut bibirnya kembali terangkat sebelah, hanya sekilas. Jika biasanya wanita itu sangat sensitif dengan sikap suaminya maka kali ini dia sama sekali tidak peduli. Jangankan dibentak, Inn

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-21
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 12 Mulai Lagi

    Bu Rudi segera mendekat ke arah sang dokter dan menanyakan keadaan anaknya. Dokter itu tersenyum tipis. "Masa kritis saudara Evanio sudah lewat, Anda semua tidak perlu khawatir," jelasnya ramah."Alhamdulillah," ucap mereka bersamaan sambil menarik napas lega."Syukur alhamdulillah. Kami boleh melihatnya, Dok?" tanya Pak Rudi."Tentu, tapi dua orang dulu ya karena saudara Evan butuh istirahat." Mereka mengangguk mengerti. Dan bersyukur, Evan tidak mengalami luka yang terlalu serius. Memang kecepatan mobil di atas rata-rata saat kecelakaan, yang membuat supercar tersebut ringsek parah. Tetapi, sistem keamanan di dalam mobil mewah itu memang sangat canggih. Di ruang perawatan, Evan belum sadarkan diri. Pak Rudi meminta Inno, Amelia, dan Aisyah untuk pulang. Akhirnya, ketiganya memilih untuk meninggalkan rumah sakit. Karena rasa yang teramat lelah, membuat Inno tertidur pulas di dalam mobil. Jalanan malam kota Jakarta tidak seramai tadi, bahkan sudah berangsur lengang.Sehingga hanya b

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-22
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 13 Kerasukan?

    Inno menatap nanar pada sang istri yang bersikap kasar padanya. Laki-laki itu kembali mendekat dan menatap dalam pada wanita yang berdiri tak nyaman di depannya itu. Dengan hati-hati, Inno meraih tangan Amelia dan menggenggamnya.Sejenak kemudian, laki-laki itu berkata dengan suara pelan, "Kamu kenapa, Sayang? Apa ada yang salah denganku sehingga kamu bersikap seperti ini? Kamu bilang saja, tapi jangan kasar ya, menolak suami." Laki-laki itu sedikit mengangkat telapak tangan hendak mengusap pipi Amelia. Amelia mendengus kasar sembari menyingkirkan tangan Inno. "Jangan banyak bicara, cepat keluar!" teriaknya dengan nada tinggi.Inno kembali tersentak dan memejamkan mata sesaat, kemudian menatap tajam pada Amelia. "Jangan becanda Amelia, nggak lucu! Kamu nggak sedang ada tamu bulanan, kan? Kenapa kamu seperti ini, hah? Aku itu suami kamu, yang berhak atas tubuh kamu!" ucapnya sambil berusaha menahan emosi.Amelia tersenyum miring sekilas. "Nggak ada!" jawabnya lagi dengan ketus. "Lalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-23
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 14 Hanya Dia Yang Bisa Menolongku

    "Kenapa Paman menatapku seperti itu? Seperti kurang pekerjaan." Bu Rini mengusap bahu menantunya pelan. "Nak, jangan ngomong begitu ya, Sayang," ucap wanita paruh baya berparas ayu itu dengan hati-hati.Amelia melirik sekilas pada ibu mertuanya dan menanggapi dengan senyum sinis. "Ibu nggak usah ikut campur!" jawabnya asal."Amelia, astaghfirullah," kata Inno menekan suaranya dengan rahang mengeras. Laki-laki itu mendesah frustasi dengan kedua tangan terkepal erat.Mungkin jika yang berbicara kasar itu bukan seorang perempuan atau istrinya, Inno pasti sudah mendaratkan pukulan ke mulut orang tersebut. Sementara Pak Hendri yang duduk di lengan sofa, masih berusaha menenangkan puteranya. Kemudian pria itu berucap lirih, "Sabar No, yang berbicara seperti itu bukan istrimu. Kalau kamu kehilangan kendali, nggak akan merubah apa pun. Kecuali menyakitinya.""Iya Ayah," jawab Inno dengan tatapan mata masih melekat pada Amelia."Kamu bisa diam nggak, Marvinno? Berisik tahu, nggak? Mendengar u

