Share

BAB 7

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-03 00:23:13

Urusan memasak sudah beres. Aku melanjutkan pekerjaan lain yang belum usai. Menyapu halaman, menjemur baju dan membersihkan kamar mandi. Rencananya setelah semua kelar aku akan fokus promosi dagangan Mbak Santi. Semoga saja hari ini ada barang yang terjual, jadi bisa menabung sedikit demi sedikit untuk melunasi hutang.

Tak banyak hal yang kuinginkan saat ini. Aku hanya berharap ibu baik-baik saja di sana dan aku bisa melewati semua ujian ini dengan baik. Jika mereka memiliki rencana lain untuk menjebakku di sini, aku juga memiliki rencana berbeda dan tak sepolos sebelumnya.

Jarum jam menunjuk angka sembilan saat semu urusan pekerjaan kelar. Setelah membersihkan badan dan ganti pakaian, aku beranjak ke ranjang. Sedikit menyelonjorkan kaki lalu merebahkan badan. Rasanya cukup lelah, tapi mendadak semangat itu hadir saat kulihat sebuah pesan masuk di layar. Bukan pesan dari nomor nggak dikenal itu lagi, tapi dari nomor baru yang menanyakan daganganku.

[Mbak, hijab model ini warna hitam masih ada? Kalau masih mau pesan tiga ya]

Rasanya terharu saat membaca orderan pertama dari jualanku itu. Tak terasa kedua mataku berkaca-kaca karenanya. Aku yakin jika ditelateni akan menghasilkan juga suatu saat nanti. Lima puluh juta memang bukan uang yang sedikit, tapi dengan kerja keras aku yakin akan mendapatkannya.

Mungkin jika aku memilih berpisah dan bekerja akan lebih cepat menghasilkan uang. Hanya saja aku tak ingin membebani ibuku lagi. Ibu pasti akan semakin kepikiran jika aku pergi dari Mas Azka di usia pernikahanku yang baru seumur jagung. Sungguh, aku hanya ingin melihat ibuku lebih tenang di usia senjanya.

[Mbak Santi, hijab model ini yang hitam stoknya masih ada atau nggak ya? Ada yang tanya soalnya, kalau masih ada dia minta tiga. Nanti alamatnya aku kirim ke Mbak Santi ya, sekalian dipaketkan.]

Kukirimkan pesan panjang itu pada Mbak Santi. Seperti perjanjian di awal, dia yang akan mengurus pengiriman karena tugasku hanya promosi saja. Jika nanti terjual tiga potong, itu artinya aku mendapatkan komisi lima belas ribu rupiah. Lumayan untuk awal jualan dan aku akan mensyukuri berapapun rezeki yang dilimpahkanNya untukku.

[Masih ada lima, Mbak. Oke, ditunggu alamatnya ya. Semoga deal. Nomor rekeningnya sudah aku kirim kemarin ya, Mbak. Semangat selalu Mbak Ratna!]

Aku tersenyum tipis membaca pesan dari Mbak Santi. Lega saat melihat stok di tokonya yang masih cukup. Gegas kukirimkan pesan pada calon pembeli sesuai balasan dari Mbak Santi barusan.

Tak selang lama, calon pembeli itu mengiyakan. Dia mengirimkan alamat rumahnya dan minta totalan. Lagi-lagi aku tersenyum dan terharu karena pesanan perdana ini bukan dari pembeli yang terlalu banyak drama.

[Sudah aku kirim ya, Mbak. Silakan dicek dulu, ini bukti transfernya. Kalau mau kirim paketnya kabari aku ya, Mbak. Sekalian minta bukti kirimnya juga biar bisa dilacak. Makasih Mbak Ratna]

Obrolan usai dengan bukti transfer yang terkirim di layar. Lega rasanya mendapatkan pesanan pertama ini. Pesanan yang membuatku semakin bersemangat untuk menjual lebih banyak lagi. Aku yakin tak akan ada yang sia-sia dari sebuah perjuangan dan doa.

[Alhamdulillah, akhirnya pesanan perdana datang ya, Mbak. Sudah aku cek transferannya, Mbak. Aku catat penjualan Mbak Ratna ya. Awal bulan nanti aku kirim ke Mbak Ratna komisinya. Hari ini lima belas ribu. Makasih, Mbak Ratna. Semakin semangat ya!]

