Home / Romansa / TERJERAT BERONDONG / 9. Tamu Tak diundang

Share

9. Tamu Tak diundang

Author: Ayu Tarigan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Uly menatap bimbang Dewa yang sudah duduk di atas motor besarnya, bersiap mengantar wanita itu pergi bekerja.

"Ayo, Ly, buruan ntar telat," ucapnya.

"I--iya, tapi ... kamu yakin bawa motor gini, rok aku gimana?" tanyanya pelan.

Dewa berdecak. "Enak naik motor, nggak kena macet. Lagian kamu ngapain pake rok pendek gitu? Ganti celana sana!" titahnya.

Uly melihat ke bagian bawah tubuhnya. Rok selutut yang dipakainya sungguh sudah amat sopan, tak terlalu pendek ataupun ketat. Tapi, akan sangat tidak nyaman jika ia harus menaiki motor besar pria itu.

"Nggak pendek banget," sangkal wanita itu.

"Pendek, dan aku nggak suka. Ganti!" sahut Dewa tegas.

Uly menghembuskan napas panjang sebelum kembali memasuki rumah untuk menuruti perkataan suami berondongnya itu.

Tak lama, wanita itu kembali dengan celana bahan panjang berwarna cream.

"Sudah,"

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TERJERAT BERONDONG   10. Kakak Sepupu?

    Uly membayar ongkos ojek online yang ditumpanginya lalu berbalik dan berjalan memasuki pekarangan rumah baru yang ditempatinya bersama suami brondongnya. Wanita itu mengernyitkan dahi saat melihat ada sebuah mobil yang tak dikenalinya terparkir di depan rumah.Dengan langkah ragu-ragu wanita itu mendorong pintu yang tak tertutup rapat, dan yang di dapatinya adalah seorang gadis muda menempel di lengan suaminya yang sedang serius menatap laptop."Widiiiih ... ada perempuan cantik bengong depan pintu," sorak Arka yang berjalan dari arah dapur.Dewa spontan mendongak, sejenak menatap dalam diam istrinya yang berdiri kaku di depan pintu."Sudah pulang?" Dewa akhirnya bersuara.Uly menarik napas panjang, mengangguk perlahan mengabaikan sentilan sakit di hati yang paling dalam."Siapa lo, Wa? Kok lo nggak bilang tinggal sama perempuan cantik gini? Pembantu atau--""Kakak

  • TERJERAT BERONDONG   11. Hadiah Pernikahan

    Pagi-pagi sekali Uly dikagetkan dengan kedatangan beberapa orang yang mengantarkan sebuah mobil mewah yang dihiasi pita besar beserta balon berbentuk hati.Uly semakin kaget saat dengan tiba-tiba Dewa memeluknya dari belakang, menghirup aroma rambut Uly setelah orang-orang itu pergi."Happy birthday, My Wife. Tapi, ini kado untuk pernikahan kita," bisiknya serak."Kado?" tanya Uly tak percaya"Ya, kamu senang?"Uly menggeleng, melepas pelukan Dewa dan memutar tubuhnya."Dewa, kamu harus mempertimbangkan kata-kataku kemarin. Tidak perlu melakukan semua ini untuk berpura-pura atau menutupi niat kamu sebenarnya."Dewa mengernyitkan dahi tak suka. "Kamu pengen banget pisah sama aku?""Wa, hubungan yang--""Kamu masih cinta sama Arya? Atau malah sudah berpaling pada Juno?" tuduhnya."Aku nggak begitu!" sang

