"Sudah pernah aku katakan, jangan pernah membawa pria lain ke rumah ini." Tila yang baru saja merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sontak menoleh ke sumber suara. Senyum wanita itu tersungging miring mendapati Adam yang berdiri tepat di samping tempat tidurnya."Saya mau membawa siapa pun, bukan urusan kamu.""Aku suamimu.""Hanya suami 'kan? Bukan pasangan yang sesungguhnya." Tila membalas tak mau kalah. Wanita itu mulai memejamkan matanya enggan untuk bertatapan lama dengan pria yang menjadi luka masa lalunya.Mata tajam Adam menatap lekat wajah Tila. Ekspresi wajah wanita itu terlihat datar dan tidak takut sama sekali dengan aura yang sudah ia keluarkan. Adam tidak mengerti, kemana gadis penakut yang dulunya lugu? Mengapa sekarang berubah menjadi perempuan dengan lidah yang tajam."Pergilah dan jangan mengganggu saya," usir Tila, tanpa membuka sedikit kelopak matanya."Kamu--""Apa perlu saya keluar dari kamar ini?" ancam Tila mulai jengah.Tila tidak berharap pria seperti A
Tila menatap pemandangan di depannya dengan tatapan datar. Tidak ia sangka jika ia akan bertemu dengan dua pasangan iblis di restoran tempatnya saat ini berada. Tila mengangkat bahunya acuh. Wanita itu kemudian melangkah menuju meja nomor 11 di mana Sam sudah menunggunya lebih dulu."Sorry, telat. Tadi ada meeting dulu sama klien," katanya meminta maaf."It's oke, Tila." Sam tersenyum. "Kita pesan makan dulu." Keduanya memesan makanan pada pelayan yang langsung datang menghampiri ketika dipanggil. Setelah pelayan mencatat dan pergi, Sam merapatkan tubuhnya pada pinggiran meja seraya mendekatkan wajahnya pada Tila. "Ada suami kamu di sini," kata Sam pada Tila."Biarkan saja. Aku nggak peduli," sahut Tila acuh. "Sepertinya suami kamu sudah melihat kita." Lagi-lagi Sam bicara, namun tak dihiraukan oleh Tila. Menurutnya mau Adam melihat atau tidak bukan urusannya."Bagaimana keadaan Lula?" Tila memilih mengalihkan pembicaraan daripada terus membahas soal Adam yang berada di restoran
Kediaman rumah Aris Tirtando terlihat ramai akan datangnya para pelayat. Semua orang berpakaian serba hitam untuk menunjukkan jika saat ini mereka sedang berkabung. Bendera kuning terpasang di depan menandakan jika saat ini sedang ada salah satu anggota keluarga di kediaman tersebut berpulang ke Rahmatullah.Tila sendiri duduk dengan tenang seraya membaca surat Yasin bersama beberapa perempuan lainnya. Wanita cantik itu tidak peduli jika saat ini tatapan tajam dan penuh kebencian dilayangkan Winar padanya.Sementara Adam sendiri sedang sibuk di luar menjamu para tamu yang hadir untuk melayat jenazah Aris.Tak berapa lama kemudian jenazah Aris akhirnya berangkat menuju sebuah tempat pemakaman umum yang jaraknya tidak begitu jauh dari kediaman Aris. Beberapa orang tinggal di kediaman saat yang lain mengantarkan jenazah Aris. Tila dan ibunya contohnya. Kedua wanita itu tetap tinggal di rumah dan tidak ikut untuk mengantarkan jenazah. "Bagaimana suamimu? Dia memperlakukan kamu dengan b
Adam masuk ke kamar membawa baskom kecil berisi air serta kompres. Tidak lupa sebelah tangannya juga membawa kotak P3K yang ia ambil dari lemari sebelum ia memutuskan untuk kembali ke atas. Saat Adam membuka pintu, terlihat Tila yang tengah melepaskan sepatunya. Tanpa kata, Adam duduk disebelah sofa yang diduduki oleh Tila. Pria itu kemudian menarik tubuh Tila untuk berhadapan dengannya. "Kamu mau ngapain?" Tila melebarkan matanya terkejut melihat aksi Adam barusan."Aku mau obatin luka yang disebabkan oleh Mama. Sebagai bentuk permintaan maaf dariku." Adam mulai mengompres sudut bibir Tila yang sedikit berdarah. Wanita itu meringis membuat Adam lebih berhati-hati agar tidak menyakiti Tila."Kamu nggak perlu melakukan ini." Tila berusaha menyingkirkan tangan Adam dari wajahnya."Ini sebagai permintaan maaf karena ulah mama, kamu jadi terluka."Tila menyungging senyum sinis. "Luka fisik ini nggak ada apa-apanya, dibandingkan dengan luka yang ditorehkan mamamu dulu." "Maksud kamu?"
