POV 3 “Seingat Ibu, dulu Ibu selalu baik dengan Amira. Ibu juga tidak pernah mencari masalah dengan mantan istri pertama itu. Orang-orang itu ngawur, asal bicara seolah-olah ibu ini jahat pada Amira. Padahal, tidak. Kalaupun Ibu marah sesekali sama dia, itu wajarlah. Itu gara-gara istrimu yang memb
Motor yang memotong jalan Amira, sukses membuat Amira mengerem kendaraannya secara mendadak. Dengan degup jantung yang bertalu-talu, Amira mengedarkan pandangannya ke arah sekeliling. Enam pasang mata menatapnya tajam, senyum smirk terbit dari bibir para laki-laki yang sedang mengelilinginya. Entah
“Mau ke mana kamu, Tam?” tanya Mumun yang melihat Tama berdiri dari tempat duduknya dengan tergesa. Laki-laki yang hanya mengenakan t-shirt berwarna putih itu itu menoleh ke arah ibunya sekilas. “Aku mau keluar sebentar, Bu. Ada urusan penting.” Tama menjawab sambil mengayun langkah menuju kam
“Sebenarnya tadi itu suara sirine polisi betulan bukan, sih?” Amira bertanya-tanya pada dirinya sendiri sembari menstarter motor maticnya. Amira yang sudah mulai melajukan motornya itu, kembali memikirkan siapa pemilik sirine yang telah berhasil membuat para preman itu kocar kacir. “Siapapun it
“Bondan Kenapa nomornya Marugul tidak aktif? Tidak sengaja dimatikan, kan? Bagaimana hasil tangkapannya? Kenapa sampai jam segini belum juga kalian setorkan ke saya?” tanya seseorang di seberang sana dengan memburu. Bondan yang baru turun dari motor hanya bisa menelan ludah dengan payah. Dengan l
Di ruang kerja Bu Sukma. “Ini apa, Bu?” Amira yang baru saja menjatuhkan bobot tubuh di kursi seberang meja Bu Sukma menatap heran menatap pada amplop berwarna coklat yang baru saja disodorkan oleh Bu Sukma kepadanya. “Ini bonus dari saya, Mir. Karena berkat Kamu, saya tidak lagi mengalami kerugi
“Ibu yakin dia simpanan Pak Hamdan?” Amira masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bu Sukma. Jauh di lubuk hatinya ia mengingkari berita itu. "Kenapa, kamu nggak percaya, ya, Mir?” Bu Sukma melemparkan pandangan ke arah Amira yang terlihat memasang wajah tak percaya. Amira mengangguk. Bu
“Sejak tadi aku perhatikan mukamu kusut banget, Bro. Kayak baju nggak pernah disetrika. Kenapa, masih kepikiran tentang istrimu yang menghilang itu? Katanya nggak cinta, tapi dicariin juga. Dipikirkan sampai kerja nggak konsen. Beberapa kali mengalami kesalahan.” Seorang laki-laki mencebikkan bibirn