"Aku turun duluan, Mas." Tila menatap Adam yang duduk di balik kursi kemudi.Mobil yang disopiri Adam baru saja tiba di depan kantornya. Setiap pagi memang Adam bertugas untuk mengantar Tila ke kantor. Sementara untuk pulangnya terkadang Adam menjemputnya jika jadwal pulang mereka sama."Semangat kerjanya. Jangan lupa terus ingat mas biar kamu enggak melupakan Mas walau satu jam," kata Adam. Pria itu tersenyum manis menatap Tila yang terlihat segar dan fresh. Adam merasa bersyukur karena demi menebus kesalahannya dalam menutupi kasus Mama Winar, papanya menjodohkannya dengan Tila dan membuat Adam akhirnya bisa bersatu kembali dengan wanita yang ia cintai. Meskipun dulu ia sempat membenci Tila karena kesalahpahaman yang terjadi, Adam tidak bisa menutupi jika rasa cintanya pada Tila masih tetap ada.Tila hanya tersenyum membalas ucapan Adam yang menurutnya sedikit berlebihan untuk ukuran pria dewasa seperti Adam."Kamu hati-hati.""Iya, Sayang." Adam melepas seatbelt kemudian mengec
Adam segera turun saat mobil yang ia kendarai berhenti tepat di depan lobby. Pria itu lari menyusuri lobby menuju pintu lift yang kebetulan terbuka saat ia tiba di depannya.Adam segera masuk dan menekan tombol di mana lantai ruangan Tila berada. Tidak membutuhkan waktu lama Adam akhirnya tiba dan langsung berlari masuk ke ruangan Tila yang merupakan ruangan satu-satunya di lantai tersebut.Ini adalah keistimewaan yang dimiliki Tila dan tentu saja diberikan oleh Sam karena mengetahui jika sahabatnya tidak pandai bersosialisasi dengan baik. Adam membuka dengan kasar pintu ruang kerja Tila dan melihat pemandangan dalam ruangan yang membuatnya tertegun."Sayang." Adam segera menghampiri Tila dan memeluk istrinya yang tengah bersandar pada sofa. Sementara di sisi lain ada Randy, Raisa, dan juga Sam berdiri di dekat istrinya."Apa yang terjadi?" Adam bertanya pada ketiga orang dalam ruangan tersebut saat pelukannya tidak mendapat respon dari Tila. Keyakinan Adam bertambah jika ada ses
"Roy, aku suka sama kamu. Kenapa kamu enggak bisa balas perasaanku?" Eddel menangis di hadapan pria bernama Roy ini.Roy adalah pria yang disukai oleh Eddel sejak setahun yang lalu. Namun, pria itu tidak pernah membalas perasaannya.Baru-baru ini Roy mendekatinya membuat Eddel berpikir jika pria itu memiliki perasaan padanya. Namun, kecurigaan Eddel mulai tumbuh saat merasakan jika Roy sepertinya tidak begitu tertarik padanya. Tapi, entah apa yang membuat pria itu mendekatinya. Eddel tidak mengerti.Setiap kali mereka bertemu, maka yang akan dibahas dan ditanya oleh Roy pasti tentang Irena. Padahal Roy dan Irena baru beberapa kali bertemu sekitar dua bulan lalu. Bahkan, pernah beberapa kali Eddel melihat Irena dan Roy jalan bersama.Malam ini fakta menyakitkan baru diketahui oleh Eddel jika ternyata selama ini Roy mendekatinya hanya untuk mengorek informasi tentang Irena. Pria itu tidak segan untuk memberikan hadiah mahal pada sepupunya itu.Eddel tentu saja marah dan cemburu mengetah