  • TERJERAT BERONDONG   12. Belajar Bersama

    Sore ini Dewa menepati janjinya ingin mengajari Uly mengendarai mobil baru yang sebenarnya ia beli dari hasil jerih payahnya sendiri.Dewa Angkasa, pemuda yang tak banyak bicara. Berbuat semaunya yang dianggap orang banyak sebagai tindakan pembuat onar.Ya, dulu dirinya begitu sering mencari-cari perhatian papinya, berharap pria tua itu mau meluangkan sedikit saja waktunya untuk sekedar melihat putranya yang hidup kesepian setelah kehilangan sang mami.Namun, pria tua itu malah salah mengartikan, ia menganggap Dewa butuh kasih sayang dari sosok seorang ibu, sehingga ia memilih untuk menikah lagi yang pada akhirnya malah semakin memburuk hubungan keduanya."Pertama-tama kamu harus duduk dengan nyaman, jangan gugup ataupun grogi." Dewa mulai memberi arahan."Oke," sahut Uly pelan."Sekarang aku akan jelasin beberapa fungsi dari alat-alat yang ada di depan kamu."

  • TERJERAT BERONDONG   13. Sarapan Pagi

    Pagi ini Uly sedang sibuk di dapur memasak sarapan untuk dirinya dan juga Dewa. Ini adalah hari libur dan kebetulan tak ada jadwal pertemuan dengan siapa pun.Menu pagi ini ia memasak salad sayur yang dipadukan dengan sedikit daging dan pasta.Uly melakukan semuanya dengan ulet, dia memang terbiasa memasak jika berada di kampung. Hanya saja saat tinggal di kampus, ia lebih sering makan di kantin atau di luar dengan rekan-rekannya."Hm, harum." Suara serak dari balik punggungnya membuat Uly menoleh."Selamat pagi," sapa wanita itu sat mendapati Dewa berdiri dengan wajah baru bangun tidurnya."Pagi, My Wife." Dewa melingkarkan lengan di perut wanita itu dan menempelkan bibir di pundak terbuka wanita itu.Pekikan kecil dari bibir Uly pun terdengar. "Aku lagi masak, Wa," protesnya."Yaudah masak, aku nggak ganggu kok," sahutnya acuh.Tidak men

  • TERJERAT BERONDONG   14. Makan Malam Keluarga

    Mobil berhenti di halaman luas rumah megah milik keluarga Angkasa. Dewa menghela napas panjang sebelum melepas safety belt dan menoleh ke arah istrinya yang sudah siap sedia.Pemuda itu mendengus samar. "Sangat siap bertemu mantan?" Sindirnya jelas.Uly menoleh dan menggeleng pelan. "Jangan cari masalah sekarang, Wa," sahut wanita itu.Dewa mencebik kesal. "Kamu jangan dekat-dekat sama Arya nanti," ucapnya mengingatkan."Kamu suruh dia makan di Amazon!" sahut Uly jengkel. Makin ke sini, kesabaran Uly makin dikikis habis.Sungguh, dulu dia memang menyukai Arya. Pria itu baik, bijaksana dan terlihat dewasa sehingga ia berpikir bahwa Arya adalah lelaki idamannya yang pasti bisa mengayomi. Tapi nyatanya semua hanya omong kosong.Lalu kini, setelah ia menikah. Perasaan itu sudah tidak ada. Meski awalnya ia begitu kecewa karena cita-cita hubungan semanis romansa yang dibayangkan nya h

  • TERJERAT BERONDONG   15. Sup Pembawa Keributan

    Enjoy 🌹Uly dan Dewa terpaksa menginap karena tiba-tiba saja kesehatan sang papi terganggu. Pria tua itu mengalami pusing serta tubuh yang katanya sangat melemah.Dewa yang melihat hal itu memutuskan pulang keesokan hari saja sambil memantau kondisi papinya.Meski marah dan sedikit kecewa, dia tak mungkin meninggalkan sang papi dslam keadan seperti ini. Apalagi dengan sikap dan prilaku Tere yang sudah mulai terlihat aslinya, mungkin dia sudah bosan berpura-pura lembut dan penuh kasih sayang.Dewa tahu, Tere memang punya rasa sayang yang tulus untuknya. Tapi sikap ambisius serta ingin mengatur semua sesuai keinginannya membuat Dewa gerah. Tere bukan ibu kandungnya, wanita itu tak memiliki hak memaksakan kehendak di hidup Dewa.Pemuda itu menghela napas seraya memandang lembut wanita yang sedang sibuk dengan kompor dan spatu

