“Kamu pikir telah menang karena menggugat cerai aku. Kamu salah, aku tidak akan mengabulkan permintaan cerai kamu. Jangan harap perceraian ini berjalan mulus.” Pesan dari Tama membuat keningku berkerut. Tidak habis pikir, apa sih maunya orang itu? Dia yang berkhianat, tapi kenapa pula tidak mau dic
POV 3 Ketuk palu hakim membuat detak jantung Amira bertalu-talu. Jari jemarinya saling bertaut. Meskipun ini yang Amira inginkan, perpisahan. Tapi, nyatanya tetap meninggalkan luka di hati perempuan cantik tersebut. Siapa yang menginginkan perpisahan? Tidak ada satu perempuan pun di dunia ini yang
“Bagaimana kondisi Bulik Sumi? Maaf, aku sangat sibuk akhir-akhir ini, sehingga tidak ada waktu untuk ke sini. Bulik Sumi sudah ada perubahan? Bagaimana hasil pengobatan yang waktu itu?” tanya Mbak Mayang sembari menyodorkan rantang padaku. Sudah tiga bulan dari perceraianku dengan Tama. Tapi, kond
“Ada perlu apa datang ke sini? Masih punya nyali juga kemari?” tanyaku begitu bersitatap dengan tamu tak diundang tersebut. Di depan pintu, aku bersedekap dengan badan disandarkan pada kusen pintu. Tidak ada sambutan hangat untuknya seperti dulu. Aku tidak bisa lagi berbasa-basi dengannya. Mendenga
“Mbak, Bu Sumi sepertinya memanggil-manggil.” Aku menoleh ke arah sumber suara. Nana terlihat panik, ia berdiri di ambang pintu pemisah antara ruang tamu dan ruang keluarga. “Tolong samperin dulu, Na. Aku masih ada sedikit urusan.” Perempuan itu mengangguk. Aku harus menyelesaikan urusan dengan Li
POV Lilik“Maaf, ada apa, ya, Ibu menatap saya begitu dalam?” tanyaku kepada seorang wanita paruh baya yang menumpang berteduh di kontrakanku. Di luaran hujan begitu derasnya. Aku memberikan tumpangan padanya untuk beristirahat sejenak. Sepertinya dia orang yang sama susahnya dengan aku. Buktinya, i
POV 3“Aku tak bisa membalas sakit hati ini sendiri. Di sini, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Satu-satunya cara aku harus menikah dengan Mas Tama dulu untuk membalaskan sakit hati ini pada Bu Sumi. Bekerja sama dengan mantan besannya itu seperti lebih baik. Aku akan datang untuk menuntut keadilan
Usai salat Isya, aku yang biasanya merebahkan badan di samping ranjang ibu, kini masih berkutat di dapur. Malam ini aku mempersiapkan bumbu-bumbu untuk besok pagi. Dua ratus box nasi harus dikirim ke pelanggan untuk acara syukuran di sore harinya. “Nduk, kamu, kok, akhir-akhir ini bibi perhatikan b