Beranda / Romansa / TEROR BUNGA TASBIH HITAM / Part 21 Sakitnya Mencintai Dalam Diam

Share

Part 21 Sakitnya Mencintai Dalam Diam

Penulis: La Bianconera
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-01 18:11:52
Keduanya masih sama-sama diam sibuk dengan pikiran masing-masing. Evan tidak mengerti, mengapa semenjak kecelakaan, dirinya menjadi aneh. Apa benar yang dikatakan Pak Faiz? Jika dirinya tengah berhalusinasi akibat kecelakaan hebat itu? Laki-laki berkemeja biru navy itu mendesah, yang mengundang Pak Faiz menoleh sekilas ke arahnya.

Pak Faiz yang tengah fokus pada kemudi itu bertanya lirih, "Mas Evan mikirin tadi ya?" Tebakan Pak Faiz ternyata tepat.

Evan menoleh sekilas lalu kembali menatap ke depan."Kok bisa ya, Pak, aku seperti itu? "

"Iya, katanya orang habis kecelakaan itu bisa membuka indera keenam, entah benar atau nggak, Mas."

"Aku nggak percaya itu, Pak. Oh, ya, nanti kalau Papa tanya kenapa kita baru pulang, tolong jangan bilang aku mampir nemuin Bunga ya, Pak. Bilang saja aku mampir ke apartemen," pinta Evan, yang diangguki patuh oleh Pak Faiz.

Dia memilih mengalihkan pembicaraan, daripada melanjutkan membahas hal aneh yang membuatnya semakin pusing.

Mobil mewah itu pun mema
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 22 Itu Artinya Bunga?

    Di kediaman orang tua Inno...Waktu telah melewati dini hari, tetapi laki-laki berwajah bule itu belum berniat untuk tidur. Sesuai pesan Paman Usman beberapa waktu lalu, dia tidak akan tidur sebelum jam dua dini hari. Walaupun lelah, tetapi dia tidak merasa keberatan melakukan semua itu. Demi keamanan sang istri dan calon anak mereka. Inno tidak ingin lengah dan hal buruk terjadi pada istrinya seperti waktu itu. Beruntung, Inno memiliki keluarga di Italia. Dengan perbedaan waktu sekitar 6 jam bisa dimanfaatkan lelaki jangkung itu. Sehingga dia bisa membunuh rasa bosannya dengan melakukan video call dengan kakek neneknya di Venezia. Kali ini Inno memilih menghubungi Matteo, sepupunya yang tinggal di kota Milan. "E la decisione del nonno? Tutto dipende dall'approvazione del nonno come proprietario dell'azienda e Celia consigliere delegato. Non dirmi che ne parli solo per interrompere il mio tempo Matteo." (Bagaimana dengan keputusan kakek? Itu semua tergantung pada persetujuan kakek se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-02
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 23 Pervert Husband

    Evan mundur selangkah untuk mencapai meja kerjanya. Dengan pandangan tetap lurus ke arah Bunga, tangan kanan pria itu menyentuh tombol intercom yang menghubungkan ke kamar kedua orang tuanya. "Pulanglah, kamu jangan ke sini. Pulang kataku!" perintah Evan setengah berteriak. Berapa saat kemudian, dia menoleh hanya sekilas saat pintu kamarnya dibuka dari luar. Pak Rudi dan istrinya berdiri di ambang pintu sambil menatap Evan dengan wajah keheranan."Van,kamu kenapa, malam-malam begini teriak-teriak? Kamu bicara sama siapa?" Evan tak menjawab pertanyaan Pak Rudi. Dia memilih menatap ke arah luar jendela yang kini kosong. Tidak ada Bunga di sana. Evan bergegas membuka jendela dan mencari-cari keberadaan Bunga. Tetapi lagi-lagi kosong. Pak Rudi menatap istrinya sambil mengusap-usap tengkuknya yang meremang. "Tadi ada anak kecil berdiri di depan jendela, Pa," jawabnya pelan. Pak Rudi tertawa sumbang mendengar jawaban tidak masuk akal dari anaknya. "Kamu pasti ngigau Van, anak kecil? Nga

