Amira mengepalkan tangannya kuat-kuat, dadanya bergemuruh hebat saat melihat senyum kemenangan di bibir Lilik. Tapi, itu tidak berlangsung lama, sebab detik berikutnya, Amira menyeringai setelah menemukan ide untuk membalas perlakuan Lilik padanya. “Bagaimana kabar mantan kakak ipar? Sehat? Sudah l
Sesuai dengan janjinya pada Lilik, Tama bersiap untuk pergi ke cafe. Kebetulan hari ini libur, sejak pagi ia tak ke mana-mana. “Rapih bener, mau pergi? Mau ke mana kamu, Tama?” Bu Mumun menegur putranya yang baru keluar kamar. Perempuan itu memindai Tama dari ujung kepala hingga kaki.Setelah berce
POV Amira“Sudah siap semuanya, Na?” tanyaku usai salat Ashar.Kuminta Nana untuk melanjutkan keperjakaan yang tinggal sedikit lagi, mengemas nasi ke dalam kotaknya. “Sudah dong, Mbak. Tinggal kita tunggu jemputan dari Bu Wongso.” Perempuan berwajah manis itu menjawab tanpa menolak ke arahku. Tangan
Aku yang baru pulang dari belanja sayur menatap wajah asing di depanku dengan berbagai pertanyaan. Namun, sebisa mungkin aku menyambutnya dengan ramah. “Ada yang bisa saya bantu, Mbak?” Aku menatap tamu yang tidak diundang itu dengan penuh selidik. Takut-takut ia suruhan seseorang. Bukan merasa sok
Dari jarak jauh aku melihat Santi dituding-tuding oleh seorang perempuan di depan SPBU. Entah apa yang diucapkan wanita asing itu, tapi yang pasti Santi terlihat menunduk, tidak berani menatap lawannya maupun ke sekeliling. Mungkin saat ini ia sudah kehilangan muka, karena dipermalukan di depan umum
Di rumah, sedang sibuk-sibuknya hari ini. Banyak orang yang membantu mempersiapkan pembuatan nasi kotak untuk acara aqiqahan anaknya Ajeng. Kami semua sibuk, karena mengolah berbagai macam menu, sesuai permintaan ibu mertuanya Ajeng.Aku yang baru selesai membuat rendang daging kambing istirahat sej
“Belum puas kamu mencari masalah dengannya aku, Mir? Tidak ada bosan- bosannya kamu mengusik urusan pribadiku. Apa sih maumu, brengsek?” Jari telunjuk Santi mengarah tepat ke wajahku. Tentu aku tersentak kaget. “Wong edan songko ngendi kui, Nduk?” Bibi yang ada di belakangku berbisik.(Orang gila d
“Mbak Amira?” Aku menoleh ke arah sumber suara. Ternyata Ajeng sudah berada di belakangku. Ia menyambutku dengan pelukan hangat. Lalu bercipika-cipiki dengan Nana yang ada di sebelahku. “Terima kasih sudah datang, Mbak. Aku senang sekali Mbak Amira bisa hadir. Tadi sempat khawatir Mbak Amira nggak