Share

Godaan

Author: Ai Ueo
last update Last Updated: 2025-02-28 22:38:19

"Linda pulang dulu, Tante." Aku mencium punggung tangan bu Sandra.

"Harusnya kamu nginep di sini aja, temenin Mama," pinta bu Sandra.

"Nggak bisa, Ma. Nanti kalau Yogi khilaf gimana?" ucap pak Yogi.

"Mama kunci pintunya. Linda di sini buat temenin Mama, bukan buat kamu," jawab bu Sandra.

"Tapi kan ...."

"Mungkin lain kali, Tante. Linda juga nggak bawa baju ganti, besok mau ada rapat pagi-pagi," jelasku.

Akhirnya bu Sandra pasrah dan membiarkanku pulang di antar pak Yogi. Sekarang sudah pukul delapan, tapi jalanan masih cukup ramai.

"Kamu cantik," ujar pak Yogi.

Yang benar saja, pak Yogi bisa mengatakan itu padaku?

"Tumben?"

"Dipuji malah ngeledek. Nggak jadi muji aja," ucap pak Yogi yang membuatku tidak bisa menahan tawa. Lucu sekali kalau pak bos ngambek.

"Jangan ngambekan, nanti gantengnya luntur," ujarku.

"Belajar gombal dari mana? Aku kira cewek batu nggak bisa gombal."

Memang ya, kalau orang nyebelin itu sampai kapanpun akan tetap begitu.

"Makasih. Bapak nggak usah turun, saya m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Lamaran

    Pukul sembilan kami berpamitan pada pak Bram, aku dan pak Yogi harus segera ke resort. Masih banyak laporan akhir bulan yang harus diselesaikan."Besok ada undangan nikahan, kamu pergi sama saya," ucap pak Yogi saat kami sudah sampai di resort.Aku mengangguk saja, karena memang kami mendapat undangan yang sama.Hari ini pekerjaan selesai dengan tepat waktu. Aku memilih memesan ojek online karena pak Yogi tidak bisa mengantar. Setelah menunggu sekitar sepuluh menit, akhirnya ojek yang aku tunggu sampai juga."Mbak Lin, tumben pulang cepet," sapa Ruri, gadis cantik yang saat ini sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas."Iya nih, kerjaan nggak banyak. Kamu mau ke mana?" Kulihat dia sudah cantik dalam balutan gaun merah muda."Mau ada acara keluarga, bentar lagi dijemput kakak," jelasnya. Meski sudah berstatus mahasiswi, tetapi wajah Ruri tetap imut seperti anak baru gede."Mbak masuk kamar dulu ya, salam buat keluargamu," ucapku.Entah apa yang di cari oleh Ruri, anak orang

    Last Updated : 2025-03-01
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Wajahku panas

    Wajah pak Yogi semakin dekat, tangannya berpegangan pada jok yang aku sandari, sementara tangan satunya berusaha meraih pintu, mungkin untuk berpegangan? Dalam kondisi seperti ini, aku memilih memejamkan mata. Semoga Tuhan mengampuni dosaku."Ngapain tutup mata?" Aku segera membuka mata dan terkejut karena tidak ada sesuatu yang terjadi seperti perkiraanku."Hmm," aku tidak tahu harus menjawab apa."Saya mau bukain pintu, emang kamu pikir saya mau ngapain?" Pak Yogi sudah membuka pintu di sampingku."Aww!" pekikku karena pak Yogi menyentil dahiku."Pikiranmu ya, berbahaya!"Wajahku rasanya sangat panas, malu sekali dan ingin segera menutup wajahku dengan bantal. Dasar pak Yogi, kenapa nggak buka pintu dari luar saja, pikiranku kan jadi ke mana-mana."Dasar perawan! Nanti kalau sudah halal, sekarang tahan dulu," ujarnya. Kenapa jadi aku yang terkesan aku yang tidak sabaran!"Siapa juga yang mikir ke sana. Saya mau turun!" Aku lalu segera turun dari mobil, bisa-bisa aku bertambah malu