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-03
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 24 Pertemuan Dengan Pak Rudi

    Inno menyingkirkan dengan pelan lengan adiknya. Entah mengapa setiap kali Aisyah bersikap seperti itu pada Inno, ada rasa tak nyaman di hati Amelia. "Cuci tangan dulu sana. Jogging dari pagi baru pulang?" tanya Inno dengan nada ketus yang langsung dituruti oleh adiknya.Aisyah melirik sekilas kakaknya lewat pantulan cermin di atas wastafel."Iya Kak, tadi ngobrol dulu sama Bella," jawabnya sambil mencuci tangan.Inno menyipitkan mata curiga, mengamati Aisyah yang kini duduk di sebelah ibunya. "Bella itu cowok, ya?" tanya Inno asal.Aisyah mencibir. "Kak Inno pasti curiga, deh. Bella ya teman aku, Kak, memang Ais itu Kak Inno, apa? Nama kontak WA-nya Fatma dikasih nama Syaiful. Dan kontak WA Ajeng dikasih nama Agus!" jawabnya dengan satu tarikan napas.Aisyah puas melihat wajah Inno yang semerah tomat busuk. Rupanya gadis itu sudah kehilangan kesabaran menghadapi sikap over protective kakaknya. Sedangkan Amelia yang tadi diam, tak kuasa menahan tawa. Inno melirik istrinya yang masih ter

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-04
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 25 Godaan ''Puasa''

    "Bunga?" gumam lelaki berumur setengah abad itu yang diangguki oleh Inno.Pembicaraan terjeda sejenak, ketika Lisa memasuki ruangan mengantarkan dua cangkir kopi untuk keduanya. "Terima kasih, Lisa," ucap Inno sebelum gadis itu pergi. Inno menarik napas pelan sebelum kembali bercerita,"Benar, Om. Amelia pernah kerasukan. Ini adalah cobaan paling tidak masuk akal yang kami alami. Dan perempuan misterius itu katanya kehilangan bayi perempuan dalam kandungan. Maksudnya apa? Saya kurang ngerti, Om. Amelia dijadikan objek mencari keberadaan anaknya atau bagaimana, saya benar-benar tidak paham. Semua ini di luar nalar. Tapi, kata Paman Usman kalau anak kami laki-laki maka wanita itu berhenti menemui Amelia. Semoga saja." Inno menyelipkan harapan di akhir kalimatnya."Dan artinya perempuan itu mencari objek baru yang berhubungan dengan anak perempuan, begitu, Nak? Astaga, ini nggak masuk akal. Lalu, kami harus bagaimana, Nak?" tanya Pak Rudi bingung.Inno menatap Pak Rudi yang tampak frusta

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-05
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 26 Perdebatan

    Inno masih diam memperhatikan menu makan siangnya. Laki-laki itu masih berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdetak lebih cepat. Perlahan, dia menarik napas kemudian membuangnya."Mau disuapin? Ditungguin sambil melamun juga paha ayam nggak berubah jadi paha kambing, Mas," celetuk sang istri tanpa menyadari kondisi sang suami.Inno membuang muka. Dia berusaha membatasi pandangan dengan sang istri. Istri cantiknya itu memang kadang-kadang perlu ditunjukkan bagaimana caranya peka akan situasi. "Bisa nggak sih, nggak usah memancing? Nggak ngerti saja!" gerutunya jengkel. Butuh waktu dua detik bagi Amelia untuk menangkap maksud ucapan suaminya. Dia menatap laki-laki yang kini memfokuskan pandangan ke layar komputer di atas meja, dengan heran."Mas kenapa sih uring-uringan terus?" Inno menatap malas Amelia. "Semua ini salahmu, masih pura-pura nggak tahu!" ketusnya.Amelia memutar bola mata malas. "Salahku?" ulangnya belum juga paham. Inno mengangguk dengan tatapan lurus ke arah la

