Share

54. HADIAH

Author: Marigold112
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sananta mengepalkan tangannya sambil berusaha keras menjaga emosinya untuk tetap tenang. Berlama-lama dengan Ari bisa membuat kepalanya meledak.

"Okey. Kita lihat saja. Aku akan segera menemukan Hara dengan caraku sendiri," tekad Sananta. Tunggu saja keadaannya berbalik, Ari takkan bisa sesumbar seenaknya di depannya lagi.

"Segampang itu. Tinggal tanya pada ayahmu, semua beres."

"Kau ....!" Kepalan Sananta mengeras lagi, sementara rahangnya mengatup kuat.

"Akan kuceritakan pada Hara, bagaimana suami tercintanya ini sungguh emosional sekali." Ari mengibaskan tangannya. "Pergilah segera. Sebelum yang kau takutkan terjadi pada Hara. Itu pun jika kau benar-benar mengkhawatirkannya."

Sananta menyepak batu dengan ujung sepatunya. Lalu menggeram pergi. Andreas, asisten yang seringkali menemani setiap perjalanannya, buru-buru menuju mobil lebih dulu. Pegal menunggu, membuatnya memilih berjalan-jalan di sekitar bangunan, dan tanpa senga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   55. ADU DOMBA

    "Aku benar-benar tidak tahu menahu, Sananta. Hara bilang dia akan mengusahakannya saat aku dipenjara. Tak lama, aku dibebaskan dengan jaminan. Setelah itu aku menerima kiriman pos. Surat kuasa darinya. Aku semula tak percaya, tapi agaknya hati Hara telah melunak. Aku sendiri sudah melupakan soal ambisiku padanya. Aku sadar itu salah, tapi ketika surat itu datang, aku bisa apa selain melanjutkannya? Sejak di bawa ke polisi itu, aku merasa menyesal dan memutuskan untuk mendukung Hara. Begitu surat kuasa itu datang, aku pun mengikut saja."Kata-kata Bibi Sartika terus terngiang di kepala Sananta. Dilihat dari caranya, wanita itu nampak bersungguh-sungguh. Ingatan itu menambah banyak benang kusut di kepalanya.Sekarang ini dia sedang menunggu papanya di ruangan lelaki itu, setelah perjalanan jauh dan pertemuan yang menjengkelkan dengan Ari."Kau pulang cepat, Sananta?" tegur Tuan Saddil begitu masuk ruangannya."Ya." Sananta menjaw

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   56. PESAN

    "Ri. Hari ini kakak mau ke Bidan Agni, ya. Sudah janji kemarin jam sepuluh," pamit Hara pada Riang yang sedang menggendong Rinai. Bayi itu rewel efek badannya yang mendadak panas. Barusan Riang sudah memberinya paracetamol, tapi sepertinya obat itu belum bekerja."Apa sebaiknya Kakak nggak istirahat aja di rumah dulu? Kan kemarin baru saja pulang USG. Ntar kenapa-napa kalau Kakak banyak gerak." Riang mulai cemas. Dia ingat pesan Ratna. Dan memang tadi saat membeli kepiting segar ke rumah warga yang persis berada di bibir pantai--rumah Ratna berada di tempat yang landai-- dia melihat tiga orang lelaki asing sedang minum kopi di satu-satunya warteg yang ada di pulau ini. "Ah, nggak apa, kok, Ri. Ke sana gak sampai dua ratus meter. Jalannya juga datar, gak sampai lima puluh meter yang sedikit menanjak. Ntar kakak pelan-pelan saja. Kakak gak enak sama Bidan Agni nanti beliau nungguin kakak lama. Sudah janji soalnya, 'kan, pasti ditungguin.""Duh, ta

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   57. KONSULTASI

    Hara berjalan dengan sangat fokus dan hati-hati. Dia paham kecemasan Riang dan Ratna dan berterima kasih karenanya. Namun, janjinya untuk bertemu dengan Bidan Agni membuatnya sungkan untuk mangkir. Sejak tinggal di sini, Hara selalu periksa tiap bulan kehamilannya. Bidan Agni cukup ramah dan tak keberatan menjawab pertanyaan Hara yang bermacam-macam. Mengetahui Hara hamil LDR, wanita paruh baya itu menjadi lebih perhatian dan jatuh sayang pada Hara."Ya ampuun, sudah tiba aja di sini si bumil ini. Padahal udah ibu niatkan mau mampir ke sana, lho. Ini udah bersiap-siap." Bidan Agni heboh begitu Hara muncul di ambang pintu ruang prakteknya. "Ayo masuk dan duduk dulu di sini. Bumil gak boleh berdiri lama-lama. Apalagi yang rentan begini.""Kan kita janjinya jam sepuluh, Bu. Jadi aku tepat waktu." Hara tersenyum senang. Keramahan Bidan Agni seolah menjadi magnet baginya untuk sering berkunjung. "Ini keadaannya baik-baik saja, bukan? Maksud