  • TERJERAT BERONDONG   16. Arya dan Dewa

    Pagi ini Uly bangun lebih awal dan segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi di rumah besar keluarga Angkasa. Bersama Bulek Atik ia membuat sandwich roti panggang dengan isian irian alpukat serta telur orak-arik. Uly juga memasak bubur untuk papi mertuanya, tak lupa pula membuatkan kopi yang menurut Bulek Atik selalu di konsumsi Arya.Semua telah selesai dan tersaji di atas meja. Uly hendak naik ke lantai dua dan membangunkan Dewa, tapi kedatangan Arya yang menyapanya membuat ia berhenti sejenak."Wow, sarapan istimewa karena di masak oleh menantu keluarga Angkasa," ucapnya dramatis.Uly berdehem pelan, merasa malas untuk meladeni, tapi harus karena demi kesopanan.

  • TERJERAT BERONDONG   17. Sayang

    Full 21+Harap perhatikan umur.__Enjoy__Olahraga kecil yang dikatakan pemuda itu ternyata hanyalah bualan belaka, ternyata yang mereka lakukan adalah olahraga besar yang memakan waktu hingga jam makan siang. Itu pun karena Uly mengeluh dan berucap harus masuk kelas di sore hari."Wajahmu lelah sekali," ucap Dewa dengan senyum lebar."Karena kamu," sahut Uly dengan suara rajukan.Dewa terkekeh geli dan menggerakkan tubuh bawah keduanya yang masih menyatu."Dewa ...!" geram Uly menahan gejolak yang kembali terpancing.Mereka masih memeluk satu sama lain di atas sofa.Dewa mengerang dan kembali bergerak menggoda. "Enak, Ly. Mau lagi," bisiknya."Aku harus kerja," gerutu Uly seraya ber

Latest chapter

  • TERJERAT BERONDONG   45. Mini Extra Part

    Suatu pagi yang cerah di sebuah kediaman milik Angkasa, matahari menyapa lewat sinarnya yang menembus dari celah gorden. Di atas ranjang yang cukup berantakan itu tidur seorang pria yang masih bergelung dengan selimut bersama sang istri di dalam pelukannya. Kedua manusia itu begitu menikmati waktu istirahat mereka setelah menakhlukkan gelombang asmara yang menggulung keduanya hingga hampir subuh tadi. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu bersama celotehan seorang bocah satu tahun yang merengek di dekat kaki sang kakek. "Cup ... cup ... cup. Tunggu sebentar, opa bangunkan dulu orang tuamu yang seperti kerbau itu," ujarnya berusaha menenangkan sang cucu yang mencari papinya saat baru bangun tidur itu. "Pi ... Pii ... Piii ...." rengek Bara sembari menarik narik celana Abas. "Astaga! Dasar Anak kurang ajar," gerutu pria paruh baya itu sebelum mengumpulkan suara dan menambah

  • TERJERAT BERONDONG   44. END

    Menjelang fajar, Dewa dan sang Papi tiba di rumah setelah memberi beberapa keterangan di kantor polisi dan menyerahkan semuanya kepada petugas yang berwajib. Rasa lelah dan juga letih yang dirasakan oleh pria itu seolah hilang tak bersisa ketika melihat wajah damai anak dan istrinya yang masih tertidur pulas di dalam kamar. Dewa segera membersihkan diri dengan kilat lalu ikut bergabung di atas ranjang dan memeluk istrinya dengan erat. Hal itu tentu saja langsung membuat Uly terjaga dan membalikkan tubuh menatap wajah suaminya yang tersenyum sangat lebar. "Kamu kenapa?" tanya wanita itu heran karena wajah pria itu yang terlihat sangat cerah. "Kangen kamu," sahut Dewa sembari mengecup sudut bibir wanita itu yang masih terperangah karena merasa heran. "Aneh," gumam Uly Yang masih bisa didengar oleh Dewa.