Aku tersenyum membaca pesan dari Mbak Santi. Dia memang selalu menyemangatiku untuk mempromosikan dagangannya. Semangat darinya itu membuatku semakin yakin akan ada hasil jika benar-benar mau berusaha.

Nyatanya dia juga berhasil mengirimkan puluhan paket setiap harinya, padahal awal jualan dulu nyaris tak ada yang laku. Berkat kegigihan dan doanya setiap hari, kini dia mulai memetik hasilnya.

***

Suara salam terdengar cukup keras dari luar pagar. Aku buru-buru beranjak dari kursi makan lalu melangkah tergesa ke teras rumah. Seorang laki-laki berdiri di depan pagar dengan membawa sebuah paket dan buket bunga.

Sepertinya dia kurir yang mungkin ingin mengirimkan paket untuk mama atau saudara iparku karena aku sendiri tak pernah belanja apapun. Kenapa ada buket bunga segala? Ah, entah. Mungkin juga buat Nina dari kekasihnya.

"Maaf, apa benar ini rumahnya Mbak Nina?" tanya laki-laki itu ramah. Mungkin kurir baru karena aku belum pernah melihat dia sebelumnya.

"Benar, Mas. Saya kakak iparnya. Ada yang bisa dibantu?" tanyaku kemudian. Laki-laki itu memperlihatkan paket dan buket bunga yang dibawanya.

"Ini ada kiriman untuk Mbak Nina. Saya foto sebagai bukti terima ya, Mbak," ucapnya ramah.

Aku pun mengiyakan lalu mempersilakannya untuk memotretku sembari membawa paket kecil dan buket yang baru saja kuterima.

Setelah kepergian kurir itu, aku kembali masuk ke rumah dan mengunci pintu seperti biasanya. Kusimpan paket Nina di dalam lemari, sementara buket bunganya kuletakkan di atas meja rias. Akan kuberikan padanya kalau sudah pulang dari hajatan.

Seperti biasa, aku mulai menyetrika baju-baju yang menumpuk. Biasanya ini tugas Mbak Meli, hanya saja dia cuti selama seminggu. Jadi, mama memintaku untuk menggantikannya. Sejak beberapa hari lalu, aku memang menyetrika semua baju yang ada, tak hanya milik suamiku melainkan milik mama dan saudara-saudaranya juga.

Namun, kali ini aku tak akan melakukan hal yang sama. Aku pilih baju dan celana milikku, punya mama dan Mas Azka saja. Baju lainnya hanya aku lipat dan kutata di tempat semula. Jika memang mau distetrika, biar saja Nina dan Mbak Rani yang melakukannya sendiri. Mereka juga punya kedua tangan yang bisa dipakai untuk mengurus kebutuhannya sendiri.

Tugasku di sini hanya berbakti pada Mas Azka dan mama, untuk urusan lain aku tak akan peduli lagi. Aku tahu bagaimana sikap mama dan Mas Azka padaku, tapi seperti apapun perlakuan mereka, selama statusku masih menjadi istri aku akan tetap berusaha untuk menghormatinya. Kecuali jika aku sudah tak kuat dan menyerah, aku akan pergi dan tak akan pernah kembali.

Suara mobil Mas Azka terdengar di luar. Aku buru-buru mencuci tangan lalu melangkah sedikit tergesa ke luar rumah. Suara celoteh Arga, anaknya Mbak Rani mulai terdengar. Dia membawa mobil-mobilan cukup besar lalu berlari ke dalam rumah.

Melihat mama dan Mbak Rani sedikit kerepotan, aku buru-buru melangkah ke garasi untuk membantu mereka membawakan beberapa barang yang entah apa isinya.

Saat aku mendekat, kedua wanita itu melengos lalu mendorongku kasar.

Aku tak tahu mengapa sikap mereka semakin terasa berbeda. Aku rasa mereka kesambet saat perjalanan pulang. Tak ada angin tak ada hujan kenapa keduanya semakin terlihat menyeramkan.

"Aku bantu, Ma," ulangku sembari berusaha membawakan tas mama. Namun, lagi-lagi dia menangkis tanganku.

"Nggak usah bantu apa-apa. Mama bisa bawa sendiri," ketusnya.

"Mama kenapa sih? Baru pulang sudah marah-marah?" tanyaku kemudian.