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-06
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 27 Masa Lalu Evan

    Evan memejamkan matanya yang memanas. Ucapan papanya sangat menyakitkan. Tidak cukupkah penolakan demi penolakan yang diberikan pada Rianti waktu itu?Laki-laki berwajah rupawan itu mengepalkan kedua tangan, rahangnya mengeras.Evan menarik napas panjang. "Astaghfirullah," lirihnya.Walaupun cinta untuk Rianti kini telah mengabur, seiring berjalannya waktu. Dan terisi cinta yang lain, namun, sayangnya cinta itu terlarang. Namun, hati Evan tak terima jika gadis yang dulu menjadi sumber kebahagiaannya, dihina sebagai gadis tak punya harga diri.Ya, dialah yang membuat Rianti menjadi gadis tak punya harga diri di mata keluarganya. Dia gagal menjaga Rianti, dia merusak Rianti. Gadis sederhana yang bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta itu, pergi dengan membawa luka. Perbedaan usia dan status sosial tak membuat cintanya berkurang pada gadis berparas ayu tersebut. Namun, Evan tak mampu meruntuhkan tembok kokoh yang menghalangi mereka. "Kenapa Papa selalu bilang Rianti gadis n

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-07
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 28 Jealous

    Inno yang belum menyadari akan kekesalan istrinya, masih asyik melihat acara MotoGP. Begitu pun dengan Aisyah, yang malah menyandarkan kepalanya di bahu sang kakak dengan manja."Ish, mandi sana, uhh! Ngapain nempel-nempel?" Inno mendengus sambil mendorong pelan kepala sang adik dari pundaknya. Aisyah pun menurut, dia segera bangkit dari tempat duduk. Tetapi, sebelum beranjak pergi....Cup. Dia mencium pipi putih kemerahan Inno, sambil mengacak-acak gemas rambut coklat kakaknya.Dan itu tak luput dari tatapan mata Amelia yang berdiri di anak tangga. Ada rasa kesal di dalam hati wanita cantik itu. Wanita hamil muda itu segera masuk ke kamar, melepas hijab kemudian membaringkan tubuh di atas tempat tidur. Diambilnya handphone milik Inno yang sedari tadi berada di kantong celananya. Matanya menatap foto pernikahan mereka yang digunakan Inno sebagai wallpaper. "Sabar Amelia, punya suami ganteng tuh harus tahan godaan di mana-mana. Nggak di luar rumah nggak di dalam rumah," batinnya. Ame

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-08
  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 29 Curiga

    Lisa yang merasa canggung hanya menunduk sambil meremas jemarinya. Dia menyesalkan tindakannya tadi, yang terlebih dahulu berdiri di ambang pintu yang setengah terbuka, sebelum mengetuk pintu tersebut. Sehingga harus melihat adegan sang bos, yang tengah berciuman mesra dengan istrinya. Sesekali, Lisa melirik ke arah Inno yang duduk tepat di seberangnya. Laki-laki itu tampak serius meneliti lembar-lembar berkas, sebelum membubuhkan tandatangannya di situ."Sudah, Lis. Oh ya, nanti bisa tolong belikan kami makan siang?" tanya Inno menyentak lamunan gadis itu. Lisa yang tergagap langsung mendongak.Dia mendapati Inno tersenyum sekilas. Lisa mengangguk kaku. "I-iya, Pak," jawabnya gugup. Inno hanya menggeleng samar sembari mengambil beberapa lembar uang ratusan ribu dari dalam dompetnya. "Kamu kenapa, Lis?" tanyanya sambil mengangsurkan uang ke hadapan Lisa."Eh ... tidak, Pak." Lisa menjawab dengan gugup, sedangkan Inno malah tersenyum penuh arti."Sayang, kamu mau makan apa?" tanya Inno