Waktu yang seharusnya digunakan selama tiga hari di Semarang justru diperpanjang hingga satu minggu. Hal tersebut membuat Tila yang harusnya pulang bertahan lebih dari waktu yang ditentukan karena sedikit masalah yang terjadi di lokasi.Tila dan tim akhirnya tiba di kota tempat mereka tinggal dengan selamat. Tila menghela napas lega. Wanita itu menarik kopernya menuju taksi yang sudah ia pesan yang akan membawanya pulang ke kediaman Aris. Sementara Emily dan yang lainnya harus menggunakan kendaraan mereka karena tujuan arah tempat tinggal mereka berbeda. Pun, demikian Emily juga harus ke rumah sakit karena ibu gadis itu sedang dirawat. Awalnya Emily memaksa untuk mengantar Tila pulang, tapi hal tersebut ditolak Tila.Tila menatap pemandangan jalan dengan tatapan datar. Tila tengah memikirkan hal apa yang akan ia lakukan saat tiba di rumah. Tila bingung dengan sikap yang akan ia ambil. Kemarin malam, Tila bermimpi melihat papa mertuanya di sebuah hutan lebat dengan aura hitam di seki
Pagi ini ada yang berbeda dengan Adam. Pria itu menyambut pagi dengan senyum cerah bahkan sampai ia berada di ruang makan, senyum pria itu tak juga luntur. Hal tersebut sontak membuat Winar, Eddel, dan juga Irena menatapnya heran."Adam, kenapa senyum-senyum begitu? Kamu menang tender?" Winar yang tidak tahan melihat ekspresi wajah bahagia Adam, sontak bertanya."Enggak ada apa-apa, Ma. Aku hanya ingin tersenyum. Memangnya ada yang salah?" sahut Adam santai."Memang enggak ada yang salah. Cuma sedikit aneh saja," balas Winar.Adam menggeleng kepalanya kemudian menegak kopi dalam cangkir sedikit, sebelum kepalanya menoleh ke arah Tila yang baru saja memasuki ruang makan.Melihat kedatangan Tila di ruang makan membuat Adam menghela napas lega. Rupanya perbincangan mereka tadi malam bukanlah mimpi belaka. Ternyata, Tila benar-benar menyetujui agar mereka bisa memulai semuanya dari awal dengan cara yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran Tila di ruang makan. Biasanya sang istr
"Jadi, kamu sudah akur dengan suamimu?"Tila mendongakkan kepalanya dari ponsel yang berada di tangannya. Wanita itu tengah membalas pesan yang dikirim Adam padanya."Memangnya kapan aku pernah bertengkar dengannya?" sahut Tila acuh."Kamu enggak mikir kalau aku enggak paham dengan situasi pernikahan kalian 'kan?"Randy terkekeh geli menatap Tila yang masih dengan ekspresi datarnya. buket bunga dan makanan tentu saja kiriman dari Adam, suami Tila."Aku tahu, ada yang aneh dengan rumah tangga kalian. Makanya, aku tanya sekarang sudah akur atau belum?" Randy mengangkat buket bunga yang berada di atas meja kerja Tila. Tidak hanya bunga, melainkan beberapa jenis makanan yang dipesan di restoran terkenal juga ada di hadapan Tila."Enggak baik buat tahu urusan rumah tangga orang. Mendingan kamu urusin kehidupan kamu sendiri," tandas Tila tajam."Ugh, aku sakit hati mendengar perkataanmu." Randy menekan dadanya dengan ekspresi dramatis yang membuat Tila memutar bola matanya.Tila diam tidak