Winar membawa putrinya pulang ke rumah saat sudah mendapatkan persetujuan dokter.Winar tidak pulang bersama Eddel saja karena wanita itu membawa dua orang perawat yang ditugaskan untuk mengurus dan merawat Eddel bersamanya.Eddel berada di kamar yang terletak di lantai dasar. Perempuan itu terkadang meraung dan histeris hingga membuat Winar terkadang kewalahan. Adam tidak datang berkunjung ke rumah sakit hari ini membuatnya harus mengurus Eddel sendiri. Tapi tak masalah menurut Winar selama Adam masih memberikannya uang tunjangan, Winar tidak akan repot-repot dalam mengganggu Adam."Sus, nanti tolong siapkan makan siang untuk Eddel, ya. Saya mau ke atas dulu," kata Winar pada suster. "Baik, Bu."Winar kemudian melangkah keluar dari kamar Eddel berniat untuk ke lantai atas di mana kamar Irena berada. Winar berniat untuk mengusir Irena dari rumahnya. Keponakan tidak tahu dirinya itu sudah pernah mengambing hitam dirinya di depan Adam. Tentu saja Winar belum sempat untuk membalas den
Winar membuka matanya beberapa menit kemudian. Matanya mengedarkan pandangan ke sekitar dan melihat pemandangan kamarnya. Winar memijat pelipisnya seraya mendudukkan diri dan bersandar pada pinggiran tempat tidur. Wanita itu menggeliat menatap ke arah seorang suster yang baru masuk."Sus, saya kenapa?" Winar bertanya pada suster. Winar benar-benar tidak ingat mengapa ia bisa jatuh tak sadarkan diri."Ibu pingsan waktu ada polisi datang," jawab suster tersebut.Tubuh Winar menegang ketika ingatannya terputar saat sebelum ia jatuh tak sadarkan diri. Winar ingat dengan jelas ketika Adam menjelaskan jika Irena adalah dalang dibalik kejadian yang menimpa Eddel. Kelopak mata wanita itu melebar dan segera ia melangkah turun dari tempat tidur, lalu berjalan keluar tanpa meninggalkan sepatah katapun pada suster."Adam!" Winar berteriak memanggil nama Adam. Namun, sosok putranya tidak terlihat. "Tuan Adam sudah pulang, Bu. Tuan Adam menitip pesan kalau ada yang mau ibu tanyakan, datangi sa
Tila duduk di atas pangkuan Adam. Saat ini mereka sedang berada di sofa dalam kamar dan tengah menonton sinema tentang azab yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi.Kepalanya bersandar pada dada bidang Adam. Sementara tangan Adam melingkar di perut Tila. Mereka sudah berada dalam posisi itu sejak 20 menit yang lalu. Hari sudah sore tapi tak membuat keduanya bosan berada di kamar sejak siang tadi. Sampai akhirnya Adam mengajak Tila untuk pergi berkunjung ke rumah Herman dan Jumi. Tila tentu saja tidak menolak usulan suaminya. Ia juga sudah cukup rindu dengan Angel, putrinya yang mereka titipkan pada ibunya.Suasana belum kondusif dan mereka tidak bisa membawa Angel bersama mereka."Kok, kita ke sini, Mas?" Tila menatap Adam yang duduk di balik kursi kemudi. Mobil yang dikendarai Adam berhenti tepat di sebuah minimarket tak jauh dari lokasi rumah ibunya berada. "Kita beli cemilan untuk ibu dan yang lainnya." Adam melepas seat belt pada tubuhnya, kemudian melepaskan seat
Tila menatap Angel yang tertidur di sampingnya dengan tatapan sayang. Sudah lama ia menginginkan anak yang terlahir dari rahimnya. Meski dulu ia pernah mengalami keguguran, tidak membuat Tila trauma. Wanita itu hanya berharap semoga Tuhan memberikannya kesempatan untuk mengandung kembali. "Sayang banget sama Angel?" Adam yang sejak tadi berbaring di sisi lain Angel mengangkat kepalanya sedikit untuk menatap ke arah istrinya. Terlihat sekali jika istrinya menatap penuh damba pada sosok Angel yang sudah terlelap lebih dulu dari mereka."Sayang banget, Mas. Apalagi Angel sangat lucu dan manis," jawab Tila sambil tersenyum."Kita berdoa sama Tuhan semoga segera diberi momongan. Biar Angel ada adiknya," kata Adam dengan tenang. "Selain doa, kita juga harus rajin melakukan prosesnya," godanya pada Tila. Pria itu tersenyum manis saat melihat wajah Tila yang tersipu malu."Bahasa kamu, Mas." Tila menggeleng kepalanya pelan. Adam memang selalu rajin menggodanya akhir-akhir ini. Hal yang bah