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09

Bab terbaru

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 90 End

    3 bulan kemudian...Venezia, ItaliaMusim panas digunakan sebagian masyarakat Italia untuk menikmati hangatnya sinar matahari. Seperti biasa, pantai di timur kota Venezia itu sangat ramai. Di bawah payung-payung berjejer kursi untuk berjemur.Beberapa ratus meter dari mereka, seorang anak berusia dua tahun sibuk bermain pasir. Dia bertepuk tangan riang ketika istana pasir buatannya telah berdiri sempurna."Yeee, Papa, Mama, look at this!" serunya.Amelia yang duduk tidak jauh dari anak dan suaminya, tersenyum lebar. Dia sesekali mengabadikan momen itu dengan kamera handphone. Inno menatap istrinya beberapa detik kemudian mendekat."Masih pusing, Sayang?" tanyanya khawatir.Amelia menggeleng pelan. Dia mengusap pasir yang menempel di lengan suaminya. Inno menunduk dan mengusap perut sang istri."Baik-baik ya, Dek," ucap Inno lalu menatap istrinya. "Kalau kamu pusing, bilang ya, kita pulang," lanjutnya, lalu mencium kepala Amelia.Wanita berhijab itu mengangguk, lalu menunjuk ke arah Ga

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 89 Jodoh Terakhir

    "Masih berlaku tuh, syarat?" tanya Inno."Ya, berlaku. Juga beberapa hal yang aku ingin tahu," jawab Amelia.Inno menaikkan sebelah alis. Laki-laki itu terpaksa mengangguk. "Tapi aku nggak mau kalau syaratnya bakalan merusak mood kita hari ini!" tegasnya. "Aku ingin menikmati hari bahagia ini bersama kalian semua," imbuh Inno.Sebelum Amelia menyahut, tiba-tiba Irfan menyeruak di tengah-tengah Inno dan Amelia. Pemuda yang baru saja menjadi wali nikah kakaknya itu tersenyum jahil."Baru kali ini aku lihat Mbak Amelia benar-benar jungkir balik karena cintanya Mas Inno. Huhu!" ledek Irfan kemudian berlalu sambil menggendong Gabriele.Amelia tertunduk malu, apalagi Inno menatapnya begitu lekat. Ternyata Inno tidak hanya membuat acara di masjid. Laki-laki itu juga mengadakan resepsi di ballroom hotel berbintang. Acara di hotel dihadiri ratusan undangan. Amelia menoleh pada Inno, ketika Elena menghampirinya sambil memberikan serangkai bunga mawar. "Tante, apa Tante Ambar juga sayang sama

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 88 Simpul Halal

    Masjid Al Arif, dipilih Danu sebagai tempat akad nikah. Para santri dan pengurus pondok telah menunggu peristiwa sakral itu. Tenda juga telah dipasang dengan hiasan bunga-bunga.Amelia didampingi Umi dan Haznia berjalan sambil menunduk. Amelia benar-benar memasrahkan semua perjalanan hidupnya pada Allah. Meskipun ada keraguan, dia pantang mempermalukan orang lain. Danu adalah laki-laki yang sangat baik. Amelia berjanji dalam hati, akan menjadi istri yang baik untuk Danu dan ibu untuk Elena.Wanita itu tidak melihat keberadaan Gabriele. Amelia mengeryit ketika seorang santriwati mendekat sambil memberikan serangkai bunga mawar bercampur anyelir. Amelia tahu, bunga itu dari Inno.Haznia mengambil selembar kertas kecil yang terselip di antara bunga-bunga itu. Lalu menyodorkan pada Amelia.["Aku kembalikan Gabriele. Terima kasih sudah bersabar menghadapi sikapku. Bismillah ya, Sayang. Jangan menangis lagi, Amelia."]"Mas Inno," gumam Amelia tercekat. Dia memindai sekitar, namun tidak mene

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 87 Menikah?