Gedung dengan dekorasi yang indah terpampang nyata di hadapan para tamu undangan yang hadir. Semua tamu memakai pakaian terbaik mereka. Baik pria dengan setelan jas dan wanita dengan gaun mahal yang melekat pada tubuh mereka. Tidak ada satu orang pun yang memakai pakaian biasa. Bahkan, untuk pelayan pun mengenakan pakaian terbaik yang dirancang oleh desainer terkenal di kota tempat mereka tinggal. Hal tersebut membuat tamu undangan berdecak kagum akan tuan rumah pemilik pesta yang begitu royal. Pemilik pesta tak lain adalah Remmy Anthony. Pria berkebangsaan Inggris yang sudah lama menetap di Indonesia rela mengeluarkan banyak dana untuk acara pernikahannya dengan seorang gadis biasa yang berprofesi sebagai penulis. Remmy sendiri merupakan teman Adam sesama pengusaha. Tidak heran jika pria itu juga mengundang Adam yang kebetulan hadir bersama istrinya, Tila."Aku tidak menyangka akhirnya kamu datang bawa istri, dude. Aku kira kamu akan melajang selamanya." Remmy terkekeh sambil me
Suasana kediaman Adam tampak tegang karena penghuni rumah saat ini sedang merasakan perasaan panik, cemas, dan khawatir menjadi satu.Tepat pada pukul 2 dini hari Tila mulai merasakan kontraksi pada perutnya. Adam yang panik melihat Tila kesakitan segera membangunkan orang-orang rumah, termasuk dengan dokter serta suster yang bertugas di rumah Adam.Adam memang sengaja ingin istrinya melahirkan di rumah agar tidak ada cerita tentang bayi yang tertukar di rumah sakit. Meskipun, hal seperti itu jarang atau mungkin belum pernah terjadi. Namun, Adam tetap ingin istrinya melahirkan di rumah. Hal tersebut membuat orangtua Tila yang mendengar alasan Adam merasa geli. Mereka mengira jika Adam mungkin pernah menonton sinetron yang memiliki tema tentang bayi yang tertukar.Tepat pada pukul 4 pagi, akhirnya suara tangis bayi mulai terdengar. Hal tersebut membuat orangtua Tila, para asisten rumah tangga, dan Angel tersenyum serta merasa lega sekaligus."Oma, dedek bayinya udah lahir?" Angel yang
Tila membuka matanya, lalu menoleh ke samping dan melihat sosok Adam yang tertidur lelap di sampingnya. Diam-diam Tila tersenyum merasa bahagia karena pria yang tertidur di sampingnya saat ia membuka mata adalah Adam Tirtando. Terkadang, Tila berpikir jika pernikahannya dan Adam hanya mimpi belaka karena memang Tila tidak pernah menyangka jika laki-laki yang menjadi suaminya adalah cinta pertamanya. Meskipun, mereka sempat berpisah karena kesalahpahaman yang terjadi.Adam mengira jika Tila berselingkuh karena Irena dan Eddel beberapa tahun lalu pernah menunjukkan foto Tila yang tidur dengan Sony. Sementara Tila sendiri mengira jika Adam meninggalkannya karena sudah tak cinta lagi. Tangan Tila terangkat mengusap dengan lembut rahang Adam. Matanya menatap lekat wajah sang suami yang memang tampan meskipun usia sudah tidak remaja lagi."Kalau anak kita laki-laki, semoga menjadi pria bertanggung jawab serta pria yang tampan seperti kamu, Mas," ucap Tila pelan. Tila memang selalu menga
Adam pulang dengan membawa martabak untuk istrinya. Sesampainya di rumah Adam masuk ke kamar dan langsung memeluk Tila yang baru saja meletakkan baju terakhir di dalam lemari. Rupanya istrinya itu baru saja selesai melipat baju, pikir Adam."Mas, bau, ih." Tila menutup hidungnya saat mencium aroma Adam. Sebenarnya Adam tidak bau karena parfum yang dia kenakan tadi pagi masih melekat sampai sekarang. Mungkin karena Tila sedang hamil, maka agak sensitif indera penciumannya."Mas kangen banget sama