Menjelang Magrib, Lilik masuk ke kamarnya. Dia tampak kaget dan masih tak percaya kalau Handoko benar-benar menepati ucapannya, masuk ke kamar yang selama ini ditempati oleh Lilik dan Zidane. “Kamu benar-benar mau tidur di sini, Han?” Lilik bertanya dengan hati-hati. Takut menyinggung perasaan laki
Minggu Sore. "Assalamualaikum." Suara bariton yang akhir-akhir ini mengusik Amira menelusup ke telinga perempuan yang sedang menyirami tanaman di sekitar halaman rumahnya. "Reza?” Amira membatin sebelum membalikkan badan ke arah sang empu suara. Amira tersenyum menyambut teman remajanya itu sekal
"Jadi apa yang Mbak Amira suka kalau bukan coklat?” tanya Reza seraya senyum. Ada perasaan lega saat Amira mengatakan kalau dirinya tidak menyukai buket tersebut. "Apa saja yang penting dari orang menurut saya baik dan tulus dari hati pastinya.” Amira tersenyum memastikan jawabannya itu adalah sin
Hari demi hari kesibukan demi kesibukan Reza lalui seperti sebelumnya. Bisnisman di bidang apparel menenggelamkan diri dengan kesibukan berbisnis. Pengusaha muda itu menghabiskan waktunya untuk kerja dan kerja. Keinginannya untuk mengungkapkan perasaan pada Amira sampai detik ini belum terlaksana. K
“Aku sudah berhasil mengambil beberapa surat tanah atas nama Widuri, Ibunya Bos Reza. Itu diserahkan oleh Utami secara sadar. Dia begitu bodoh. Bahkan rumah utama atas nama Utami juga beberapa hektar tanah lainnya ikut diberikan kepadaku sebagai investasi. Kan awalnya sasaran kita hanya satu rumah d
Di kamar, Amira tak dapat memejamkan mata. Padahal, sudah larut malam. Entah kenapa wajah Reza sejak tadi membayang di pelupuk matanya. “Apa kabar Reza saat ini, ya? Kenapa sih, ia tak memberikan kabar?” Amira bermonolog di dalam hati. Amira menatap layar handphonenya yang tak kunjung menyala. P
[Mas, apa yang harus aku lakukan? Ternyata di hari kepulangannya, Bang Fikri langsung mengadakan acara lamaran untukku nanti malam. Bahkan, aku tidak diberitahu terlebih dahulu. Aku yang baru pulang kerja dibuat terkejut dengan keputusan Bang Fikri yang kesannya memaksa.] Amira mengirimkan pesan unt
Byur! Seember air tumpah ruah di atas wajah Lilik senja itu. Ini hampir magrib dan Lilik masih tertidur. Sontak saja Lilik terbangun dengan wajah bingung. Ia menoleh ke arah anaknya yang tertidur agak jauh darinya. Zidane terselamatkan, terhindar dari guyuran air tersebut. “Kenapa ibu melakuka