    Last Updated : 2025-03-02
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Manis

    "Mama nggak salah kok, Mama pasti ingin yang terbaik buat aku. Makasih ya, Ma," ucapku. Mama adalah sumber bahagiaku dan aku nggak mungkin bikin mama kecewa."Mbak besok nggak usah pulang, nanti aja kalau acara lamaran. Nanti Budhe tambah marah kalau lihat mbak pulang bareng pak Yogi. Mama tutup dulu ya, mau tutup toko dulu," pamit mama."Iya, Ma. Jangan capek-capek."Mama memutuskan sambungan telepon, aku lalu berjalan ke dapur miniku untuk membuat mi instan. Aku membuka laci lalu memilih mi goreng kesukaanku. Satu mi instan, aku beri irisan sawi, telur ayam dan aku juga memasukkan dua buah cabe rawit. Pasti mantap sore-sore begini makan mi goreng pedas.Keringat dingin mengucur dari dahi, kenikmatan yang sangat luar biasa memang mi instan ini. Baru saja selesai mencuci mangkuk, pintu kamar ada yang mengetuk."Mbak Linda sibuk nggak?" tanya Irma dan Reni saat aku sudah membuka pintu."Enggak sih, kenapa?""Anterin beli baju buat besok, Lulu sama Riska juga ngikut," pinta Reni."Kenap

    Last Updated : 2025-03-03
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Apaan?

    I love you." Sayup-sayup aku mendengar suara bisikan itu. Entah itu benar atau aku hanya berhalusinasi karena sudah sangat mengantuk?Aku tidak tahu jam berapa pak Yogi mematikan video call, yang jelas tadi saat bangun pukul lima, panggilan sudah diakhiri.Aku sudah mandi dan gosok gigi, beres-beres kamar juga sudah kulakukan. Menyapu kamar dan mencuci baju juga sudah, sekarang waktunya membuat sarapan.Membuat nasi goreng dari sisa nasi kemarin, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Beruntung masih punya sawi sisa membuat mi kemarin, tidak lupa aku beri taburan bawang goreng dan telur mata sapi di atasnya. Sepertinya aku akan membawa sisa nasi goreng untuk bekal karena masih cukup banyak.Aku sudah siap berangkat kerja, baju sudah rapi, badan wangi, muka sudah dipoles bedak dan kaki sudah terbungkus sepatu. Tidak lupa tas aku sampirkan di pundak dan membawa bekal yang sudah kusiapkan.Menutup pintu kamar, aku lalu berjalan ke depan untuk menunggu pak Yogi menjemput."Nggak bawa motor lagi

    Last Updated : 2025-03-04
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Selangkah lagi

    Mengerjakan laporan sambil menyimak pesan di grup alumni. Grup sedang ramai membahas perceraian salah satu teman seangkatan yang ketahuan selingkuh, lalu viral di dunia maya karena istrinya melabrak pelakor. Beruntung dia tidak satu kelas, jadi aman pergibahan di grup kami. [Dasar memang lakiknya doyan cewek murahan, makanya sampek kegoda.] Tulis Arina, dia memang masih saudara dengan perempuan korban perselingkuhan itu. [Iya, padahal juga nggak ganteng-ganteng banget. Kaya juga nggak, tapi kok banyak tingkah.] Timpal Diana. [Greget banget aku. Kalau aku jadi ceweknya, udah tak bunuh dia. Emang dari dulu udah tukang selingkuh!] Tulis Nanda penuh emosi, dia memang salah satu mantan dari lelaki itu dan mereka putus karena si lelaki selingkuh. Mungkin masih dendam. Aku hanya menyimak, selama ini tidak tahu kehidupan mereka. Beberapa tahun tidak ikut reuni, bukan karena tidak mau, tapi karena selalu bertepatan saat banyak pekerjaan yang tidak bisa ditinggal. [Cieee, yang udah pen

