Mohon maaf lahir batin, Semuanya..
Niel dan Zeusyu baru saja menyelesaikan mandi mereka ketika dering ponsel menggema memenuhi seisi kamar. Karena tak kunjung berhenti meski keduanya sudah memakai pakaian, Niel mau tak mau meminta Zeusyu mengeringkan rambutnya sendiri.“Siapa sih!” Decak Niel. Tidak tahukah si penelepon jika hari ini merupakan tanggal merah untuknya. Ia juga sudah membuat story pada status W******p, mengabarkan bahwa dirinya sedang tidak dapat diganggu.“Ngapain Mbak Rere telepon?” gumamnya setelah melihat gambar dan ID caller yang tertera pada layar ponselnya.“Hal..”‘CEPET KE SINIIII!!!!” What the fuck!Gendang telinga Niel langsung berdenging. Teriakan mahadasyat kakaknya, menggetarkan seluruh organ di dalam tubuhnya.“Apaan sih?! Assalamualaikum dulu kali, Mbak.” Gerutu Niel, meluruskan aksi tidak sopan kakaknya. Perempuan itu memang memiliki kadar bar-bar yang sama persis dengan mamanya. Tidak heran jika Restiana Tirto merupakan anak tiri paling disayang se-muka bumi.‘HEH! Anak kamu abis gigit p
Xavier menangkup kedua pipi gembulnya, menumpukan siku pada empuknya ranjang dengan kepala sedikit mendongak. Senyum dibibir anak itu selalu terpulas, mirip dengan kembarannya dalam versi dewasa, yang juga melakukan hal serupa.“Mirip kamu banget, Yang.” Niel tampaknya patut bersyukur atas berkah yang dirinya dapatkan. Anak kedua mereka lahir dengan rupa menyerupai Zeusyu. Kecantikan mamanya menurun, dan lengkaplah sudah kebahagiaan Niel. Mereka memiliki sepasang yang mengcopy-paste wajah masing-masing.Xaviera Tirto— Nama itu tercetus begitu saja. Kurang kreatif memang, tapi Zeusyu setuju dengan pemberian Niel. Dengan begitu, kedua anak mereka mempunyai nama hampir serupa. Xavi dan Viera. Kelak ketika dewasa, keduanya akan dipanggil demikian.“Api yeh tiss, dek, Mama?” tanya Xavier ingin sekali mencium pipi adik cantiknya. Anak itulah yang paling antusias menyambut kelahiran si bayi. Sejak adiknya diajak pulang ke rumah, sulung Niel tersebut menyanyikan lagu, mengiringi tangis adikny
“Mama, aaaaakk!!” Xavier menyodorkan sendok berisikan cidukan es krim ke depan mulut Zeusyu. Keluarga kecil kurang bahagia itu sedang tertekan, tapi tidak dengan si anak yang tampak begitu bahagia.‘Ya Allah, ampunilah dosa Mama dan Papa saya,’ batin Niel, kala melihat kelakuan anak pertamanya. Anak pertama mereka itu, benar-benar menyebalkan. Dia membuat Zeusyu harus memakan banyak es krim. Sepertinya jika Niel tak salah hitung, ini sudah cup ke 5 Zeusyu.Xavier mencari mati. Tidak tahukah anak itu slogan, ibu-ibu merupakan ratu dunia?! Bukan hanya mafia jalanan, merekalah pemilik alam semesta versi manusia.Beraninya anaknya merundung mamanya sendiri. Sepertinya Xavier sudah bosan hidup di dunia yang penuh tanda tanya ini. Mungkin anak itu ingin segera berjumpa dengan para sipir neraka jahanam. Bibit-Bibit kedurhakaannya sudah tercium sejak dini. Alamat ramai masa depannya nanti. Ia pasti tidak akan bisa hidup tenang karena segala tingkah laku Xavier.“Xavi udah, ya.. Mama kenyang,