kamu, Sayang." Adam dengan gemas mencium kening Tila. Setelah itu ia mengangkat tubuh Tila dan memutarnya beberapa kali hingga akhirnya Tila merasa pusing."Pusing kepala aku, Mas.""Pusing, Sayang? Ugh, sini kepalanya Mas cium biar enggak pusing lagi." Adam dengan gemas mencium kepala Tila bertubi-tubi hingga membuat Tila menepuk pundak Adam."Mas," rajuknya cemberut."Istrinya Mas ini bikin gemas saja." Adam mengangkat tubuh Tila kemudian memangkunya. Saat ini mereka sedang duduk di te
Adam mendengar dengan teliti penjelasan kepala kepolisian yang menceritakan kronologi bagaimana Irena bisa tertembak.Irena ternyata tidak melarikan diri ke rumah kedua orang tuanya. Wanita itu justru melarikan diri ke rumah sahabatnya yang masih terletak di negara yang sama dengan kedua orangtuanya. Parahnya lagi, ternyata selama ini Irena memiliki hubungan dengan para mafia yang sudah diincar lama oleh aparat di sana. Meskipun bukan anggota inti, ternyata Irena seringkali berinteraksi dengan mereka dan meminta bantuan mereka.Para mafia ini cukup banyak merugikan negara. Bahkan, mereka berhasil menciptakan sebuah racun yang bisa membunuh secara perlahan ataupun secara cepat dan akurat. Sama halnya yang terjadi pada Eddel, Irena mendapatkan racun tersebut dari salah seorang anggota mafia yang bersahabat dengannya.Aparat kepolisian luar negeri berhasil menyelidikinya. Mereka sudah mengamankan beberapa tersangka. Terakhir, mereka melakukan pengejaran terhadap Irena yang berhasil lol
Adam menatap lekat wajah sang istri yang sudah terlelap sejak tadi. Tanpa sadar pria itu meneteskan air matanya saat mengingat cerita Herman tadi bahwa penderitaan istrinya berawal dari sang mama yang memiliki dendam dan kebencian pada bapak mertuanya.Andai saja dulu ia tahu jika mamanya dan Pak Herman pernah memiliki masa lalu, serta sang Mama memiliki dendam, mungkin Adam tidak akan pernah memperkenalkan Tila pada mamanya. Tila tidak akan mengalami kejadian pahit seperti dulu andai saja mamanya tidak memiliki kebencian yang tak masuk akal pada Tila. Adam sendiri merasa bingung mengapa mamanya bisa memiliki kebencian yang mendalam pada keluarga Tila. Meskipun Adam tahu jika mamanya memang egois dan memiliki ambisi besar, tapi Adam tidak pernah menyangka mamanya tega melakukan hal keji.Tangan Adam bergerak mengusap kepala Tila dengan lembut. Sementara tatapan matanya terus menatap wajah sang istri yang begitu damai dalam tidurnya. Adam mendekatkan bibirnya ke kening sang istri ke
Pagi ini Tila kembali merasakan mual. Hal tersebut sontak membuat Adam yang masih tertidur segera bangun dan menghampiri istrinya."Mau ke kamar mandi?" Adam memijat tengkuk Tila dari belakang berharap apa yang ia lakukan bisa mengurangi mual yang dirasakan oleh istrinya."Enggak perlu, Mas. Dari tadi aku udah bolak-balik kamar mandi. Aku cuma mual-mual aja," sahut Tila. Wanita itu terduduk di sisi tempat tidur sambil memijit keningnya."Aku ambil air hangat sebentar, ya. Tunggu."Adam segera bergegas keluar ke dapur untuk mengambil air hangat yang tersedia di dalam termos."Tila masih mual?" Jumi yang sudah berada di dapur menoleh menatap Adam."Iya, Bu. Ibu ada saran supaya mualnya agak berkurang?""Nanti ibu buatkan minuman yang bisa mengurangi mual. Itu resep turun temurun dari keluarga ibu," jawab Jumi, membuat Adam lega."Alhamdulillah. Terima kasih banyak kalau begitu, Bu."Jumi tersenyum menggeleng pelan kepalanya. "Enggak perlu terima kasih. Tila anak ibu sendiri kok."Adam t