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-24
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 15 Kado Terindah

    Inno terdiam beberapa saat dan menggaruk pelipisnya dengan jari telunjuk. Inno salah tingkah. Paman Usman yang menyadari hal tersebut hanya tersenyum penuh arti. Dia tahu, pertanyaan itu memang sensitif. Tetapi, demi keselamatan keponakan dan calon cucunya, dia harus berkata jujur.Sekali lagi dia bertanya pada Inno yang belum juga menjawab. "Paman tanya ini untuk memastikan calon anak kalian aman, Inno. Jawab saja. Tapi Paman berharap jawaban kamu sesuai dengan keinginan Paman," ucapnya pelan. Pandangan aneh dari kedua orang tua Inno dan juga Aisyah tertuju pada laki-laki berambut cokelat itu. Inno menggeleng tegas. "Nggak Paman," jawab Inno pada akhirnya. Hal itu tentu, membuat Paman Usman menarik napas lega. "Syukurlah, Nak..." Paman Usman menjeda kalimatnya, lalu kembali berkata lirih, "Paman hanya khawatir saja, wanita itu merasuki raga istrimu saat kalian beribadah. Karena dia seperti terobsesi sama anak kalian Semoga saja, anak kalian laki-laki supaya dia nggak bisa merasuki r

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-25
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 16 Berkumpulnya Trio Semprul

    Amelia menggigit-gigit ujung jari telunjuk dengan gelisah. Wanita cantik itu berusaha membatasi pandangan dengan suaminya. Melihat tingkah sang istri yang membuatnya penasaran, Inno merasa gemas sendiri. "Aku hitung sampai tiga, nggak jawab ..." ancamnya dengan alis naik turun persis seperti playboy yang mengincar mangsanya. "One, two...""Three, tapi Mas Inno janji, nggak akan marah. Aalagi ... pokoknya janji dulu!" sahut Amelia cepat. Hal tersebut membuat Inno mendesah dan menatap gemas pada wanitanya itu.Walaupun tidak tahu apa yang akan dikatakan istrinya, Inno terpaksa mengangguk. "Iya, janji," ucapnya lirih."Itu, Mas, tentang...," Amelia menghentikan ucapannya lagi."Tentang itu, apa? Kayak ditawarin nikah saja. Padahal, dulu pas aku ajak nikah langsung mau," sahut Inno mulai kesal.Amelia memutar bola mata malas mendengar gurauan Inno yang terkesan mengada-ada. "Tentang beasiswa aku itu, lho, Mas!" jawabnya gemas."Kenapa dengan beasiswa kamu? Seharusnya, tanpa kamu tanyakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-26
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 17 Kenapa Tangannya Dingin?

    Heri mendengus dan melirik sinis pada Evan. "Setan nih, orang! Sialan ora sopan," ucapnya sembari mengambil potongan apel yang jatuh di pangkuannya lalu memasukkan ke mulut.Evan memutar bola mata malas mendengar ucapan laki-laki itu, padahal semua berawal darinya. "Sok paling sopan. Terus, apa bedanya sama kamu, Her? Kamu juga sibuk kerja, padahal kamu jones sejati?" sindirnya yang membuat Heri mengangkat bahu tak acuh. "Bedalah. Aku kerja karena tanggung jawab dan panggilan hati, juga negara," jawab Heri berlagak bijak.Inno yang memilih menjadi pendengar, hanya bisa mengangkat sebelah alis menatap kedua temannya itu. Sekali lagi, laki-laki berwajah bule itu menggeleng samar mendengar pembicaraan mereka."Semua pekerjaan itu, harus kita jalani karena rasa tanggung jawab. Jadi, seandainya kita mangkir sehari saja maka kita sudah merasa nggak professional, Her. Bukan masalah jadi miskin atau nggak. Setidaknya, kita harus kasih contoh yang baik untuk bawahan kita. Bener nggak, Nok?" ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-27