    Last Updated : 2025-03-06
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Berjalan perlahan

    Ini." Pak Yogi menyerahkan satu kardus lumayan besar, entah isinya apa. Beliau bilang ini titipan dari mama.Aku menerimanya dengan senang hati, rasanya cukup berat, aku jadi semakin penasaran dengan isinya."makasih. Bapak mau masuk dulu?" tawarku."Bisa nggak sih, kalau panggilannya diganti?""Hah, maksudnya diganti gimana?" Kenapa harus diganti? Bukannya di mana-mana anak buah memanggil bosnya dengan sebutan bapak."Saya ini calon suami kamu, masak panggilnya BAPAK. Berasa saya ini orang tua kamu," jelas pak Yogi."Mau dipanggil apa?""Ya terserah. Mau panggil Mas, Kakak, Abang, atau Sayang juga boleh," ujarnya.Aku harus memanggil dengan sebutan apa? Sementara selama ini aku sudah nyaman dengan sebutan bapak."Lebih enak dipanggil Mas Yogi atau Bang Yogi?" Sedikit aneh saat mengucapkannya, tapi aku akan berusaha."Sayang aja, kedengerannya lebih enak," jawabnya."Sayang? Terus pas banyak orang manggil Yang, gitu? Malu sama umur lah, Pak. Diketawain banyak orang nanti," ucapku. "U

    Last Updated : 2025-03-09
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   sang mantan

    "Mbak Linda, gabung ya," ucap Irma, aku mengangguk."Mbak, aku tadi ketemu ibunya mas Hasan," ungkap Irma setelah dia duduk di sampingku."Terus?""Beliau tadi nanyain, mbak Linda masih kos di sini apa enggak. Pas aku jawab masih, beliau titip salam buat mbak Linda," jelasnya."Waalaikumsalam," jawabku."Maaf ya mbak, aku cuma nyampein salam aja. Aku jadi nggak enak sama mbak Linda.""Nggak apa-apa, Ir, kamu nggak salah kok. Kamu kan cuma nyampein salam, dan aku juga udah jawab. Cuman, lain kali kalau ibunya mas Hasan tanya gitu lagi, kamu jawab aja kalau mbak Linda udah pindah atau keluar dari kos," jelasku."Siap, mbak. Kalau gitu aku masuk dulu ya, mau belajar besok ujian," ucap Irma, dia lalu masuk ke dalam rumah.Tidak berselang lama, Ruri keluar dari kamarnya. Ruri duduk di sebelahku dengan membawa satu paper bag, entah berisi apa."Buat mbak Linda," ucap Ruri seraya menyerahkan paper bag itu padaku.Aku menerimanya. Meski kecil, paper bag ini cukup berat. "Apa ini?""Hadiah bua

    Last Updated : 2025-03-11
  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   wajah masam

    "Udah sana masuk. Saya mau pulang," ucap pak Yogi.Aku berjalan dengan gontai. Pak Yogi yang biasanya galak dan pemarah, kenapa bisa bersikap seromantis itu?"Dari mana, Mbak?" tanya Irma."Dari ambil ini," aku menunjukkan kantung kresek yang kubawa."Wih, beli martabak nggak bilang-bilang. Mau dong, Mbak," pinta Irma.Aku lalu mengajak Irma untuk duduk di teras depan kamarku, ada juga beberapa ank kos yang berada di luar kamar aku ajak sekalian. Kami menikmati martabak manis dengan senda gurau.Karena mata sudah sangat berat, aku akhirnya pamit lebih dulu untuk beristirahat. Perut kenyang, pasti ujung-ujungnya mengantuk.***"Pagi mbak Linda," sapa Budi."Pagi juga, Bud. Eh, kamu nikahnya tanggal berapa? Kok udah nyebar undangan?" tanyaku pada Budi."Tanggal lima belas, mbak Linda bisa dateng kan?"Tanggal lima belas, berarti satu minggu lagi. Aku masih punya waktu untuk menghadiri pernikahan Budi dan Nia sebelum aku kembali ke kampung halaman."Semoga bisa ya, Bud. Acaranya pagi kan