"Kamu serius ingin membatalkan rencana Adam untuk memenjarakan ibunya dan mencabut laporan yang sudah dimasukkan?"Pak Jaya selaku pengacara Adam menatap Tila dengan tak yakin. Pasalnya masalah yang menimpa wanita di hadapannya 10 tahun yang lalu sungguh berat. Terlebih lagi jika wanita ini ingin memenjarakan Winar akan sangat mudah untuk dilakukan mengingat semua bukti kejahatan Winar 10 tahun yang lalu sudah terkumpul.Tila yang mendatangi kantor pengacara pagi ini mengenakan kemeja putih polos dipadukan dengan rok selutut. Wanita itu datang seorang diri untuk menemui Pak Jaya setelah melakukan pemikiran dan merenung untuk beberapa waktu tentang masalah yang menimpanya 10 tahun lalu.Adam sangat mencintai dan menyayangi mamanya. Sementara ia juga mencintai dan menyayangi Adam. Tila tahu jika Adam sangat berat untuk melawan mamanya langsung demi membelanya. Tila tidak ingin membuat pria yang ia cintai merasa sedih dan berdosa karena melawan mamanya sendiri. Jika ada orang yang menga
Suasana kediaman Adam tampak tegang karena penghuni rumah saat ini sedang merasakan perasaan panik, cemas, dan khawatir menjadi satu.Tepat pada pukul 2 dini hari Tila mulai merasakan kontraksi pada perutnya. Adam yang panik melihat Tila kesakitan segera membangunkan orang-orang rumah, termasuk dengan dokter serta suster yang bertugas di rumah Adam.Adam memang sengaja ingin istrinya melahirkan di rumah agar tidak ada cerita tentang bayi yang tertukar di rumah sakit. Meskipun, hal seperti itu jarang atau mungkin belum pernah terjadi. Namun, Adam tetap ingin istrinya melahirkan di rumah. Hal tersebut membuat orangtua Tila yang mendengar alasan Adam merasa geli. Mereka mengira jika Adam mungkin pernah menonton sinetron yang memiliki tema tentang bayi yang tertukar.Tepat pada pukul 4 pagi, akhirnya suara tangis bayi mulai terdengar. Hal tersebut membuat orangtua Tila, para asisten rumah tangga, dan Angel tersenyum serta merasa lega sekaligus."Oma, dedek bayinya udah lahir?" Angel yang
Tila membuka matanya, lalu menoleh ke samping dan melihat sosok Adam yang tertidur lelap di sampingnya. Diam-diam Tila tersenyum merasa bahagia karena pria yang tertidur di sampingnya saat ia membuka mata adalah Adam Tirtando. Terkadang, Tila berpikir jika pernikahannya dan Adam hanya mimpi belaka karena memang Tila tidak pernah menyangka jika laki-laki yang menjadi suaminya adalah cinta pertamanya. Meskipun, mereka sempat berpisah karena kesalahpahaman yang terjadi.Adam mengira jika Tila berselingkuh karena Irena dan Eddel beberapa tahun lalu pernah menunjukkan foto Tila yang tidur dengan Sony. Sementara Tila sendiri mengira jika Adam meninggalkannya karena sudah tak cinta lagi. Tangan Tila terangkat mengusap dengan lembut rahang Adam. Matanya menatap lekat wajah sang suami yang memang tampan meskipun usia sudah tidak remaja lagi."Kalau anak kita laki-laki, semoga menjadi pria bertanggung jawab serta pria yang tampan seperti kamu, Mas," ucap Tila pelan. Tila memang selalu menga
