“Atas nama Seana Andra Sevanya nomor kamarnya 70 di lantai 7," ujar resepsionis sembari memberikan kartu akses. "Rekan saya yang akan mengantar mba, selamat malam... selamat beristirahat," sambungnya sembari menangkupkan tangan.
Seana mengangguk. “Terima kasih banyak," ucapnya lembut.“Mari mba... saya antar,” ucap porter laki-laki yang sudah memegang koper Seana.“Iya, mas...” Seana mengikuti si mas berkulit sawo matang itu.Sekilas Seana melirik arlojinya yang menunjukkan waktu jam 01.00 WIB dan ya sepertinya para bule baru turun untuk mencari kesenangan malam mereka keluar masuk lift. Akhirnya, Seana sampai di kamarnya.Jam sudah tengah malam dan Seana memilih untuk cuci muka dan melepas blazernya yang menyisakan kaos oblong. Gadis bermata coklat hazel itu berjalan ke ranjang dan menarik selimut dan baru beberapa menit berbaring matanya langsung terpejam.Ceklek!Suara derap kaki terdengar sangat pelan dan perempuan yang tertidur di atas ranjang itu hanya melenguh pelan. Lelaki itu seperti orang linglung, dia langsung menarik selimut dan tanpa basa-basi memeluk Seana yang juga karena rasa lelahnya yang sudah hampir 7 jam di kereta.Berbanding terbalik dengan laki-laki berambut hitam itu, saat memeluk Seana dia merasa sangat nyaman. “Sialan, kenapa sangat nyaman dan tidak sanggup menyentuhnya,” gumamnya sangat pelan dan tidak mau mengganggu tidur perempuan berambut hitam legam di pelukannya ini.Seana mengigau tidak jelas membuat lelaki berparas tampan itu menarik senyum tipis sebelah tangannya mengusap-usap rambut Seana."Hangat dan tenang," gumam lelaki itu merasakan Seana yang semakin erat memeluknya. Bahkan, menenggelamkan badan kecilnya didada bidang lelaki yang masih enggan terlelap.Perlahan lelaki bermanik mata indah itu memejamkan matanya sembari menaruh kepalanya diatas kepala Seana. "Selamat malam," gumamnya sebelum benar-benar tertidur.****Adzan berkumandang cukup nyaring, Seana yang punya rencana mau sarapan di area pasar Beringharjo mengeliat pelan. Tapi, telinganya yang tidak bisa sensitif dengan suara apapun kalau baru bangun tiba-tiba mendengar suara lenguhan dan badannya seperti ada yang memeluknya.Deg!!Mata coklat hazel itu melotot melihat badannya dipeluk seseorang dan gilanya yang memeluknya adalah laki-laki, Seana langsung menyibak selimutnya meraba seluruh badannya yang terasa sewajarnya orang bangun tidur dan habis kelelahan di perjalanan.“Eh, gue gak di-unboxing, kan? Belum, kan? Enggak, kan?” tanyanya ke dirinya sendiri. “Gue masih gadis, kan?”Grep!Plash!!Plash!!Jangan mengira Seana hanya bisa menangis setelah dilecehkan seperti ini.Bugh!Bugh!Lelaki yang masih mengumpulkan kewarasannya itu benar-benar tidak bisa berkutik, mukanya yang terbilang ganteng itu berubah penuh memar kebiru-biruan dan hidung mancungnya mengalir darah segar.“Hey—“Bugh!Belum selesai bicara Seana menonjok bibir merah muda tipis itu dan cukup sekali pukulan bibirnya langsung bengkak dan terlihat diujung sudut bibirnya mengeluarkan darah.Hidung, bibir yang seksi dan paras yang tampan itu tidak bisa dibanggakannya lagi, sekarang lelaki berkulit putih itu seperti korban penyiksaan atau mungkin KDRT.“Gue minta sekarang lo keluar dari kamar gue!”