Sudah seminggu sejak Tila keluar dari rumah sakit. Adam senang karena istrinya tidak dirawat di rumah sakit terlalu lama. Terlebih lagi kondisi Tila sudah cukup membaik dan hanya mual yang ia rasa. Namun, rasa mual sudah berkurang semenjak Tila mengkonsumsi vitamin yang diresepkan oleh dokter."Sayang," panggil Adam.Pria itu baru saja masuk ke dalam rumah kedua orangtua Tila yang akan mereka tempati sebelum kepindahan ke rumah baru yang masih dalam tahap finishing akhir. Maklum saja, ada beberapa bagian yang di renovasi ulang sesuai dengan keinginan Adam. Jadi, proses kepindahan mereka sedikit tertunda. Adam menatap sekeliling rumah yang tampak sepi dan membuat Adam cemas apalagi saat ini Irena belum ditemukan oleh pihak kepolisian. "Papa!" Adam menghentikan langkahnya saat mendengar suara seruan Angel dari pintu depan. Adam berbalik hanya untuk melihat Angel dan Tila yang sepertinya baru saja tiba di rumah."Dari mana, Sayang?" Adam mengangkat tubuh Angel ke dalam pelukannya s
Hari ini lagi-lagi Adam harus menitipkan Tila pada kedua mertuanya. Pria itu akan ke kantor polisi untuk menemui pengacaranya sekaligus Sam dan Lula yang sudah menunggunya di sana.Tila belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Istrinya itu akan pulang dalam waktu dua, tiga hari mendatang. Adam lega karena kedua mertuanya mau ia repotkan dalam menjaga Tila.Adam kemudian masuk ke sebuah ruangan dimana sudah ada beberapa orang yang menunggunya."Kami mohon maaf sekali atas keteledoran pihak kami dalam mengamankan saudari Irena."Pak Irwan selaku Kapolda menatap Adam yang duduk di hadapannya. Ini karena kecerobohan mereka sehingga membuat tahanan atas nama saudari Irena bisa kabur dari sel tahanan.Pak Irwan sendiri menduga jika saat melarikan diri Irena dibantu oleh seseorang sehingga mempermudah wanita itu untuk bisa kabur."Kami juga sudah melakukan penyelidikan dan pencarian terhadap tersangka. Kami menemukan beberapa tempat yang didatangi oleh saudari Irena sebelum menghilang.""Sala
Setelah mengurus semua berkas kasus perkara yang dibantu oleh beberapa pengacara termasuk Wijaya sendiri, Tila akhirnya bisa keluar dari kantor polisi dengan jaminan dirinya saat ini masih berstatus sebagai saksi. Adam tidak ingin membuat istrinya tertekan berada di dalam sel, segera membawanya keluar. Dengan tubuh terbalut setelan jas mahal, Adam tanpa malu membopong istrinya keluar dari kantor polisi diikuti oleh tiga orang pengawalnya. Sengaja Adam membawa pengawal agar bisa menjaganya dan Tila jika ada sesuatu yang terjadi. Mobil sudah disiapkan dan Adam segera masuk dengan Tila masih berada dalam dekapannya. Adam berencana untuk membawa istrinya ke rumah sakit dan memeriksa kondisi Tila secara keseluruhan. Adam tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Tila dan calon anak mereka. "Langsung ke rumah sakit," ucap Adam pada sopir yang baru tiba. Pria itu kemudian menatap istrinya yang masih terlihat lemah. "Sayang, kalau mau makan sesuatu bilang sama mas. Nanti kita mamp