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Menuju Halal

    "Ya Allah, anak Mama, akhirnya mau nikah juga," ujar mama saat aku baru tiba di rumah."Assalamualaikum, Ma," aku meraih tangan mama lalu menciumnya."Waalaikumsalam. Sampai lupa. Masuk dulu yuk," ajak mama.Aku membantu mama masuk ke rumah dengan tongkat di tangan kirinya. Arman dan Arlan membantu membawa beberapa barangku, aku hanya membawa yang sekiranya tidak diperlukan lagi, sementara baju, sepatu dan barang-barang yang masih bisa dipakai dibawa pak Yogi ke rumahnya."Duduk, Sayang, pasti capek banget ya." Mama mengajakku duduk di kursi ruang tamu."Aku masukin kamar aja ya, Mbak," ujar Arlan."Iya, yang di motornya Arman, taruh di meja makan aja."Arlan dan Arman masuk ke dalam, aku duduk bersama wanita terhebatku."Mama nggak nyangka kalau kamu bakal nikah secepat ini, perasaan baru beberapa bulan lalu kamu masih nggak punya pacar. Jodoh memang nggak bisa ditebak ya, ternyata jodoh kamu yang selama ini ikut jagain kamu," ujar mama."Ini semua juga berkat doa Mama, semua kebaika

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Selamat tinggal kenangan

    Aku segera ke belakang untuk beribadah."Mbak, aku tiduk sini aja. Mbak tidur di ranjang," ujar Arya. Ia sudah merebahkan diri di kasur lantai."Kamu aja yang tidur di ranjang, kamu kan tamu.""Nggak lah, aku kan cowok. Kata Papi, cowok itu harus ngalah sama cewek. Aku udah biasa ngalah sama Tasya," jelasnya.Pak Yogi memang pintar dalam mendidik anaknya. Terbukti Arya menjadi pribadi yang sopan dan pengertian, atau ini didikan maminya dulu? Kalau didikan pak Yogi sepertinya nggak sebagus ini.Sorenya pak Yogi benar-benar tidak pulang, dengan terpaksa aku membawa Arya bersama anak kos untuk berjalan-jalan, kata mereka sebagai kenangan sebelum kami berpisah.[Uangnya sudah kutransfer, traktir anak-anak sepuasnya. Tanya juga sana anak lelakimu apa yang mau dibeli.]Pesan masuk dari pak Yogi. Aku lalu membuka aplikasi M-banking dan ternyata benar sudah masuk uang sebesar lima juta.Hah, lima juta? Aku sampai dua kali mengeceknya, tidak percaya kalau pak Yogi mentransfer uang sebanyak it

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   keceplosan

    "Maaf mbak, tadi Arya kelepasan," ujar Arya, ia lalu menampakkan gigi kelincinya.Jantungku sudah berdebar, eh, dia malah bilang begitu. Padahal sudah senang saja tadi."Sini, mbak ambilin makan. Suka pedes kan?"Daripada pikiranku ke mana-mana, lebih baik aku mengajak Arya makan saja."Suka. Semua masakan mbak Linda aku suka," ujarnya dan membuat senyumku mengembang.Arya makan dengan lahap, di piringnya bahkan tidak ada nasi yang tersisa."Makasih, makanannya enak banget. Arya mau nonton tivi boleh?""Boleh," jawabku.Arya menyalakan televisi, sementara aku membereskan bekas makan kami.Saat sedang menonton televisi bersama Arya, ponselku berbunyi. Panggilan video masuk dari pak Yogi. Aku segera merapikan rambutku yang berantakan, lalu menerima panggilan."Assalamualaikum." Salam dari pak Yogi yang terlihat begitu tampan dengan kaos polo warna hitam."Waalaikumsalam," jawabku."Kamu lagi ngapain?""Lagi nonton tivi sama Arya. Baru selesai makan. Pak Yogi sudah di rumah bu Najwa?""S