Biasanya aku tak seberani itu untuk bertanya sesuatu padanya. Hanya saja, kali ini aku tak tahan lagi. Aku berusaha memberanikan diri. Iya, mulai saat ini aku memang ingin lebih berani agar tak selalu dianggap remeh dan dimanfaatkan oleh mereka. Mungkin dengan begitu mereka bisa sedikit menjaga sikap. Lagipula, aku punya hak untuk menghargai diriku sendiri bukan?

"Urus saja lelaki itu. Baru ditinggal dua hari, sudah bermain api!" sentak mama membuatku bertanya-tanya apa maksudnya.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
sumarningsih 97
lanjut ceritanya
goodnovel comment avatar
Yani
bagus ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 8

    Aku berusaha tetap tenang. Tak ingin memperkeruh keadaan, aku memilih kembali ke dapur untuk menyiapkan peralatan makan dan meletakkannya di meja. Kudengar dari mama kalau mereka belum makan siang, makanya tanpa diminta aku sudah menyiapkan semuanya.Rani pun datang untuk mengambilkan makan siang Arga. Jagoan kecil itu duduk di sofa ruang tengah sembari menikmati serial kesukaannya saat Rani datang membawa sepiring nasi dengan nila gorengnya. Arga semringah. Dia bilang ingin segera disuapi oleh mamanya karena sudah cukup lapar.Tak selang lama, Nina ikut bergabung dengan kakaknya. Dia sudah kelar mandi dan berganti pakaian. Sementara Azka baru keluar kamar dengan rambut basahnya. Dia menatapku beberapa saat lalu menghela napas kasar. Entah apa yang ada dalam benaknya saat ini. Aku ingin sekali bertanya, tapi dia buru-buru ke ruang tengah dan duduk di samping keponakannya."Kamu nggak tanya sama istrimu ngapain aja dia di rumah, Ka?" tanya mama saat keluar kamar.Dia melirikku sinis la

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 9

    Suasana masih tak mengenakkan sejak kejadian tadi siang. Namun, aku berusaha untuk tetap tenang dan tak tersulut emosi. Walau bagaimanapun aku tahu statusku sebagai istri. Aku tak ingin durhaka pada suami."Mas, gimana kabar Mbak Viona? Apa dia juga datang di hajatan kemarin?" tanyaku iseng.Aku hanya ingin tahu bagaimana tanggapan Mas Azka saat kutanyakan kabar mantan istrinya itu. Kenapa seolah dia bebas berdekatan dan bersenda gurau dengan mantan istrinya, sementara aku tak boleh berdekatan dengan siapapun? Bahkan sekadar menerima paket saja sudah dicurigai dan dituduh macam-macam.Mas Azka menghentikan aktivitasnya sejenak. Aku lihat dari gerak-geriknya cukup salah tingkah. Apa dia menutupi sesuatu dariku sampai segelisah itu? Pikiranku mendadak kemana-mana saat melihat ekspresinya yang berubah seketika. Dia menatapku sekilas lalu kembali fokus pada layar handphonenya."Apa kalian bertemu di sana dan ngobrol banyak berdua?" tanyaku lagi sengaja memancingnya agar bicara."Kenapa ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 10

    [Mbak Ratna, Mbah Rum tanya mau ke sini jam berapa, soalnya sekarang masih ada hajatan kecil-kecilan di rumah tetangga. Kebetulan Mbah Rum diminta untuk bantu-bantu di sana]Handphone di saku gamisku kembali bergetar. Kurogoh benda pipih itu lalu melihat layarnya. Pesan dari Fina kembali muncul di sana. Aku memang sudah janji akan ke rumah ibu sore ini, tapi jika tak diizinkan pulang sekarang aku minta besok pagi saja.Lagipula sekarang aku harus mengikuti ajakan Mas Azka untuk cek cctv itu di rumah Pak Ahmad. Jika mengelak, dia pasti akan semakin curiga dan menuduhku macam-macam. Aku nggak mungkin diam saja dengan fitnah menjijikkan itu."Pesan dari siapa?" tanya Mas Azka saat melewatiku."Dari Fina, tetangga ibu," balasku singkat."Mau ngapain lagi?" tanyanya seolah tak suka jika Fina sering bertukar kabar denganku.Mas Azka tahu jika dari Finalah aku mendapatkan kabar tentang ibu. Ibu biasa menitipkan pesan padanya."Ibu minta aku pulang sebentar, Mas. Kalau nggak sore ini bisa bes