Bab terbaru

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 90 End

    3 bulan kemudian...Venezia, ItaliaMusim panas digunakan sebagian masyarakat Italia untuk menikmati hangatnya sinar matahari. Seperti biasa, pantai di timur kota Venezia itu sangat ramai. Di bawah payung-payung berjejer kursi untuk berjemur.Beberapa ratus meter dari mereka, seorang anak berusia dua tahun sibuk bermain pasir. Dia bertepuk tangan riang ketika istana pasir buatannya telah berdiri sempurna."Yeee, Papa, Mama, look at this!" serunya.Amelia yang duduk tidak jauh dari anak dan suaminya, tersenyum lebar. Dia sesekali mengabadikan momen itu dengan kamera handphone. Inno menatap istrinya beberapa detik kemudian mendekat."Masih pusing, Sayang?" tanyanya khawatir.Amelia menggeleng pelan. Dia mengusap pasir yang menempel di lengan suaminya. Inno menunduk dan mengusap perut sang istri."Baik-baik ya, Dek," ucap Inno lalu menatap istrinya. "Kalau kamu pusing, bilang ya, kita pulang," lanjutnya, lalu mencium kepala Amelia.Wanita berhijab itu mengangguk, lalu menunjuk ke arah Ga

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 89 Jodoh Terakhir

    "Masih berlaku tuh, syarat?" tanya Inno."Ya, berlaku. Juga beberapa hal yang aku ingin tahu," jawab Amelia.Inno menaikkan sebelah alis. Laki-laki itu terpaksa mengangguk. "Tapi aku nggak mau kalau syaratnya bakalan merusak mood kita hari ini!" tegasnya. "Aku ingin menikmati hari bahagia ini bersama kalian semua," imbuh Inno.Sebelum Amelia menyahut, tiba-tiba Irfan menyeruak di tengah-tengah Inno dan Amelia. Pemuda yang baru saja menjadi wali nikah kakaknya itu tersenyum jahil."Baru kali ini aku lihat Mbak Amelia benar-benar jungkir balik karena cintanya Mas Inno. Huhu!" ledek Irfan kemudian berlalu sambil menggendong Gabriele.Amelia tertunduk malu, apalagi Inno menatapnya begitu lekat. Ternyata Inno tidak hanya membuat acara di masjid. Laki-laki itu juga mengadakan resepsi di ballroom hotel berbintang. Acara di hotel dihadiri ratusan undangan. Amelia menoleh pada Inno, ketika Elena menghampirinya sambil memberikan serangkai bunga mawar. "Tante, apa Tante Ambar juga sayang sama

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 88 Simpul Halal

    Masjid Al Arif, dipilih Danu sebagai tempat akad nikah. Para santri dan pengurus pondok telah menunggu peristiwa sakral itu. Tenda juga telah dipasang dengan hiasan bunga-bunga.Amelia didampingi Umi dan Haznia berjalan sambil menunduk. Amelia benar-benar memasrahkan semua perjalanan hidupnya pada Allah. Meskipun ada keraguan, dia pantang mempermalukan orang lain. Danu adalah laki-laki yang sangat baik. Amelia berjanji dalam hati, akan menjadi istri yang baik untuk Danu dan ibu untuk Elena.Wanita itu tidak melihat keberadaan Gabriele. Amelia mengeryit ketika seorang santriwati mendekat sambil memberikan serangkai bunga mawar bercampur anyelir. Amelia tahu, bunga itu dari Inno.Haznia mengambil selembar kertas kecil yang terselip di antara bunga-bunga itu. Lalu menyodorkan pada Amelia.["Aku kembalikan Gabriele. Terima kasih sudah bersabar menghadapi sikapku. Bismillah ya, Sayang. Jangan menangis lagi, Amelia."]"Mas Inno," gumam Amelia tercekat. Dia memindai sekitar, namun tidak mene

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 87 Menikah?