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   58. TAMU

    Pengaruh hormon. Banyak-banyak berpikiran positif, dan sesegera mungkin selesaikan masalah agar bisa menjalani kehamilan yang sehat dan menyenangkan.Satu anak, ibu hanya hamil satu kali. Dan kehidupan anak dimulai dari dalam kandungan. Masa di mana keistimewaan kita sebagai perempuan dimulai. Jadi, ibu harus bahagia agar anak juga tumbuh sehat. Lakukan yang terbaik dan nikmati setiap prosesnya. Tak usah berpikiran berlebihan dan jika masalah itu ternyata belum bisa diselesaikan, tetap berpikiran positif agar janin dalam kandungan tidak ikut stress.Banyak lagi pesan-pesan dari Bidan Agni sepanjang dua jam aku di sana. Beberapa intinya terus saja terbayang sepanjang jalan pulang ke rumah Kak Ratna. Ya. Sikap yang kadangkala tak kumengerti ini memang bawaan hamil. Benci dan rindu di saat yang sama.Kata Bidan Agni, apa yang kurasakan itu tak ada obatnya. Kecuali pertemuan dan tuntaskan semua masalah yang ada.Terdengar begitu simple,

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   59. TEGAS

    "Ini kartu identitas kami, Mbak. Silakan diperiksa.""Itu bisa saja palsu." Suara Kak Ratna masih terdengar gigih. Sementara aku sudah merosot ke lantai. Gemetar dari ujung kepala sampai kaki."Ini surat kehilangan, ini identitas kami, dan ini foto wanita yang kami cari."Hening. Seantero ruangan menjadi hening ketika Kak Ratna terlihat menerima ponsel seseorang dan melihat ke layar. Wajahnya berubah tegang, membuat aku yakin jika yang dilihatnya benar-benar fotoku."Kami hanya ingin mengonfirmasi saja, Mbak. Tolong kerja samanya.""Dan jika dia orangnya, apa yang akan kalian lakukan?" Suara Kak Ratna terdengar begitu tajam, tapi aku merasakan semua sendiku telah lepas dari tulang."Kami tidak akan melakukan kriminal, Mbak. Hanya akan membawa beliau pulang dengan jaminan keselamatan penuh. Kami akan mengantarkan beliau pada keluarganya.""Oh. Pulang dengan jaminan keselamatan penuh." Kak Ratna manggut-manggut.

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   60. CERITA

    Selesai memeriksaku, Bidan Agni duduk di dekat ranjang bersama Kak Ratna. Sementara Riang berdiri di dekat jendela seraya menggendong Rinai."Kamu mau menceritakan apa yang menjadi ketakutanmu? Mengatakan semua ketakutan dan pikiran-pikiranmu akan membantumu lebih baik." Bidan Agni menatapku dengan sorot prihatin."Mungkin berupa pertanyaan, atau unek-unek, atau rencanamu ke depan, dan sebagainya." Awalnya aku kehilangan kata untuk memulai. Masih menimbang-nimbang, tidak ingin mereka tahu masalahku. Namun, sepertinya aku tidak bisa menyembunyikannya lagi."Kakak masih mikirin orang-orang tadi, ya?" tanya Riang. "Tenang saja, kami gak akan biarkan mereka membawa paksa Kakak dari sini." Dia mulai menghiburku setelah sejak kepergian para lelaki itu aku hanya bungkam dengan raut pucat."Ya. Tenang saja, Hara. Ari berpesan agar kami menjagamu dengan baik, jadi kami pasti akan lakukan itu." Kak Ratna ikut menimpali."Tapi ..