Adam pulang dengan membawa martabak untuk istrinya. Sesampainya di rumah Adam masuk ke kamar dan langsung memeluk Tila yang baru saja meletakkan baju terakhir di dalam lemari. Rupanya istrinya itu baru saja selesai melipat baju, pikir Adam."Mas, bau, ih." Tila menutup hidungnya saat mencium aroma Adam. Sebenarnya Adam tidak bau karena parfum yang dia kenakan tadi pagi masih melekat sampai sekarang. Mungkin karena Tila sedang hamil, maka agak sensitif indera penciumannya."Mas kangen banget sama kamu, Sayang." Adam dengan gemas mencium kening Tila. Setelah itu ia mengangkat tubuh Tila dan memutarnya beberapa kali hingga akhirnya Tila merasa pusing."Pusing kepala aku, Mas.""Pusing, Sayang? Ugh, sini kepalanya Mas cium biar enggak pusing lagi." Adam dengan gemas mencium kepala Tila bertubi-tubi hingga membuat Tila menepuk pundak Adam."Mas," rajuknya cemberut."Istrinya Mas ini bikin gemas saja." Adam mengangkat tubuh Tila kemudian memangkunya. Saat ini mereka sedang duduk di te
Adam mendengar dengan teliti penjelasan kepala kepolisian yang menceritakan kronologi bagaimana Irena bisa tertembak.Irena ternyata tidak melarikan diri ke rumah kedua orang tuanya. Wanita itu justru melarikan diri ke rumah sahabatnya yang masih terletak di negara yang sama dengan kedua orangtuanya. Parahnya lagi, ternyata selama ini Irena memiliki hubungan dengan para mafia yang sudah diincar lama oleh aparat di sana. Meskipun bukan anggota inti, ternyata Irena seringkali berinteraksi dengan mereka dan meminta bantuan mereka.Para mafia ini cukup banyak merugikan negara. Bahkan, mereka berhasil menciptakan sebuah racun yang bisa membunuh secara perlahan ataupun secara cepat dan akurat. Sama halnya yang terjadi pada Eddel, Irena mendapatkan racun tersebut dari salah seorang anggota mafia yang bersahabat dengannya.Aparat kepolisian luar negeri berhasil menyelidikinya. Mereka sudah mengamankan beberapa tersangka. Terakhir, mereka melakukan pengejaran terhadap Irena yang berhasil lol
Adam menatap lekat wajah sang istri yang sudah terlelap sejak tadi. Tanpa sadar pria itu meneteskan air matanya saat mengingat cerita Herman tadi bahwa penderitaan istrinya berawal dari sang mama yang memiliki dendam dan kebencian pada bapak mertuanya.Andai saja dulu ia tahu jika mamanya dan Pak Herman pernah memiliki masa lalu, serta sang Mama memiliki dendam, mungkin Adam tidak akan pernah memperkenalkan Tila pada mamanya. Tila tidak akan mengalami kejadian pahit seperti dulu andai saja mamanya tidak memiliki kebencian yang tak masuk akal pada Tila. Adam sendiri merasa bingung mengapa mamanya bisa memiliki kebencian yang mendalam pada keluarga Tila. Meskipun Adam tahu jika mamanya memang egois dan memiliki ambisi besar, tapi Adam tidak pernah menyangka mamanya tega melakukan hal keji.Tangan Adam bergerak mengusap kepala Tila dengan lembut. Sementara tatapan matanya terus menatap wajah sang istri yang begitu damai dalam tidurnya. Adam mendekatkan bibirnya ke kening sang istri ke
Pagi ini Tila kembali merasakan mual. Hal tersebut sontak membuat Adam yang masih tertidur segera bangun dan menghampiri istrinya."Mau ke kamar mandi?" Adam memijat tengkuk Tila dari belakang berharap apa yang ia lakukan bisa mengurangi mual yang dirasakan oleh istrinya."Enggak perlu, Mas. Dari tadi aku udah bolak-balik kamar mandi. Aku cuma mual-mual aja," sahut Tila. Wanita itu terduduk di sisi tempat tidur sambil memijit keningnya."Aku ambil air hangat sebentar, ya. Tunggu."Adam segera bergegas keluar ke dapur untuk mengambil air hangat yang tersedia di dalam termos."Tila masih mual?" Jumi yang sudah berada di dapur menoleh menatap Adam."Iya, Bu. Ibu ada saran supaya mualnya agak berkurang?""Nanti ibu buatkan minuman yang bisa mengurangi mual. Itu resep turun temurun dari keluarga ibu," jawab Jumi, membuat Adam lega."Alhamdulillah. Terima kasih banyak kalau begitu, Bu."Jumi tersenyum menggeleng pelan kepalanya. "Enggak perlu terima kasih. Tila anak ibu sendiri kok."Adam t