    Amelia menepis tangan Haznia kemudian beranjak. Wanita itu bertemu pandang dengan Danu di depan pintu. Amelia langsung memalingkan pandangan. Dia berlari ke rumahnya, lalu memasuki kamar.Dia menumpahkan tangis di situ. Tidak peduli dengan panggilan Haznia, Danu, dan Evan. "Mel, buka pintunya sebentar. Aku ingin bicara, Sayang!" bujuk Danu pelan.Amelia mengusap kasar air matanya. "Mas Danu juga tahu hal ini, kan? Kenapa kalian semua jahat?" teriaknya dari dalam kamar."Makanya, buka pintu dulu." Danu terus membujuk, namun Amelia tidak peduli.Dia benar-benar kecewa pada semua orang. Semuanya! Jika Evan dan Haznia tahu alasan Inno selingkuh dengan Daniela, tentu Umi, dan Irfan juga tahu. Begitu juga orang tua Inno.Tubuh Amelia meluruh di tepi ranjang. Dia memeluk lutut dan membenamkan wajah di sela-sela lutut. "Kenapa kamu lakukan ini, Mas? Kenapa? Apa begini cara Mas Inno melindungi aku dan Gabriele? Bagaimana kalau seandainya Mas nggak kembali?" Di depan pintu, Evan menatap Danu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 86 Menyalahi Kesepakatan

    Laki-laki itu masih belum mau beranjak dari tempatnya. Telapak tangannya mengusap-usap kepala seekor kucing. Dia mengambil kucing itu dan memangkunya."Lho, Nak Danu, kok nggak masuk? Malah duduk di sini?" tanya Bu Rini.Danu tersenyum, kemudian menoleh ke arah Inno yang masih bercengkerama dengan Gabriele. Rupanya Inno belum menyadari kedatangan Danu. Dia masih asyik menjelaskan beberapa hal pada puteranya itu."Inno, ada Nak Danu, malah di situ!" panggil Bu Rini.Sontak Inno menoleh. Laki-laki itu menatap Danu dan tersenyum canggung. Gabriele berdiri di samping Inno sambil berpegangan bahu papanya."Zio Danu!" "Hai, Ganteng. Kamu lagi main apa sih, asyik banget?"Gabriele nyengir kecil. Dia menoleh pada papanya. Inno langsung bangkit dan menuntun Gabriele mendekati Danu."Silakan masuk, Mas. Maaf nggak denger," ucap Inno datar.Danu mengangguk mengerti. Laki-laki itu menunduk dan mengusap kepala Gabriele. Kemudian pandangan kedua orang yang sama-sama berjuang mendapatkan Amelia itu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 85 POV Inno

    "Inno, bertahanlah Inno. Ingat, Gabriele menunggumu di Indonesia. Jemput kembali anak dan istrimu, Inno! Devi sopravvivere. Hai sentito Nonno? Non lasciare che cio che facciamo invano!" ( Kamu harus bertahan. Apa kamu dengar Kakek? Jangan sampai apa yang kita lakukan sia-sia!)Suara samar-samar itu perlahan semakin jelas. Ketika aku membuka mata, senyum Kakek dan Nenek langsung menyambutku. Hampir tiga bulan aku tidur di atas brankar rumah sakit. Bahkan aku sendiri tidak tahu jika sampai berada di fase itu.Yang aku ingat, dua kali tembakan menembus bahu dan lengan atasku. Dokter mengatakan, salah satu peluru mengenai pembuluh darah yang terhubung ke paru-paru. Aku juga sempat koma. Hal itu pula yang membuat pihak rumah sakit dan keluargaku menutup semua akses informasi.Aku juga tidak tahu bagaimana nasib anak dan mantan istriku. Apa mereka aman? Tunggu, mantan istri? Menyebut kata itu, hatiku sakit. Aku tidak pernah mengira, apa yang kami lakukan akan membuat istriku menggugat cerai