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 11

    "Mau kemana, Mas?" tanya Nina yang baru keluar dari kamar mandi."Mau ke rumah Pak Ahmad cek cctvnya. Benar apa nggak kalau lelaki itu masuk rumah saat kita nggak ada di sini," balas Azka sembari menghela napas panjang.Nina manggut-manggut lalu melirik kakak iparnya yang masih berdiri di samping suaminya."Kenapa melamun, Mbak? Takut kedoknya akan terbongkar?" sindir Nina dengan senyum sinisnya."Kedok? Selama ini aku nggak pernah pakai kedok atau topeng. Jadi, ngapain takut terbongkar segala. Maaf ya, aku nggak suka drama dan yang pasti aku nggak melakukan apa yang kamu tuduhkan. Sekalipun dunia menghukumku, kalau aku nggak salah ngapain aku takut. Satu hal yang harus diingat, Allah Maha Melihat dan Maha Tahu apa yang sebenarnya terjadi. Bukan begitu, Nin?" Aku menatapnya lagi lalu tersenyum tipis. Nina mencebik."Jadi ke rumah Pak Ahmad sekarang, Mas?" tanyaku pada Mas Azka yang terlihat masih bimbang."Kalau kamu curiga aku bermain api di rumah ini saat kamu pergi, ayo ke rumah Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 12

    "Kamu masih curiga kalau aku selingkuh, Mas?" tanyaku saat Mas Azka terdiam beberapa saat lamanya. Dia tak menanggapi apapun yang dikatakan Nina, lalu diiyakan oleh mama."Setelah melihat cctv itu, apa kamu masih tetap mencurigaiku? Kamu bisa cek handphoneku kalau masih nggak percaya. Aku benar-benar nggak ada hubungan apapun sama laki-laki itu. Nggak kenal juga." Aku kembali menjelaskan.Berulang kali menjelaskan pada keluarga suamiku, tapi sepertinya mereka tak percaya dan tetap saja mencurigaiku. Sekarang aku tak peduli bagaimana sikap mereka, yang penting Mas Azka percaya apa yang kukatakan. Detik ini aku merasa memiliki kewajiban untuk menjelaskan ulang padanya agar dia tak ikut curiga seperti keluarganya.Aku tahu Mas Azka belum mencintaiku karena pernikahan ini memang berawal dari perjodohan, tapi sebagai istrinya aku memiliki kewajiban untuk membuatnya percaya. Aku tak ingin dituduh macam-macam oleh suamiku sendiri, apalagi menyangkut soal harga diri."Aku sudah cek buket dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-07
  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 13

    "Senin sore aku pulang, Mas." Mas Azka mengangguk tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Dia masih fokus dengan handphonenya seperti biasa sekalipun berusaha mengulurkan tangannya saat kuminta. Tak terlalu peduli dengan sikap acuhnya, sebagai seorang istri aku tetap menghormati statusnya. Izin saat akan pergi dan mencium punggung tangannya saat berpamitan. Jika dia tak pernah menganggapku ada ataupun tak mau menghargaiku sebagai istrinya, biarlah itu menjadi urusannya sendiri. Yang penting aku tetap menghargai statusnya sebagai suami. Aku tak ingin menjadi istri durhaka hanya karena suamiku tak peka. Aku tak ingin mengabaikan tanggungjawabku, meski dia selalu tak peduli dengan tanggung jawabnya. Lagi dan lagi biarlah, aku yakin suatu saat nanti ada masanya dia akan menyesali semua kekhilafannya ini. "Jangan lupa, sebelum pergi urusan rumah beresin dulu!" perintah Mas Azka saat aku membuka pintu kamar. "Sudah beres semua kok, tenang saja. Aku tahu tugasku sebagai istri dan menantu di

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 14

    Malam ini aku benar-benar nggak bisa tidur. Berbagai pertanyaan mondar-mandir di benak. Berulang kali menerka-nerka, tapi yang ada justru semakin sakit kepala. Untuk bertanya pada ibu pun bukan solusi yang tepat karena kutahu ibu seolah berat menjelaskannya. Aku tak mungkin memaksa ibu untuk menceritakan semuanya, sementara dia sudah bilang besok akan dijelaskan oleh Pak Wildan. Widan. Perumahan Permata, jalan Kusuma Bangsa nomor 35. Nama dan jalan itu terpahat jelas di benakku. Aku tak tahu siapa sebenarnya Pak Wildan dan siapa sebenarnya Hamis Kuncoro Adi. Namun, nama yang terakhir itu jelas disebut penghulu saat melakukan ijab qabulku. Itu artinya, itu adalah nama bapak kandungku. Bapak yang kutahu telah tiada beberapa tahun silam. Lelaki sederhana dengan senyum dan tawa khasnya. Lelaki terhebat yang begitu menyayangi ibu dan aku. Dia yang berjuang sekuat tenaga untuk kebahagiaan keluarga, meski terkadang mengabaikan kebahagiaannya sendiri. Aku tak tahu apa yang akan dijelaskan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 15