Beloved Wife Papa.. Abang Xavier kebangun. Dia nanyain papa.Hanya dengan sebaris pesan singkat yang Zeusyu kirimkan, Niel mengangkat pantatnya yang sejak dua jam lalu menempel pada kursi di café milik Jeno. Anak kebanggan Niel itu ternyata menyadari kepergiannya.“Balik?” tanya Rega, melihat pergerakan Niel.“Bocil kematian melek, padahal pas gue tinggal pules banget,” jawab Niel sembari terkekeh. Sebelum nongkrong, Niel sudah memastikan jika bayi besarnya terlelap. Andaikan saja ajakan main teman-temannya tidak berlangsung di atas pukul tujuh malam, ia pasti memboyong Niel ikut serta. Sapi keramatnya itu harus tidur agar keesokan harinya tak rewel.“Cabut dulu gue. Thanks traktirannya.” Tukas Niel lalu bersalaman ala bro-bro jaman sekarang.Ponsel digenggaman pria itu bergetar. Saat membuka layar kunci, potret keluarga bahagianya bersama Zeusyu terpampang.“Ck, ini pasti Sapi ngerengek-rengek minta video call. Nggak sabaran banget bocah.” Sembari tak menghentikan langkah kakinya menu
“XAVIEEERRR!!!”Zeusyu yang tengah membuang air kecil di kamar mandi bergegas menyelesaikan hajatnya. Perempuan cantik itu tak berlama-lama ketika mendengar teriakan maha dahsyat suaminya.“Kenap.. Abang XAVI!” Pekik Zeusyu setengah berteriak. Mata membola sebesar dunia. Perasaan ia baru beberapa menit menitipkan si kecil Viera ke tangan kakaknya, tapi anak ke duanya itu sudah tak lagi berbentuk normal, seperti terakhir kali dirinya tinggal.“Cil, Bocil! Buyut kamu di surga nangis darah ini pasti!” Gerutu Niel sembari melepaskan ikatan scarf milik istrinya dari tangan dan kaki anak keduanya. Memang benar-benar minta dipesantrenin kelakuan si bocil kematiannya. Adiknya sendiri dianiaya coba.“Api mau culik Viera, Papa.”Hah,Permainan apa lagi ini coba?!Setelah wajah adiknya dilukis menggunakan cat air, sekarang dia ber-cosplay menjadi penculik bayaran?!“Diajak nonton apalagi kamu sama Om Rega?!”“Film action!” kata Xavier, tidak berbohong. Di usianya yang masih 6 tahunan, otaknya mas
Annyeong temen-temen. Seperti kata Qey dalam unggahan terakhir, Qey akan melanjutkan spin off dari terikat perjodohan langsung disini. Jadi untuk kedepannya, sub judul akan dituliskan seperti ini ya S2 - LS [1] Judul dari chapter yang akan tayang.Untuk itu, teman-teman bisa baca blurbnya dulu dan kasih Qey masukan. Please komen apakah cerita ini betternya dibikin judul sendiri atau gabung aja di cerita Niel and Zeusyu.Bantu Qey ya teman-teman. Terima kasih atas seluruh dukungannya.[Blurb]Xavier Tirto— Pemuda yang menduduki bangku perkuliahan itu tidak tahu alasan mengapa dirinya bisa masuk ke dalam kategori pria penyuka adek-adekan. Gadis yang dirinya taksir bahkan berusia 2 tahun lebih muda dari adik perempuannya. Kala itu Xavier baru berusia 6 tahun ketika kedua orang tuanya mengajak dirinya menjenguk bayi mungil, hasil pernikahan salah satu sahabat papanya. Bagi Xavier kecil hanya ada 4 wanita cantik, yaitu mamanya, adik kesayangannya, dan kedua omanya. Ia ingin memastikan sen
He is Xavier— lengkapnya Xavier Tirto, anak pertama dari penerus Tirto Grup. Tahun ini usianya menginjak angka ke 22. Seperti papa dan salah satu mendiang opanya, Xavier diberkahi wajah tampan hingga meneruskan bakat sebagai idola para kaum hawa. Sayangnya, ia telah jatuh cinta kepada seorang gadis.Xavier menyebutnya sebagai My Loli. Jika kalian berpikir gadis itu merupakan anak TK atau sosok dewasa yang terkurung dalam tubuh kecil seperti pada serial-serial anime, maka kalian salah besar.Dia gadis yang normal. Tingginya melebihi dagu Xavier, hanya saja dia memang bocil alias bocah cilik. Penamaan tersebut Xavier sematkan karena dirinya jatuh hati tepat ketika si gadis baru berusia setengah hari.Ya! Di usianya yang ke 6, Xavier jatuh cinta— kepada si bayi merah anak sahabat papanya. Kedua orang tuanya menggadang-gadang bahwa perasaannya akan luntur seiring berjalannya waktu, tapi perhitungan mereka meleset. Mereka tidak tahu saja jika dirinya sudah membubuhkan stempel cinta, mengkl