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Jantungku nggak aman

    Pukul tujuh pagi aku sudah berada di resort, berangkat dengan sopir karena pak Yogi harus mengantar Arya ke sekolah. Arya memang tidak mau berangkat sekolah dengan sopir selagi ayahnya tidak ada pekerjaan di luar kota."Mbak Linda apa kabar?" tanya pak Damar saat kami sudah berada di ruang rapat. Pak Yogi katanya akan tiba dalam lima menit."Baik, pak Damar. Kabarnya mbak Rania gimana?""Baik juga. Mbak Linda dapet salam dari istri saya sama si kembar.""Salam balik ya, Pak. Saya kemarin lihat storynya mbak Rania. Cantik-cantik banget ya si kembar."Belum sempat pak Damar menjawab, pak Yogi sudah masuk ke ruangan."Maaf agak telat, jalanan sedikit macet. Bisa langsung kita mulai?"Pak Damar mengangguk.Kami segera memulai rapat karena sebentar lagi pak Damar harus ke luar kota. Tidak ada yang berbelit-belit, pak Damar adalah orang yang sepaham dengan pak Yogi, jadi semua berjalan dengan lancar.Pak Damar berpamitan, beliau di antar oleh pak Yogi menuju mobilnya. Aku kembali ke ruangan

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Pesona bos duda

    Sudah bersih-bersih dan bersiap akan tidur, ponsel di sebelahku berbunyi, tanda panggilan masuk. Nama bos galak tertera di layar. Beruntung pak Yogi tidak pernah melihat namanya di ponselnya, kalau tahu pasti beliau akan marah."Assalamualaikum," ucapku."Waalaikumsalam. Sudah mau tidur?" Suara pak Yogi dari seberang."Iya, ada apa Pak?""Nggak apa-apa. Kalau mau tidur ya tidur aja, teleponnya nggak usah dimatiin. Mau ganti video call bisa kan?""Saya mau tidur, Pak. Udah nggak dandan, malu," jawabku.Bagaimana bisa aku melakukan panggilan video dengan pak Yogi, sementara sekarang aku hanya memakai baju tidur tanpa lengan."Biarin aja, nanti juga setiap hari aku liat kamu kayak gitu," jawabnya. Beberapa detik kemudian panggilan sudah beralih ke video.Aku segera meraih sweater yang ada di samping ranjang dan buru-buru memakainya, baru setelah itu aku menerima panggilan video dari pak Yogi."Emang di situ dingin? Mau tidur aja pakek sweater segala," ujarnya."Nggak sih, saya udah biasa

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Sayang

    "Silahkan pesanannya," ujar pemilik warung.Kami menikmati makan sore ini, pak Yogi terlihat sangat menikmati makanannya."Mie-nya beda, nggak kayak biasanya," ucapnya."Emang biasanya gimana?" tanyaku dengan serius karena aku belum pernah makan di sini."Biasanya enak.""Yang ini nggak enak? Perasaan punyaku enak kok," ujarku. Ini bahkan lebih enak dari mie ayam keliling yang biasa aku beli di depan indekos."Yang ini enak banget karena makannya ditemenin sama kamu," ucapnya yang sukses membuat pipiku memerah.Haduh, sekarang kok semakin pintar gombalin ya. Bapak duda satu ini memang sangat meresahkan."Udah ah, cepetan abisin makannya, keburu maghrib nanti," ucapku. Sebenarnya aku takut pada kondisi jantungku kalau pak Yogi merayu terus."Minggu ini kamu nggak usah pulang, minggu depan aja sekalian. Undangannya tiga hari lagi jadi, nanti kamu bawa sekalian yang buat temen-temen kamu," ujar pak Yogi.Aku mengangguk. Kami sekarang sudah berada di depan kos. "Besok Bapak ada pertemuan