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   61. OBROLAN

    "Kenapa sudah duduk aja, Kak?" Suara Riang terdengar dari balik selimut. Dia bergelung seperti bola. "Masih pagi sekali. Azan Subuh belum lagi terdengar."Kukira aku tertidur di jam lima, tapi sepertinya jam empat. Karena setelah sempat terpejam nyatanya belum masuk waktu Subuh. Entahlah, tak ada guna juga jam berapa dan berapa menit aku tidur, toh endingnya sering seperti ini. Bangun tiba-tiba sementara orang lain masih asyik tidur."Maaf kalau kakak ganggu kamu, ya," ucapku pelan. Sejak pertama tinggal di sini, kami memang sekamar karena di sini cuma ada dua kamar. Satu milik Kak Ratna, satu lagi Riang. Awalnya gadis itu sungkan karena ingin memberikanku privasi, tapi aku memaksanya dan ikut tidur di luar jika dia tak mau di dalam kamar. Riang setuju dan terlihat baik-baik saja. Bahkan seringkali menjelang tidur, kami bercerita-cerita. Membicarakan hal-hal ringan dan sebagainya."Enggak. Aku memang sudah terbangun juga dari tadi. Dingin banget.

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   62. TAK MENYANGKA

    Cepat-cepat aku mengucap menyadari pikiranku barusan, lalu segera beranjak ke kamar mandi. Langit masih kelabu dan begitu aku keluar dari kamar mandi yang terpisah dengan rumah utama itu sudah mulai terlihat terang di ufuk timur. Jika lewat dapur, hanya butuh beberapa langkah saja, tapi pagi yang syahdu ini aku mendadak ingin menikmati suasana dengan lewat ke halaman depan.Aku sejenak berhenti di halaman, dengan ember sabun masih terjinjing di tangan. Menghirup udara segar sambil menatap lautan. Pagi yang tenang dengan penerangan beberapa lampu dari teras rumah yang tidak terlalu dekat. Beberapa titik di kejauhan terlihat di atas perairan yang diam. Berkelap-kelip, mungkin itu kapal nelayan, atau motorboat trip pertama. Biasanya motorboat yang datang di Subuh seperti ini bermuatan para pedagang. Riang pernah bilang padaku.Lalu ingatanku kembali pada masalahku. Pada tiga lelaki yang sudah mengetahui keberadaanku. Lalu kecemasan datang, berharap Ari

Latest chapter

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   89. Hai, Ini Paman.

    "Bayinya perempuan, Mas." Salah seorang suster yang baru saja keluar dari ruang operasi bersama Hara yang didorong dua suster lain tersenyum semringah. "Anaknya cantik. Ayahnya pasti senang. Saat ini sedang dihangatkan di inkubator, ya Mas."Ari tergagap. Tatapan suster itu jelas mengatakan jika dialah ayahnya."Kondisi ibunya juga baik. Untung Anda tiba tepat waktu." Suster itu terus bercerita. Sementara Ari mengikuti langkah mereka ke kamar rawat inap."Makasih, Sus." Hanya itu yang bisa dikatakan Ari. Walau tubuhnya serasa jadi bayang-bayang karena cemas, sekarang dia sudah bisa bernapas lega."Habis ini Mas ke ruang bayi, ya, buat iqamahkan putrinya," ujar suster itu lagi saat mereka semua sudah selesai mengantar Hara dan memastikan kondisinya stabil. Kalimat yang disambut oleh anggukan Ari."Selamat, Ra." Ari menyapa Hara. Wajah perempuan itu pucat, tapi dia terlihat bahagia. Binar di matanya mengatakan itu."Makasih, Ri." Hara tersenyum. "Kak Sananta sudah ada kabar?""Belum, Ra

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   88. BERTAHANLAH

    TPD 88"Jadi, gimana kita pulang?" Setelah beberapa menit berlalu dari keterkejutan itu, pertanyaan Mbak Mira terdengar dari arah belakang. "Sepertinya kita tak bisa pulang malam ini." Ari yang menyahut."Memangnya gak ada jalan memutar gitu, ya, Mas?" Mbak Mira memanggil Ari dengan sebutan Mas walaupun dia lebih tua. Katanya sungkan jika harus panggil nama."Ada, Mbak. Memutar jauh ke atas bukit Tapi sebagian besar masih jalan tanah. Dan hujan begini kita nggak bisa bawa Hara melewatinya.""Jadi ....""Kita putar balik lagi aja. Cari penginapan dulu. Setuju, 'kan, Ra?"Aku yang bersandar ke jok mobil menegakkan kepala perlahan. Mobil masih parkir di pinggir jalan, sementara hujan masih belum menampakkan tanda-tanda akan berhenti. Perutku tak nyaman. Seperti kram, dan aku tak mau berpikiran buruk, tapi saat bergerak, sakit itu terasa lagi."Kamu baik-baik saja?" Suara Ari terdengar menuntut. Mungkin dia melihat rautku yang berkedut."Ti ..." Aku baru saja akan mengatakan tidak, ketik