Sudah waktunya menjemput ciwi-ciwi kesayangan. Jam dipergelangan tangannya menunjukkan waktu setengah dua siang. Itu tandanya ada sekitar 30 menit lagi waktu yang tersisa untuk dirinya gunakan dalam berkendara.“Cabut?!”Leonardo Wijaya— Pemuda itu merupakan salah satu sahabat Xavier. Mereka dekat ketika keduanya baru mengenakan seragam putih abu-abu. Selain Leo, Xavier masih memiliki satu sahabat lagi. Fransisca Gemintang namanya. Gadis berzodiak gemini itu adalah sahabat kecil Leo yang mau tidak mau, masuk ke dalam lingkaran pertemanan mereka.“Yoi.. Cewek gue bentar lagi balik sekolah.”Leo terbahak. “Emang udah diterima?” tanyanya, menggoda. Siapa yang tidak mengetahui perjuangan Xavier. Pemuda itu menolak berpacaran dengan gadis lain, selagi menanti pujaan hatinya peka terhadap perasaannya.“Sialan lo!” Umpat Xavier, meninju pundak Leo. Ia mulai merapikan buku-buku yang dirinya bawa untuk kerja kelompok. “Vier mau balik? Gue nebeng, boleh ya?!”“Sorry, Gem. Kita nggak searah. Gu
Ceplak!!Xavier mengerang tatkala sebuah sandal mendarat pada wajah tampannya.Sandal tersebut jatuh ke atas lantai setelah mengenai targetnya, tergeletak dengan posisi tengkurap tak berdaya, berkebalikan dengan korbannya yang mereog-reog, mencari sosok tersangka dibalik penyerangannya.“Papa yang ngelempar! Mau apa kamu?!” tanya Niel, menantang.Pria yang berdiri tegap dengan tangan terlipat didadanya itu menatap tajam sang putra.Ia benar-benar geram merasakan kelakuan ajaib putranya.“Otak kamu geser kan?! Papa benerin biar balik ke tempat semula!” sentak Niel, berapi-api.“Otak Abang geser?” beo Aurelia dengan polosnya. Ia memegangi kepala Xavier, menggoyang-goyangkannya ke kanan dan kiri.“Qu-ee-een.. Kamu ngapa-iiin...” Suara Xavier bergetar seiring dengan goyangan sang istri pada kepalanya.“Mampus kamu, digoclak-goclak nggak tuh!” cicit Niel. Ia teramat menyukai kepolosan sang menantu. Kepolosan itu mendekati kebodohan sehingga begitu menghiburnya diwaktu-waktu tertentu.Yeah,
“Abang, beli rumahnya udah?”Pertanyaan Aurelia itu membuat gerakan tangan Xavier yang hendak meloloskan kaos dalamnya terhenti di udara.‘Belom 2*24 jam loh, Rel!’ batin Xavier miris. Melaporkan orang hilang ke pihak kepolisian saja membutuhkan waktu, apalagi membeli rumah yang syarat-syaratnya cukup meresahkan sampai memusingkan isi kepala.Nggak mendadak gegar otak aja Alhamdulillah nih gue!!“Papi tanya loh, Abang.. Aurel jawab apa ini?” tanya Aurelia sembari menunjukkan ruang obrolannya bersama sang papi diponselnya.“Bales aja, sabar Pi, kalau nggak sabar mabur.” Ucap Xavier mengutip kalimat yang pernah dirinya lihat dibelakang sebuah truk bermuatan sayur saat pulang dugem.“Mabur?”Xavier pun terkekeh. Ia menarik turun ujung kaos dalamnya, mengembalikan kaos tersebut ke tatanan semula.“Artinya terbang, Queen..” bebernya dengan tangan membelai puncak kepala Aurelia.“Nggak usah dibalesin aja.. Nanti Abang yang telepon Papi kamu. Buat sekarang rumahnya masih dicari. Kalau rumahny