    Amelia menepis tangan Haznia kemudian beranjak. Wanita itu bertemu pandang dengan Danu di depan pintu. Amelia langsung memalingkan pandangan. Dia berlari ke rumahnya, lalu memasuki kamar.Dia menumpahkan tangis di situ. Tidak peduli dengan panggilan Haznia, Danu, dan Evan. "Mel, buka pintunya sebentar. Aku ingin bicara, Sayang!" bujuk Danu pelan.Amelia mengusap kasar air matanya. "Mas Danu juga tahu hal ini, kan? Kenapa kalian semua jahat?" teriaknya dari dalam kamar."Makanya, buka pintu dulu." Danu terus membujuk, namun Amelia tidak peduli.Dia benar-benar kecewa pada semua orang. Semuanya! Jika Evan dan Haznia tahu alasan Inno selingkuh dengan Daniela, tentu Umi, dan Irfan juga tahu. Begitu juga orang tua Inno.Tubuh Amelia meluruh di tepi ranjang. Dia memeluk lutut dan membenamkan wajah di sela-sela lutut. "Kenapa kamu lakukan ini, Mas? Kenapa? Apa begini cara Mas Inno melindungi aku dan Gabriele? Bagaimana kalau seandainya Mas nggak kembali?" Di depan pintu, Evan menatap Danu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 86 Menyalahi Kesepakatan

    Laki-laki itu masih belum mau beranjak dari tempatnya. Telapak tangannya mengusap-usap kepala seekor kucing. Dia mengambil kucing itu dan memangkunya."Lho, Nak Danu, kok nggak masuk? Malah duduk di sini?" tanya Bu Rini.Danu tersenyum, kemudian menoleh ke arah Inno yang masih bercengkerama dengan Gabriele. Rupanya Inno belum menyadari kedatangan Danu. Dia masih asyik menjelaskan beberapa hal pada puteranya itu."Inno, ada Nak Danu, malah di situ!" panggil Bu Rini.Sontak Inno menoleh. Laki-laki itu menatap Danu dan tersenyum canggung. Gabriele berdiri di samping Inno sambil berpegangan bahu papanya."Zio Danu!" "Hai, Ganteng. Kamu lagi main apa sih, asyik banget?"Gabriele nyengir kecil. Dia menoleh pada papanya. Inno langsung bangkit dan menuntun Gabriele mendekati Danu."Silakan masuk, Mas. Maaf nggak denger," ucap Inno datar.Danu mengangguk mengerti. Laki-laki itu menunduk dan mengusap kepala Gabriele. Kemudian pandangan kedua orang yang sama-sama berjuang mendapatkan Amelia itu

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 85 POV Inno

    "Inno, bertahanlah Inno. Ingat, Gabriele menunggumu di Indonesia. Jemput kembali anak dan istrimu, Inno! Devi sopravvivere. Hai sentito Nonno? Non lasciare che cio che facciamo invano!" ( Kamu harus bertahan. Apa kamu dengar Kakek? Jangan sampai apa yang kita lakukan sia-sia!)Suara samar-samar itu perlahan semakin jelas. Ketika aku membuka mata, senyum Kakek dan Nenek langsung menyambutku. Hampir tiga bulan aku tidur di atas brankar rumah sakit. Bahkan aku sendiri tidak tahu jika sampai berada di fase itu.Yang aku ingat, dua kali tembakan menembus bahu dan lengan atasku. Dokter mengatakan, salah satu peluru mengenai pembuluh darah yang terhubung ke paru-paru. Aku juga sempat koma. Hal itu pula yang membuat pihak rumah sakit dan keluargaku menutup semua akses informasi.Aku juga tidak tahu bagaimana nasib anak dan mantan istriku. Apa mereka aman? Tunggu, mantan istri? Menyebut kata itu, hatiku sakit. Aku tidak pernah mengira, apa yang kami lakukan akan membuat istriku menggugat cerai