    "Oke, Ratna. Saya ceritakan sedikit soal ini supaya kamu nggak bertanya-tanya," ucap laki-laki itu begitu ramah. Senyum tipis sering kali terlukis di wajahnya yang menua. "Baik, Pak," balasku singkat. Ibu pun menoleh lalu mengangguk pelan ke arahku. "Saya ini pengacara keluarga Pak Hamis Kuncoro Adi. Saya sudah tahu maksud kedatanganmu dan ibu ke sini karena memang sudah kami bahas sejak tiga tahun yang lalu."Laki-laki itu mulai menjelaskan. Tanpa menunggu balasanku, dia langsung membuka sebuah map biru dan memeriksa berkas-berkas di dalamnya."Baiklah, langsung saja. Ini jatah yang diberikan bapak untuk Ratna. Coba Ratna dan Bu Sumi baca terlebih dahulu. Kalau sudah selesai dibaca, nanti saya jelaskan jika memang ada yang belum dimengerti," ucap Pak Wildan tenang saat menyerahkan dua buah berkas itu padaku.Aku dan ibu mulai membacanya perlahan. Mataku terbelalak seketika saat membaca tulisan yang tertera di sana. Kulirik wajah ibu yang terlihat biasa saja. Bagaimana mungkin ibu s

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-10

Bab terbaru

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 32B

    "Mau kemana, Na?" tanya ibu saat melihatku siap-siap di kamar. "Mau ke rumah Yesha makan malam, Bu. Hari ini dia rayakan ulang tahun pernikahan." Ibu tak membalas ucapanku. Wanita paruh baya itu melangkah mendekat lalu duduk di tepi ranjang sembari mengamatiku yang sedang berdandan. "Nggak usah berias. Nggak elok buat perempuan yang masih dalam masa iddahnya. Kalau saja bisa kamu bahkan tak diperkenankan keluar rumah, takut ada fitnah," ujar ibu kemudian. Kuhela napas panjang. Seperti yang kukhawatirkan sedari tadi soal iddah, ternyata benar jika masa ini adalah masa pingitan. Dipingit supaya tak berbuat aneh-aneh di luar rumah karena masih dalam masa berkabung akibat perceraian. Tapi, rasanya aku tak sesedih itu bahkan bahagia bisa terlepas dari belenggu yang sebelumnya menimpaku. "Baiklah, Bu. Ratna akan hapus make up-nya, tapi izinkan Ratna ke rumah Ayesha ya? Ratna diundang ke sana. Bukankah salah satu kewajiban seorang muslim itu memenuhi undangan dari sesama muslim lainnya?

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 32A

    [Mas, bagaimana urusan perceraian itu? Sudah bereskah?] Kukirimkan pesan singkat itu pada Mas Latif. Kemarin dia bilang, urusan persidangan sudah beres tinggal menunggu surat perceraian saja. Kalau benar begitu, syukurlah. Semua memang lebih mudah dan cepat karena Mas Azka benar-benar tidak datang dalam persidangan. Mungkin dia pikir, ketidakdatangannya itu akan membuatku berpikir ulang atau bahkan mempersulit jalannya persidangan. Tanpa dia sadari, tindakannya itu justru membuat persidangan lebih cepat dan tak berbelit-belit. Mas Latif pun berusaha keras agar kasus perceraian ini berjalan lancar tanpa hambatan. Dia memang sangat bisa diandalkan. [Alhamdulillah sudah selesai, Mbak. Semua lancar seperti yang Mbak Ratna harapkan. Kapan kita bertemu, ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan] Balasan dari Mas Latif masuk ke aplikasi hijauku. Alhamdulillah, akhirnya aku benar-benar bebas dari keluarga ajaib itu. Mereka nggak akan bisa menggangguku lagi setelah ini karena perceraianku