  • TERJERAT BERONDONG   43. Akhir Semua

    Arya dan Gladys menyadari bahwa mereka saat ini sudah terkepung dan tidak bisa melarikan diri dengan mudah begitu saja."Papa," ujar Arya yang jauh di lubuk hatinya masih menyimpan rasa hormat dan segan pada orang tua yang telah menyekolahkannya hingga ke luar negeri itu."Sudah kuduga kamu tidak datang sendiri," desis Gladys yang menarik sebuah pistol dari saku Arya."Jangan macam-macam, Gladys! Ingat anakmu," ucap Abas memberi peringatan kepada wanita itu yang sudah mengacungkan senjata ke arah Abbas dan Dewa secara bergantian.Wanita itu menatap keduanya dengan penuh kebencian. "Tidak perlu repot-repot menasehatiku! Anak bukan sesuatu hal yang begitu penting untukku," desis wanita itu.Abbas terperangah tak percaya. Bagaimana bisa wanita yang dulu begitu lugu dan pendiam itu kini menjelma jadi wanita yang tak memiliki perasaan bahkan kepada darah dagingnya sendiri.&nbs

  • TERJERAT BERONDONG   42. Menemukan Pelakunya

    Mereka tiba di kediaman Abbas Angkasa saat matahari mulai terbenam di ufuk barat. Tepat saat sang Papi baru saja pulang dari kantor."Wow ... kalian datang bersama cucu opa!" serunya tampak begitu bahagia seperti dugaan Dewa sebelum mereka datang kemari."Eits. Papi dari luar rumah dan langsung ingin menggendong Bara? Yang benar saja!" tegur Dewa galak.Abas yang tadi sudah mengulurkan tangan ingin mengambil Bara dari gendongan Uly kini mengurungkan niatnya dengan wajah ditekuk masam.Dewa mengabaikan ekspresi berlebihan papinya itu dan segera menarik Uly untuk masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan Abbas yang protes karena diabaikan padahal dirinya lah tuan rumah yang sebenarnya di sini.Setelah Abas selesai membersihkan diri, pria paruh baya itu langsung meminta Bara ke dalam gendongannya. Bahkan ketika waktu makan malam tiba, Papi Dewa itu tetap enggan untuk melepaskan Bara dan mengatakan dirinya akan makan malam sendiri nanti setelah Bara tert

  • TERJERAT BERONDONG   41. Semakin Jelas

    Hari ini Dewa dan Uly bersiap untuk memenuhi panggilan dari pihak kepolisian yang akan memintai keterangan pada kedua orang tua bayi tersebut. Sebenarnya bisa saja hanya Dewa yang datang ke kantor polisi karena mengingat Uly yang masih dalam penyembuhan luka pasca melahirkan.Namun wanita itu ngotot ingin ikut dan mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja dan berjanji tidak akan berlama-lama di sana membuat Dewa tak kuasa untuk menolak meski sebenarnya ia tak tahu pasti berapa lama waktu yang diperlukan oleh pihak kepolisian dalam memintai keterangan kali ini.Ibu Uly masih tinggal di rumah mereka, sementara Ayahnya sudah lebih dulu pulang ke kampung karena ada beberapa pekerjaan yang harus diurusnya. Maka dari itu Dewa berinisiatif untuk meninggalkan anaknya di rumah bersama mertua dan beberapa pelayan serta bodyguard yang menjaga dengan ketat karena biar bagaimanapun ia cukup merasa trauma dengan kejadian penculikan itu.