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   87. AMBRUK

    TPD 87"Hei, Hara. Kenapa kau menuduhku seperti itu? Aku tidak berkomplot dengan siapapun apalagi mertuamu seperti tuduhanmu itu. Bukankah kau sendiri yang memberikan surat kuasa itu? Kalau bukan karena surat kuasamu, bagaimana bisa aku melakukannya? Bukankah kau sudah mengamankan semuanya dariku?" Sudah kuduga. Bibi Sartika akan terus mengelak. Entah kenapa pula aku masih terus ingin mendengar pengakuan dari mulutnya. Sesuatu yang tentu saja akan sulit terjadi."Aku mendengar sendiri apa yang Bibi bicarakan dengan Tuan Saddil, hanya saja aku tidak sempat merekamnya." Aku tersenyum kering. "Kau selalu mengada-ada, Hara. Apa sekarang kau merasa menyesal menjualnya, lalu kau ingin mencari gara-gara denganku lagi?" Mata berhiaskan eye liner tebal itu menatapku tajam. "Tidak. Aku tidak mencari gara-gara. Aku hanya ingin bertemu dengan Bibi, melihat kebenaran secara langsung dari wajah kalian. Bukankah ketika itu Bibi meneleponku dan m

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   86. IDE

    "Aku tidak pernah pergi, Hara," jawabnya dengan muka penuh kepalsuan. Matanya jelas memindaiku dan dua orang yang bersamaku."Oh ya? Aku masih ingat seorang perempuan mengaku ibumu menangis minta bantuan karena kau melarikan semua hartanya. Apakah kalian sudah baikan?" "Wah, wah. Sepertinya kau sangat sinis padaku, Hara. Padahal aku benar-benar senang melihatmu lagi. Apakah kau tidak bahagia dengan pernikahanmu? Wajahmu terlihat kuyu.""Di mana ibumu?" tanyaku berusaha tak terprovokasi dengan kata-katanya. "Kenapa kau masih bertanya? Bukankah kau telah membuangnya begitu saja? Ah ya ... kudengar kau akhirnya menjual juga kebunmu itu setelah omong kosongmu yang setinggi langit itu. Sudah kuduga. Siapa sih, yang tak tergoda oleh uang?"Aku mengepalkan tangan mendengar kata-kata tenang tapi menusuk dari Ferdinand. Nampaknya dia berusaha terus membuatku kena mental dengan sikapnya."Eh. Kau menjual atau memberinya secara

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   85. FERDINAND

    Si Ari benar-benar membuat penasaran. Tapi dia kukuh mingkem menjaga rahasianya. Sebal sekali rasanya ketika mengetahui dia menyimpan sesuatu serapat itu dariku.Namun, kemudian aku menyadari jika antara aku dan Ari telah banyak berubah. Kami bukan dua orang anak kecil lagi yang biasa teriak-teriak kalau mau pamit pipis. Ari ada di sini, mungkin memang karena kebutuhan batinnya untuk memastikan aku tetap aman, tapi untuk urusan hati dan pribadinya, kami jelas memiliki jarak. Apalagi dengan statusku yang sudah bersuami.Dan aku tentu harus bersyukur dan berterima kasih, meski ketika terbangun di hening malam, sesuatu selalu saja menyelinap di hatiku. Perasaan was-was dan tak nyaman terkait Ari. Takut dengan ancaman Tuan Saddil tapi mencoba percaya penuh pada Kak Sananta.Waktu berlalu dengan kegelisahan dalam senyap itu. Juga tentang hatiku yang tak jua siap untuk melihat sebentar saja ke kebunku yang telah menjadi area tambang itu. Sementara rind