Sudah seminggu sejak Tila keluar dari rumah sakit. Adam senang karena istrinya tidak dirawat di rumah sakit terlalu lama. Terlebih lagi kondisi Tila sudah cukup membaik dan hanya mual yang ia rasa. Namun, rasa mual sudah berkurang semenjak Tila mengkonsumsi vitamin yang diresepkan oleh dokter."Sayang," panggil Adam.Pria itu baru saja masuk ke dalam rumah kedua orangtua Tila yang akan mereka tempati sebelum kepindahan ke rumah baru yang masih dalam tahap finishing akhir. Maklum saja, ada beberapa bagian yang di renovasi ulang sesuai dengan keinginan Adam. Jadi, proses kepindahan mereka sedikit tertunda. Adam menatap sekeliling rumah yang tampak sepi dan membuat Adam cemas apalagi saat ini Irena belum ditemukan oleh pihak kepolisian. "Papa!" Adam menghentikan langkahnya saat mendengar suara seruan Angel dari pintu depan. Adam berbalik hanya untuk melihat Angel dan Tila yang sepertinya baru saja tiba di rumah."Dari mana, Sayang?" Adam mengangkat tubuh Angel ke dalam pelukannya s
Hari ini lagi-lagi Adam harus menitipkan Tila pada kedua mertuanya. Pria itu akan ke kantor polisi untuk menemui pengacaranya sekaligus Sam dan Lula yang sudah menunggunya di sana.Tila belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Istrinya itu akan pulang dalam waktu dua, tiga hari mendatang. Adam lega karena kedua mertuanya mau ia repotkan dalam menjaga Tila.Adam kemudian masuk ke sebuah ruangan dimana sudah ada beberapa orang yang menunggunya."Kami mohon maaf sekali atas keteledoran pihak kami dalam mengamankan saudari Irena."Pak Irwan selaku Kapolda menatap Adam yang duduk di hadapannya. Ini karena kecerobohan mereka sehingga membuat tahanan atas nama saudari Irena bisa kabur dari sel tahanan.Pak Irwan sendiri menduga jika saat melarikan diri Irena dibantu oleh seseorang sehingga mempermudah wanita itu untuk bisa kabur."Kami juga sudah melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap tersangka. Kami menemukan beberapa tempat yang didatangi oleh saudari Irena sebelum menghilang.""Sala
Setelah mengurus semua berkas kasus perkara yang dibantu oleh beberapa pengacara termasuk Wijaya sendiri, Tila akhirnya bisa keluar dari kantor polisi dengan jaminan dirinya saat ini masih berstatus sebagai saksi. Adam tidak ingin membuat istrinya tertekan berada di dalam sel, segera membawanya keluar. Dengan tubuh terbalut setelan jas mahal, Adam tanpa malu membopong istrinya keluar dari kantor polisi diikuti oleh tiga orang pengawalnya. Sengaja Adam membawa pengawal agar bisa menjaganya dan Tila jika ada sesuatu yang terjadi. Mobil sudah disiapkan dan Adam segera masuk dengan Tila masih berada dalam dekapannya. Adam berencana untuk membawa istrinya ke rumah sakit dan memeriksa kondisi Tila secara keseluruhan. Adam tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Tila dan calon anak mereka. "Langsung ke rumah sakit," ucap Adam pada sopir yang baru tiba. Pria itu kemudian menatap istrinya yang masih terlihat lemah. "Sayang, kalau mau makan sesuatu bilang sama mas. Nanti kita mamp