  • TERJERAT BERONDONG   40. Fakta

    Uly menyambut kepulangan anak dan suaminya dengan penuh sukacita. Wanita itu bahkan menangis sesenggukan sembari memeluk bayi mungil yang menatapnya dengan mata berkedip lucu. Tak ada yang bisa Uly katakan selain ucapan penuh syukur.Dewa tersenyum dengan mata berkaca-kaca, sungguh ia lega luar biasa meski sebenarnya masalah ini belum benar-benar selesai karena dalang dari kekacauan ini belum benar-benar bisa dipastikan.Memang Abas sempat mendapat kabar bahwa Arya melarikan diri dari penjara beberapa hari yang lalu. Tapi jika mengingat tentang pengakuan Marina sebelum diseret polisi beberapa jam yang lalu, maka bisa dipastikan bahwa bukan hanya pria itu yang menjadi otak dari penculikan ini.Meski sempat meragu, tapi Dewa meminta pihak kepolisian untuk memeriksa Maharani di mana yang ia tahu wanita itu adalah mantan kencan dari Arya bahkan sempat mengandung anak pria itu yang dulu sempat menjadi sorotan di acara pesta p

  • TERJERAT BERONDONG   39. Sang Buah Hati

    Dewa sudah memeriksa semua CCTV, melapor pada pihak kepolisian serta mengerahkan semua orang kepercayaannya serta detektif yang juga papinya sewa. Tak banyak yang mereka dapatkan selain seorang suster yang membawa anak mereka keluar dari ruang bayi karena wanita yang mereka lihat dengan masker putih itu menghilang di zona yang memang tidak terpasang CCTV.Namun ada informasi yang Dewa terima dari seorang satpam yang mencurigai gerak-gerik seseorang saat keluar rumah sakit dengan membawa sebuah tas besar serta memakai topi dan masker dan juga jaket tebal di siang bolong yang terik.Orang itu pergi menggunakan taksi menuju arah barat, dan hal itu cukup membantu bagi Dewa untuk segera menghubungi perusahaan taksi tersebut dan mencari informasi sedetail-detailnya agar mengetahui kemana perginya orang yang mencurigakan itu."Kamu yakin dia orangnya?" tanya Uly masih dengan isak tangis yang benar-benar tak bisa berhenti

  • TERJERAT BERONDONG   38. Bahagia dan Luka

    Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, pukul sepuluh pagi, Uly dan Dewa sudah berada di sebuah rumah sakit yang telah dijanjikan oleh dokter kandungan sebagai tempat Uly menjalani operasi sesar. Papi Dewa dan orang tua Uly juga hadir di sana untuk menemani putra-putri mereka yang jelas terlihat sekali gugup sekaligus cemas.Apalagi Dewa yang bahkan sampai berkeringat karena mengingat banyak sekali kasus kematian seorang ibu setelah melahirkan anaknya. Sungguh, Dewa tak ingin kehilangan salah satu dari mereka."Kamu harus tenang. Malu sama anak kamu nanti kalau pas dia lahir, papinya malah pingsan," ucap Abas berusaha untuk melemparkan lelucon agar suasana hati Dewa sedikit mencair.Tapi ternyata hal itu sia-sia saja karena putra semata wayangnya itu tak menggubris ucapan Abas dan hanya melirik sekilas tanpa respon karena memang saat ini dia tidak ingin berdebat dengan papinya.Uly sendiri sudah memulai

  • TERJERAT BERONDONG   37. Menunggu Sang Buah Hati

    Pagi yang cerah dan begitu membahagiakan apalagi bagi kedua insan yang sedang menikmati udara segar di taman yang terlihat semakin indah dan rapi karena beberapa bulan belakangan mereka sudah menambah beberapa pekerja untuk mengurus rumah mereka hingga kini terlihat lebih rapi dan nyaman untuk ditinggali keluarga kecil mereka. Kehamilan wanita itu sudah hampir tiba di hari perkiraan lahir yang mana dokter telah menjadwalkan operasi sesar untuk Uly dan bayinya. Hal itu disebabkan karena Dewa yang meminta agar wanita itu tidak merasa kesakitan saat melahirkan karena setahu Dewa sikap perempuan yang lahir secara sesar maka dirinya akan diinfus dan tidak merasakan sakit. Padahal Uly sudah memberitahu agar suaminya itu paham bahwa melahirkan secara normal maupun sesar sebenarnya sama-sama menyakitkan karena setelah operasi, kegunaan bius itu juga akan hilang dan semua ibu akan berjuang untuk memulih

DMCA.com Protection Status