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 84 Rencana Licik

    Antara kesal dan gemas karena sikap seenaknya Inno, itulah yang dirasakan Amelia. Sepertinya, Inno sengaja mencari keributan. Amelia tidak habis mengerti, semakin tua, Inno malah semakin menyebalkan.Amelia meminjam handphone Umi untuk menghubungi Inno. Danu memperhatikan tingkah panik Amelia, hanya menggaruk pelipis sembari tersenyum penuh arti."Hallo, assalamualaikum, Umi!" sapa Inno di seberang sana."Waalaikumsalam salam. Mas bawa Gabriele ke mana? Mas sengaja culik Gabriele, ya?" tuduh Amelia seenaknya.Terdengar decakan lirih dari sana. "Ngapain nyulik anak sendiri? Lagian emaknya enak-enakan pacaran, nggak mikirin anak di rumah. Salah gitu, aku bawa jalan-jalan anakku?" balas Inno sembari terkekeh. Amelia langsung mendengus kasar. Tak jauh darinya, Danu menggelengkan kepala samar mendengar perdebatan kedua orang itu."Ya sudah, cepat bawa pulang!" titah Amelia tegas.Di seberang sana, Inno justru tertawa. "Suka-suka aku dong, mau cepat pulang atau nggak. Sudah, nggak usah gang

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 83 Calon Istriku

    Amelia memberontak. Dia mendorong kasar tubuh Inno sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Amelia menatap tajam pada Inno yang sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah.Kurang ajar sekali mantan suaminya ini. Namun anehnya, tanpa disadari, Amelia juga membalas ciuman itu. Merasa menang, Inno menyunggingkan senyum satu sudut. Hanya sekilas.Amelia menutup wajahnya dengan telapak tangan. Dia mengutuk dirinya sendiri yang tanpa sadar mengikuti kemauan Inno. Dan dia mengutuk kekurangajaran laki-laki tampan itu."Pergi Mas, pergi!" usir Amelia sambil menangis.Inno tidak menggubris. Laki-laki itu menangkupkan telapak tangan di depan dada. Dia tidak ingin mengulangi kesalahan lagi jika tidak mau Amelia semakin muak padanya."Maafkan aku, Sayang. Habisnya kamu nggak mau diam, sih. Makanya, kalau suami ngomong itu dengerin dulu!" ucap Inno santai."Mantan, ingat itu!" sentak Amelia marah. "Dan buang jauh-jauh panggilan itu. Mas nggak berhak lagi memanggilku begitu!" lanjutnya dengan suara

  • TEROR BUNGA TASBIH HITAM    Part 82 Ingin Seperti Dulu

    "Mas Inno..." Amelia memanggil lirih nama mantan suaminya itu.Danu mengikuti arah pandangan Amelia. Kedua laki-laki itu saling pandang dalam diam. Danu bisa melihat luka di mata Inno. Selanjutnya, Inno menatap Amelia dengan dada terasa sesak. Wanita tercintanya, dilamar laki-laki lain di depan mata. Begini rasanya? Teramat sangat sakit. Itulah yang dirasakan Amelia ketika melihat sang suami tidur dan berciuman dengan Daniela.Inno melangkah maju dan berdiri tepat di depan Amelia. Wanita itu langsung memalingkan pandangan. Luka di hati wanita itu kembali basah."Gabriele di rumah, Mas!" ucap Amelia lirih tanpa mau menatap wajah mantan suaminya.Inno tidak menjawab. Laki-laki itu masih menatap Amelia penuh arti, kemudian menatap Danu. Dia tersenyum kaku pada Danu."Selamat, Mas. Bahagiakan Amelia," ucap Inno parau.Danu masih bergeming. Inno kembali menatap Amelia, hanya beberapa detik, kemudian membalikkan badan. Tenggorokan Amelia tercekat melihat langkah Inno yang menjauh. Rasa sak

DMCA.com Protection Status