“Huwaa— Papi masih kangen,’ rengek Jeno sembari mengayun-ayunkan tangan putrinya yang saat ini tengah ia genggam.“Aurel juga, Papi..” Sama seperti sang papi, Aurelia ikut merengek.Keduanya lalu berpelukan dengan rengekkan yang terus saja mengudara.Didekat ayah dan anak itu, sepasang saudara memutar bola mata mereka.“Untung Papa nggak senajisin Om Jeno..” lontar Xaviera. Ia bersyukur papanya tak lebih mencintai dirinya dibandingkan cintanya kepada sang mama. Dengan begitu, ia tak perlu mempunyai papa yang sikapnya seperti bocil Paud.“Ssst..” Xavier membenturkan lengannya pada tangan adik perempuannya. “Tahan, Ces.. Mertuanya Aban itu..” bisik Xavier ditelinga sang adik.Jeno pun melepaskan pelukannya.“Nggak bisa!!”Tirto bersaudara terperanjat tatkala mendengar Jeno memekik keras. “Wah, bakalan lama nih..” gumam Xaviera, mencium akan adanya penambahan chapter terbaru dari drama seorang ayah yang tak pernah ikhlas putrinya dipinang orang.“Papi kenapa?” tanya Aurelia. Gadis itu t
“… Ah, satu lagi! Dia lulus kuliah dulu..”“Heum.. Bisa diatur.. ASAL!” kata Xavier, sengaja menggantung kalimatnya.“Apa?”“Om janji nggak nyentuh mami mertuanya Xavi juga. Gimana? Adil kan jadinya?!”Duarr!!!‘Keputer soundtrack sinema azab nggak tuh di kepalanya? Orang kok sukanya nyiksa! Ya kali bobok bareng Ayang nggak ena-ena! Kayak yang sendirinya bisa tahan aja!’ dumel Xavier di dalam hati.Jeno angkat ketiak ketika Xavier menyebutkan persyaratan yang harus dirinya penuhi agar sang putri terbebas dari jamahan anak itu.Come on! yang benar sajalah!Ia mana bisa untuk tidak menyentuh istri tercintanya!Hah!Betapa pintarnya rubah ekor sembilan yang dihasilkan benih sahabatnya. Anak itu sangat mirip papanya, tak ada satu pun gen Nathaniel Tirto yang tercecer darinya. Semuanya mengalir ke dalam diri Xavier, termasuk kecerdasan otaknya yang digunakan untuk tindak kelicikan.“Ya udah, main aman aja! Om belom pengen punya cucu, Xav.” Ucap Jeno sesaat setelah mengibarkan bendera putih
“Kak Viera.. Kakak dari tadi di depan sini? Kenapa nggak masuk aja ih?”“He-he..” balas Xaviera, kehilangan kata-katanya. Bagaimana mungkin ia menerobos masuk ke ruangan Dekan. Ia kan bukan orang yang berkepentingan.“Jangan langsung balik ke kantor, Xav! Ikut Om dulu!”Adik Xavier itu melirik kakak dan omnya. Tampang keduanya tampak tak enak untuk dilihat.“What happen, Rel?” tanya Xaviera.“Eh? Nggak ada apa-apa kok, Kak.” Aurelia lalu berteriak, “Papi, Papi! Tungguin Aurel!”Juno menghentikan langkah kakinya. “Aurel juga mau ikut?”“Loh! Nggak boleh ya?”“Anu, bukannya nggak boleh, Sayang. Papi mau ngobrol empat mata sama Xavier.”“Tambah empat mata lagi nggak bisa? Aurel kan pengen ikut, terus Kak Viera juga. Masa Kak Viera ditinggal sendirian. Kan kasihan, Papi.”Juno pun mendesah. Mana mungkin ia tega untuk mengatakan tidak pada anak semata wayangnya. “Iya, boleh,” ucapnya, terpaksa. Padahal ia ingin memarahi Xavier karena telah membuat Aurelianya pingsan. Kalau begini, ia kan j
“Eh, kalian udah denger belom. Anak semester satu yang namanya Aurel, yang suka ke kantin bareng Aidan.. Katanya dia married by accident.”“Serius lo? Nggak mungkin ah! Anaknya keliatan polos gitu.”“Yeee! Aidan sendiri yang ngomong ke gue. Mereka putus gara-gara tuh cewek ketahuan mahidun. Si Aidannya ngerasa belom ngapa-ngapain tuh cewek, tapi udah keburu hamil sama cowok laen. Makanya diputusin sama Aidan.”“Buset! Nggak nyangka gue! Keliatannya polos mendekati bloon loh padahal.”“Itu kali yang bikin dia hamil. Gara-gara kebloonannya, jadinya gampang dipake sama orang. Zaman sekarang kan ada kondom kali biar nggak kebobolan. Kalau pinter mah nggak bakalan sampe hamil.”“Anjay-lah!”Brak!Xaviera yang mendengar kakak iparnya digosipkan pun meradang. Tangannya yang terkepal ia hantamkan pada daun meja dihadapannya.“Anjing!” maki adik Xavier itu keras. Ia jelas tak terima jika Aurelia diolok-olok, terlebih menggunakan bahan yang mereka tak ketahui kebenarannya. Jelas-jelas Aurelia-l