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 31B

    Urusan perceraian sudah ditangani Mas Latif. Aku hanya menunggu kabar baiknya saja. Sejak tadi pagi, seolah ponselku tak berhenti berdering. Beberapa menit hening, beberapa menit kemudian kembali nyaring. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Mas Azka. Sudah dua minggu lebih aku tak bertemu dengannya dan sejak itu pula aku rajin perawatan di salon. Biar saja, sengaja akan kubuat dia shock saat melihat penampilanku nanti. Di pasti tak pernah menyangka jika istri yang sering dia maki-maki karena jelek, buluk, kucel, miskin, tak berpendidikan dan tak berkelas itu kini berubah drastis. Aku tak akan membiarkan mereka menghinaku lagi. Dua hari yang lalu, aku sengaja membuat akun baru di sebuah aplikasi berwarna merah. Satu akun untuk jualan sepatu-sepatu dari pabrikku itu dan satu lagi akun pribadi. Sengaja aku tautkan antar keduanya biar orang-orang yang akan menjadi distributor, agen atau pun resellerku tahu siapa ownernya. Yang nggak kalah penting, aku sengaja mengikuti akun Mas Azka, Nina

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 31A

    Kuucapkan salam saat memasuki rumah. Rupanya, Mas Latif sudah datang terlebih dahulu. Dia masih asyik mengobrol dengan ibu di ruang tamu. Kulihat ibu sedikit kaget melihat kedatanganku. "Darimana? Terlihat lebih segar dan cantik," bisik ibu setelah membalas salamku. Bisikan ibu membuatku meringis kecil. "Maaf sudah menunggu, Mas." Aku menangkupkan kedua tangan sebagai perkenalan. "Oh nggak apa-apa, Mbak. Saya juga baru datang," jawabnya dengan senyum tipis. Kulihat Bik Anah sudah membawakan tiga gelas minuman dingin dan camilan lalu meletakkannya di meja. Aku meminta ibu untuk menemani obrolan kami."Langsung saja ya, Mas. Jadi aku sama suami baru menikah dua bulanan secara siri. Aku sudah minta dia agar mau menceraikanku, tapi dia menolak dengan alasan macam-macam. Apa boleh buat, mau nggak mau aku yang menggugat karena selama ini dia dan keluarganya memang hanya memanfaatkanku saja. Apa Yesha sudah menjelaskannya kemarin?" "Iya, Mbak. Garis besarnya memang sudah diceritakan Mba

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 30B

    "Kamu dapat warisan, Na?" tanya mama menyela. "Kalau iya, kenapa? Kalau nggak, juga kenapa? Sudahlah. Bukan urusan mama dan Mas Azka," jawabku lagi. "Jelas masih urusan Azka dong, Na. Kalian masih sah suami istri," ucap mama cepat. Giliran urusan harta saja kalian gerak cepat. Dasar keluarga mata duitan!"Benar kata mama, Na. Kita masih sah suami istri. Jadi, apa yang kamu miliki itu juga milikku." Mas Azka begitu bersemangat. "Enak aja! Kamu nggak ada hak di sana ya, Mas. Lagipula aku sudah bilang kemarin sama kamu. Aku mau kita cerai. Aku nggak sudi lagi punya suami dan mertua dzalim seperti kalian. Jadi, jangan coba-coba mengambil keuntungan," jawabku lagi. Kutekankan kata dzalim dan keuntungan di sini agar mereka tahu diri. Aku yakin Mas Azka sengaja menyalakan speaker handphonenya agar mama atau mungkin Nina bisa ikut mendengar obrolan ini. "Nggak akan! Aku nggak akan pernah menceraikanmu. Aku nggak mau cerai, Ratna!" ucap Mas Azka tegas. "Terserah kamu, Mas. Kalau kamu me

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 30A

    "Nin ... Nina!" Viona menggoyang-goyangkan tubuh Nina yang mendadak pingsan. Aku diam saja, masih asyik membaca majalah yang kubawa dari mobil tadi sambil menunggu karyawan salon yang akan membersihkan rambutku. Ini salon khusus perempuan, jadi tak ada laki-laki keluar masuk sembarangan. "Tanggung jawab kamu, Na! Pakai acara menghalu segala. Pingsan 'kan dia," ucap Viona tiba-tiba. Dia menoleh ke arahku dengan tatapan kesal, sementara aku hanya mengernyit.Menghalu, katanya? Rupanya dia masih nggak percaya dengan cerita Anggun barusan. Mungkin masih begitu yakin kalau aku sesuai dengan prasangkanya. Oh, yasudahlah terserah apa maunya. Lagipula aku juga malas berdebat dengan perempuan sepertinya. Buang-buang waktu dan tenaga saja. "Heh, malah enak-enakan baca majalah. Bantuin nih adik iparmu. Bikin ribet aja pakai pingsan segala. Mau perawatan jadi gagal," sungut perempuan itu lagi. Aku masih bergeming dan hanya melirik sekilas. "Kamu nggak tuli kan?!" sentak Viona sembari berusaha