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 84 Rencana Licik

    Antara kesal dan gemas karena sikap seenaknya Inno, itulah yang dirasakan Amelia. Sepertinya, Inno sengaja mencari keributan. Amelia tidak habis mengerti, semakin tua, Inno malah semakin menyebalkan.Amelia meminjam handphone Umi untuk menghubungi Inno. Danu memperhatikan tingkah panik Amelia, hanya menggaruk pelipis sembari tersenyum penuh arti."Hallo, assalamualaikum, Umi!" sapa Inno di seberang sana."Waalaikumsalam salam. Mas bawa Gabriele ke mana? Mas sengaja culik Gabriele, ya?" tuduh Amelia seenaknya.Terdengar decakan lirih dari sana. "Ngapain nyulik anak sendiri? Lagian emaknya enak-enakan pacaran, nggak mikirin anak di rumah. Salah gitu, aku bawa jalan-jalan anakku?" balas Inno sembari terkekeh. Amelia langsung mendengus kasar. Tak jauh darinya, Danu menggelengkan kepala samar mendengar perdebatan kedua orang itu."Ya sudah, cepat bawa pulang!" titah Amelia tegas.Di seberang sana, Inno justru tertawa. "Suka-suka aku dong, mau cepat pulang atau nggak. Sudah, nggak usah gang

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 83 Calon Istriku

    Amelia memberontak. Dia mendorong kasar tubuh Inno sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Amelia menatap tajam pada Inno yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.Kurang ajar sekali mantan suaminya ini. Namun anehnya, tanpa disadari, Amelia juga membalas ciuman itu. Merasa menang, Inno menyunggingkan senyum satu sudut. Hanya sekilas.Amelia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dia mengutuk dirinya sendiri yang tanpa sadar mengikuti kemauan Inno. Dan dia mengutuk kekurangajaran laki-laki tampan itu."Pergi Mas, pergi!" usir Amelia sambil menangis.Inno tidak menggubris. Laki-laki itu menangkupkan telapak tangan di depan dada. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan lagi jika tidak mau Amelia semakin muak padanya."Maafkan aku, Sayang. Habisnya kamu nggak mau diam, sih. Makanya, kalau suami ngomong itu dengerin dulu!" ucap Inno santai."Mantan, ingat itu!" sentak Amelia marah. "Dan buang jauh-jauh panggilan itu. Mas nggak berhak lagi memanggilku begitu!" lanjutnya dengan suara

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 82 Ingin Seperti Dulu

    "Mas Inno..." Amelia memanggil lirih nama mantan suaminya itu.Danu mengikuti arah pandangan Amelia. Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam. Danu bisa melihat luka di mata Inno. Selanjutnya, Inno menatap Amelia dengan dada terasa sesak. Wanita tercintanya, dilamar laki-laki lain di depan mata. Begini rasanya? Teramat sangat sakit. Itulah yang dirasakan Amelia ketika melihat sang suami tidur dan berciuman dengan Daniela.Inno melangkah maju dan berdiri tepat di depan Amelia. Wanita itu langsung memalingkan pandangan. Luka di hati wanita itu kembali basah."Gabriele di rumah, Mas!" ucap Amelia lirih tanpa mau menatap wajah mantan suaminya.Inno tidak menjawab. Laki-laki itu masih menatap Amelia penuh arti, kemudian menatap Danu. Dia tersenyum kaku pada Danu."Selamat, Mas. Bahagiakan Amelia," ucap Inno parau.Danu masih bergeming. Inno kembali menatap Amelia, hanya beberapa detik, kemudian membalikkan badan. Tenggorokan Amelia tercekat melihat langkah Inno yang menjauh. Rasa sak

DMCA.com Protection Status