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   84. RAHASIA

    "Untuk saat ini, berdamai dengan kenyataan adalah yang terbaik, Ra. Ingat apa yang kamu perjuangkan sekarang, lebih besar dari apa yang mungkin telah hilang," ujar Ari mengingatkan. Mungkin dia paham apa yang kurasakan saat melihat tanganku memegangi perut."Setelah kamu melahirkan dan semuanya lancar, barulah kita bisa pikirkan lagi langkah selanjutnya. Okey?""Lalu bagaimana dengan berkas yang kukirimkan pada Tuan Saddil? Bukankah aku sudah memulainya?" Aku putus asa sekarang. Aku tahu maksud Ari baik, tapi aku merasa semua yang akan kulakukan kini terlihat sia-sia."Untuk sementara, kamu bisa tetap berpura-pura. Pura-pura tak tahu apa yang sudah kamu ketahui. Lagipula, itu cuma proposal sedikit ganti rugi untuk warga, 'kan? Aku berani bertaruh, Tuan Saddil akan menyetujuinya begitu membaca namamu tertera di sana.""Atau bisa jadi dia akan ke sini untuk mengancamku." Kepercayaan diriku kemarin telah lenyap tak bersisa. Aku masih selabi

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   83. HUBUNGAN

    "Aku menemukannya." Seusai sarapan, aku menghampiri Ari di ruang tengah tempat dia biasa membuka laptop. Di samping pria itu terdapat sepiring cemilan dan cangkir kopi."Apa?" tanggapnya tanpa menoleh."Ini." Kusodorkan foto lama yang bahkan warnanya mulai memudar. Ari mengerutkan keningnya sejenak. Tentu saja dia tak akan mengenali orang itu dengan mudah. Dia tak pernah bertemu langsung dan hanya sempat melihatnya di galeri ponsel fotoku beberapa kali. Lagipula, penampilannya sangat jauh berbeda dengan yang sekarang."Siapa?" Ari menyerah. "Tuan Saddil." Ari membesarkan bola matanya, lantas mengambil foto yang kuletakkan di atas meja dan mendekatkan ke wajahnya. "Kenapa beda sekali?""Tentu saja. Yang ini dia gondrong, yang sekarang botak. Ini juga pakai kumis, sekarang semuanya licin."Di samping Tuan Saddil, ayahku nampak tersenyum lebar. Dan ini bukan hanya foto satu-satunya bersama Tuan Saddil.

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   82. ALBUM

    Cukup lama kami berada di gudang itu. Mungkin sudah lebih satu jam. Aku sudah mendapatkan setumpukan benda yang akan kubawa. Kunaikkan kembali kardus-kardus itu ke tempatnya. Tapi perutku yang besar sedikit membuatku kerepotan. Beban pas mengangkat tidak sama ketika hanya mengambilnya turun.Sementara Bu Sarmiah yang lebih pendek dariku merapikan rak yang lebih rendah."Biar aku saja." Ari mendekat. Aku sedikit bergeser ke samping. Pemuda itu lincah menaikkan beberapa kardus ke atas. Prang.Suara benda bersenggolan terdengar seiring sesuatu menimpa pucuk kepalaku."Aduh." Aku menjengit, sakit dan kaget. Sepertinya sesuatu tersenggol oleh kardus yang dinaikkan Ari hingga isinya berhamburan di lantai disertai suara berisik."Nona!""Kamu tak apa?" Ari tergopoh mendekat. Memeriksa kepalaku dengan raut cemas."Tak apa. Cuma sedikit kaget. Apa sih itu tadi?" Puncak kepalaku terasa panas dan perih. Aku bahk

  • TERJEBAK PERNIKAHAN DADAKAN   81. GUDANG

    Sambungan di ujung telepon hening sesaat. Sebelum akhirnya beberapa detik kemudian terdengar lagi suara."Tak ada tanggapan sama sekali?" Suara Kak Sananta terdengar hilang-hilang timbul. Jaringan nampak sekali tidak stabil. "Tidak. Pihak pertambangan menutup akses untuk bertemu dengan masyarakat. Aku tidak tahu akan separah ini. Apakah dunia tambang memang seperti ini?" Aku mengembuskan napas pelan. "Biasanya tidak seperti ini. Tetap ada dana khusus yang dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Nanti aku akan mengurusnya lagi. Kamu tenang saja."Percakapan kami kemudian beralih lagi ke hal remeh temeh. Rasanya cukup lega mengetahui Kak Sananta tiba dengan selamat. Dia sudah langsung terjun ke proses pengolahan lahan hingga kami tak memiliki banyak waktu luang untuk bercerita. Kubayangkan jika Kak Sananta yang mengepalai proses pertambangan kebunku. Tapi kemudian andaian itu segera kuenyahkan. Jika Kak Sananta ya

DMCA.com Protection Status