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 29B

    "Berani-beraninya mengancamku! Heh, kamu nggak tahu siapa aku?!" sentak Viona tak mau kalah. "Tahu. Kamu hanya mantan suamiku yang kini berusaha mendekatinya lagi setelah dia berusaha move on dari perempuan tukang selingkuh sepertimu," balasku sekenanya. Wajah Viona memerah. Dia pasti tak terima dengan jawabanku. Aku tak peduli."Asal kamu tahu, Mas Azka nggak mungkin bisa move on! Dia terlalu mencintaiku. Dasar perempuan tak tahu diri. Mimpimu terlalu tinggi untuk membuatnya jatuh cinta padamu. Mengerti!" Aku menatapnya sembari tersenyum miring. "Mengerti, Nona Viona. Silakan ambil suamiku kalau kamu mau. Aku tak membutuhkannya lagi," bisikku dengan sedikit penekanan. Dua karyawan salon itu berusaha menenangkan Viona yang makin meradang. Mereka menarik tangan Viona yang nyaris melemparku dengan vas bunga. Malas berdebat, aku sengaja keluar salon agar mereka tahu jika aku bukanlah Ratna yang dulu. Aku yakin mereka akan mengintip dan mengikuti kemana aku pergi. Benar saja, dua per

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 29A

    Sejak dua hari yang lalu, aku sudah mencari salon terbaik di kota ini untuk melakukan perawatan wajah dan badan. Mulai detik ini, aku tak ingin lagi diremehkan oleh Mas Azka soal penampilan apalagi dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya itu. Setidaknya agar dia sadar jika ingin melihat istrinya cantik dan modis dia juga harus mengeluarkan modal. Sekiranya tak sanggup memberikan dana, mungkin lebih baik jika diam. Semakin dia menghina istrinya, semakin membuatnya terlihat buruk karena menguliti aib sendiri. Selain itu, aku juga akan membuktikan pada keluarga dzalim itu jika hidupku jauh lebih bahagia setelah tak bersama dengan mereka. Mereka pasti menyesal dan shock saat melihatku mendadak kaya. Bukan soal dendam dan sebagainya, aku hanya ingin mereka sadar jika Allah bisa mengubah kehidupan hambaNya dengan mudah dalam sekejap mata jika DIA berkehendak. Jadi, buat apa merasa paling tinggi bahkan merendahkan yang lainnya?[Kenapa nggak kirim nomor rekeningnya, Mas?] Kukirimkan

  • TERNYATA ISTRIKU ANAK ORANG KAYA   BAB 28B

    "Ratna ... jawab pertanyaan ibu. Apa benar kabar yang ibu dengar itu?" ulang ibu dengan cemasnya." Kuhela napas panjang lalu mengusap pelan lengan ibu untuk sedikit menenangkan. "Desas-desus itu memang benar, Bu. Sudahlah. Ibu tak perlu merisaukan kabar itu. Pokoknya sekarang Ratna ingin membuka lembaran baru. Ratna tak sanggup lagi menjadi istri Mas Azka. Ratna capek. Hampir semua pekerjaan rumah, Ratna yang kerjakan. Sepertinya mereka sengaja mencari menantu sekaligus untuk dijadikan pembantu. Beruntung Ratna belum hamil, jadi bisa benar-benar bebas dan lepas jika sudah bercerai dengan Mas Azka nanti. Coba kalau sudah hamil, apalagi memiliki buah hati. Mereka pasti melakukan berbagai cara untuk merecoki kehidupan Ratna di kemudian hari." Terpaksa kuceritakan semua alasan perceraianku pada ibu. Aku nggak ingin ibu makin berpikir macam-macam. Aku akan merasa amat bersalah kalau sampai tensi ibu naik lagi hanya gara-gara memikirkan masalahku ini. "Astaghfirullah ... astaghfirullah .

DMCA.com Protection Status