“Ini kamar saya! Seharusnya anda yang keluar dari kamar saya.”“Denger ya pak! Bapak udah meluk-meluk saya dan saya bisa laporin bapak ke polisi—““Kamu kenapa bisa di sini! Kamu suruhan—“Seana semakin kesal. “Bapak ngira saya cewek panggilan?!” teriaknya syok. “Gini ya pak! Om saya bukan cewek panggilan dan saya kesini buat tidur dan liburan! DAN OM HANCURIN LIBURAN SAYA! BADAN SAYA SUDAH GAK SUCI LAGI! GARA-GARA OM!”“Saya Cuma meluk kamu,” sahut laki-laki itu santai.Mata hazel yang bentuknya seperti kacang almond itu membelalak. “CUMA?!” teriaknnya. “Om meluk anak perawan lho!” teriaknya histeris. “Om denger ya—““Saya bukan om kamu! Berhenti panggil saya om!” sentaknya tidak terima. “Saya masih 25!”“Dih udah tua!”“Saya baru 25! Belum tua! Bocil kamu rusak muka saya.”“Dih gapapa bocil yang penting gak main asal peluk-peluk kayak om!” omel Seana santai. Ya, memang badannya yang kurus dan tingginya yang hanya 167 cm sedangkan laki-laki yang babak belur itu sekitar 180 cm. “Udah tua bukannya tobat malah bungkus.”“Diam kamu bocil!” Seana bersedekap dada sedangkan orang yang masih tiduran di ranjang sambil mengusap-usap pipinya yang memar semakin kesal. Tapi, tidak bisa marah. “Badan kayak bocil—““Daripada om! Doyan miara kucing!” ejek Seana menyunggingkan senyumnya. “Kucing garong! Eh, kucing garong apa ayam, om?” tanyanya semakin berani meledek.“Diam kamu bocil!" sentak laki-laki bermata hitam itu sambil sebelah tangannya mengusap-usap kepalanya sendiri dan meringis. "Shh! Kepala saya sakit cil! Ini gara-gara kamu! Saya ada rapat penting di sini!"Seana mendengus pelan. "Kamu gak ada sopan santunnya banget sih?! padahal udah tua juga!" sentaknya tidak terima dan tanpa melirik orang yang terbaring di ranjang itu.Brak!Sontak Seana menoleh mukanya berubah sangat datar melihat 3 orang yang berpakaian hitam-hitam, resepsionis yang melayani Seana tadi malam dan satu lagi perempuan yang sepertinya resepsionis hotel ini juga. Beberapa kali Seana melirik laki-laki yang terus meringis itu."Mba… Mas kalian–""Kita gak ngelakuin apapun kok! Dia yang tiba-tiba masuk dan meluk saya!" pekik Seana menunjuk laki-laki yang terus memegangi kepalanya dan mencoba menghentikan pendarahan dihidungnya."Pusing… tolong panggil dokter," pinta orang yang Seana hajar habis-habisan. Tapi nihil tidak ada yang mendengarnya, suaranya terlalu pelan.Resepsionis mengangguk. "Maaf mba kemarin teman saya yang keliru dan lupa untuk blocking room ini, karena tamu sebelum mba protes karena pintu kamar ini rusak…" katanya menyesal. "Mohon maaf atas pelayanan buruk kami…"Seana menghela napas pelan. "Oke! Dan kenapa dia bisa ada dikamar saya perlu pen—""TOLONG!" teriak laki-laki itu sekuat tenaga.Bruk!"Pak! Om!"Laki-laki yang masih mengenakan kemeja dan celana bahan itu tersungkur di lantai.Semua orang kalut, Seana langsung bergegas membopong laki-laki itu berbaring di ranjang ada perasaan kasihan didalam diri Seana. Tapi, disini juga dia yang merasa dilecehkan orang ini.Resepsionis itu langsung menelpon rumah sakit dan meminta dikirim albulance segera dan di samping ranjang Seana mengembuskan napas kesal."Aku benci kamu! Tapi kalo mati juga ya aku takut! Jangan mati dulu ya," gumam Seana sangat pelan.Seana beranjak