Xavier merasakan pergerakan dari tubuh yang semalaman dirinya dekap. Perlahan, ia pun membuka matanya.Jantungnya berdegup tatkala netranya bertemu dengan sepasang bola mata indah, yang kini juga tengah menatapnya.“Morning, Queen..” sapa Xavier. Senyum hangat terbit dari bibirnya.“Morning, Abang.”“May I kiss you? Ciuman selamat pagi.”Aurelia menutup mulutnya, cepat-cepat. “Bau jigong, Abang. Aurel baru melek, belum sikat gigi.” Ucap gadis itu dibalik bekapan tangannya. Ia malu meski ingin kembali merasakan ciuman Xavier.Bagaimana jika nanti suaminya pingsan?— pikir Aurelia.“Abang suka semua bagian dalam diri kamu, karena Abang cinta kamu, bau jigong kamu pasti wangi.”Eh?Begitu ya, kalau cinta seseorang?! Bau jigong jadi wangi kalau cinta sama orangnya?!Dalam otak kecil Aurelia, gadis itu tengah berpikir sangat keras.“Boleh ya?” tanya Xavier, kembali meminta persetujuan. Padahal bisa saja jika dirinya langsung menyosor. Namun Xavier tidak akan melakukannya. Ia membutuhkan ker
“Hiks, Abang sakit! Kak Viera bilang, sakitnya cuman sedikit, ini kok banyak, huhuhuhu!”“Sakit banget ya?” tanya Xavier. Ia jadi tidak tega melanjutkan malam pertama yang tertunda. Namun untuk menarik milik-nya yang sedikit bersarang pun, ia juga tak rela.Sangat, sangat tidak relah bahkan.“Queen, kamu masih bisa tahan sakitnya kan? Sedikit aja. Katanya kalau udah masuk, sakitnya bakalan ilang.”“Sakit banget. Aurel kayak lagi ditusuk pisau.”Bagaimana ini?! Xavier dilema. Istrinya menangis.Apakah sesakit itu rasanya? Kok perasaan dirinya enak-enak saja.“Ya udah, kita nggak usah lanjutin,” putus Xavier. Apalah artinya keenakan sendiri jika gadis yang dirinya cintai kesakitan. Xavier tak ingin egois. Mungkin ia harus mencari tahu bagaimana cara bercinta tanpa menyakiti pasangannya.“No! Jangan!” Tangan Aurelia memeluk Xavier. “Nggak boleh, harus lanjut! Kata Kak Viera harus berhasil malam ini.” Gadis itu tak mengizinkan lelaki di atasnya beranjak.“Tapinya kamu kesakitan, Queen. Aba
“Abang!”Xavier kontan memutar kepalanya saat pintu ruangan yang dirinya gunakan untuk merokok, terbuka dengan menampilkan sosok sang adik.“Bau asep, Dek! Nanti kamu pengen ngerokok, Abang yang dimarahin Mama!” Seloroh Xavier. Adiknya beberapa waktu lalu ketahuan masih merokok. Hal tersebut tentu membuat mama mereka marah sekaligus bersedih.Sialnya, ia sebagai kakak ikut terkena imbas. Berkat dirinya yang selalu memanjakan Viera, ia dinilai tak dapat menjaga Princess mereka. Padahal jelas-jelas di keluarga mereka bukan hanya dirinya yang merokok.“Aman.. Adek udah nggak pengen ngerokok kok, Abang. Adek udah insaf!” Cengir Viera sembari menunjukkan deretan giginya. “Adek kan sekarang pakenya pot, jadi nggak bakalan ketauan Mama, hehehe!”Hah!Anak muda jaman now!Larangan adalah bentuk perizinan tak tertulis bagi mereka. Contohnya seperti saat sang papa melarang Viera mengejar-ngejar cinta Om Rega, bukannya mematuhi larangan itu, Viera justru semakin getol memperlihatkan ketertarikann