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Slaah paham

    Yogi, kamu kok bisa ada di sini?" tanya mbak Mia menghampiri pak Yogi.Sepertinya mereka cukup akrab, pak Yogi menerima uluran tangan dari mbak Mia."Kamu juga ngapain di sini? Bukannya ikut suamimu ke jakarta?"Mbak Mia duduk di samping pak Yogi. "Udah balik gue, laki gue udah bikin usaha di sini. Ya ampun nggak nyangka banget bisa ketemu di sini. Kamu ngapain di sini? Sama Nadia?"Pak Yogi menatapku sebentar, lalu beralih pada mbak Mia lagi. "Nadia udah nggak ada dari dua tahun yang lalu," jelasnya."Ya ampun, maafin ya, beneran aku nggak tau. Terakhir reuni empat tahun lalu kamu masih sama dia. Kok gak ada yang kabarin aku ya? Oh, iya lupa. Hape aku ilang dua tahun lalu, jadi nggak punya kontak temen-temen. Baru kontekkan lagi beberapa bulan ini sebelum pulang. Aku turut berduka ya," ucap mbak Mia."Kamu udah kenal sama Linda?"Mbak Mia menatapku lalu tersenyum, beberapa detik beliau sempat terpaku lalu tersadar kembali."Kenal dong. Dia yang baru aja aku dandanin. Katanya mau prew

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Mulai manja

    "Masih banyak, Bapak masih mau?" Kenapa aku jadi salah tingkah begini?"Ya kan, saya yang minta dibawain sarapan. Ya pasti saya makan."Aku lalu menyuapi pak Yogi lagi, sampai nasi di kotak bekal habis tidak bersisa.Sepertinya aku memang harus cepat-cepat pulang kampung, kamu terus-terusan seperti ini, aku takut kena serangan jantung karena setiap hari dibuat berdebar."Katanya Bapak sudah nggak jemput saya?" Aku ingat kemarin pak Yogi bilang kalau aku akan dijemput sopirnya."Nggak jadi. Nanti sopir saya jatuh cinta sama kamu," ucapnya."Astaga, Bapak. Saya itu setia, nggak akan selingkuh kalau sudah punya pasangan. Bapak nih, suka sembarangan kalau ngomong." Kesal sekali dengan ucapan pak Yogi."Saya tau. Lagian nggak mungkin juga kamu sia-siain orang seperti saya, nggak mungkin kamu bisa dapet yang lebih baik dari saya."Kepedean pak Yogi sudah melampaui ambang batas, sudah terlalu berlebihan. Aku lebih memilih diam daripada menanggapi ucapan ngelantur pak Yogi.Kami sudah sampai

  • TERJERAT CINTA BOS DUDA   Bucin

    "Ini cuma simbol, yang mengikat kita itu cinta," ucap pak Yogi.Ya Tuhan, tolong lindungi hatiku agar tidak meleleh. Kenapa semakin ke sini sikap pak Yogi semakin romantis, kalau seperti ini bisa-bisa aku yang khilaf."Pakek ini, kalau ada yang deketin, bilang kalau kamu udah ada yang punya," ujarnya lalu mengecup punggung tanganku."Udah buruan masuk, bahaya kalau berduaan terus, takut entar si Ai nulis yang iya-iya," lanjut pak Yogi.Aku turun setelah mencium punggung tangan pak Yogi. Pak Yogi melambaikan tangan dan melajukan mobilnya setelah aku membuka gerbang, aku lalu masuk dan mengunci pintu gerbang.Semua pintu kamar kos sudah tertutup dan beberapa pintu terasnya sudah mati, pertanda penghuni di dalamnya sudah terbuai mimpi.Aku membuka pintu kamar, masuk lalu menutup dan mengunci pintunya kembali. Duduk di kursi kecil untuk melepas sepatu, lalu menaruhnya di rak.Berjalan perlahan menuju kamar mandi untuk membersihkan muka, menggosok gigi dan mengosongkan kantung kemih.Menat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status