dari duduknya. "Kalian bawa orang ini ke rumah sakit, saya mau bicara dengan pihak hotel. Saya gak terima dan saya mau ketemu General Manager kalian!"Salah satu resepsionis mengangguk. "Baik mba... General Manager kami sedang dalam perjalanan kemari dan kurang lebih 15 menit akan segera sampai dan beliau meminta untuk masalah ini dibahas di ruangan beliau," ujarnya bergetar ketakutan dan sudah pasti ia akan dipecat hari ini akibat keteledorannya juga.Masalah tadi pagi sebagian sudah selesai, Seana dan pihak hotel memutuskan untuk mengambil jalur damai. Ya, memang berat. Tapi, belum ada kata pernyataan damai dengan orang yang asal masuk ke kamarnya tadi malam.Ya, tepat saat orang itu pingsan pihak hotel langsung dibawa ke rumah sakit dan sebagai pelaku Seana tidak ikut ke rumah sakit karena, harus mengurus masalahnya dengan manager dan General Manager hotel. Sekarang Seana pindah ke sebuah homestay tidak jauh dari Kampung Wisata Taman Sari. Sebenarnya, pihak hotel menawari Seana presidential suit selama Seana di Jogja. Tapi, dari sisi Seana itu diambil untuk balas tutup mulut dan ia yang tidak membawa masalah ini ke jalur hukum, karena keteledoran pihak hotel juga orang itu bisa masuk kamarnya.Homestay yang ditempatinya sekarang juga cukup nyaman ada 4 ranjang tingkat, AC dan pastinya toilet dan kamar mandi sudah ada di setiap kamar. Disini Seana lebih tenang, karena setiap kamar dan blok itu dipisah antara laki-laki dan peremp
Tidak terasa sudah satu hari berselang dan mulut Seana mencoba beradaptasi dengan makanan-makanan yang rasanya dominan manis.Pagi sampai menjelang siang hari ini Seana tidak melakukan apapun, dia hanya tiduran main hp, setelah tadi malam jalan-jalan sampai lumayan larut malam. Sekarang menunjukkan waktu jam 3 siang dan Seana dijemput laki-laki yang sekarang duduk di kursi pengemudi. Ya, Seana menyetujui ajakan Baskara dan sekarang mereka perjalanan ke daerah Gunung kidul."Kak Bas… kalau kakak capek kita tukeran aja nyetirnya," ucap Seana tidak enak sebab Baskara menjemputnya dari Semarang ke Jogja.Baskara Erlangga seniornya di kampus dari angkatan dua tahun di atas Seana. Kenal karena, sempat satu kelompok di Program Kreativitas Mahasiswa. Sampai, mereka saling kenal dan lumayan banyak mengobrol juga saat di kampus."Santai aja Cil, Jogja Semarang doang," katanya enteng. Ya, memang Jogja-Semarang bisa ditempuh sekitar 2 jam pakai motor atau mobil. Sekilas Baskara melirik adik ti
Duduk di tepi pantai sambil menikmati langit malam dengan secangkir kopi dan suara deburan ombak yang lumayan tinggi malam ini.Ditambah api unggun yang menjadi alat penerangan malam ini, Seana menarik napas panjang menikmati deburan ombak malam ini. Semakin malam bintang-bintang semakin bersinar menghiasi malam ini."Sea, berapa hari lo disini?" tanya Baskara sambil meminum kopinya. "Eum… besok lusa mungkin."Baskara mengangguk. "Mending nanti aja sih Cil… soalnya akhir bulan ini ada festival Jeron Beteng di alun-alun Kidul.""Hah?""Itu acara tari topeng, gua gak tau ini mereka mengusung tema apa tapi yang pasti ini rame." Seana mengangguk antusias. Ini yang disebut definisi liburan dengan orang yang tepat, Baskara yang hobinya jalan-jalan dan Seana yang suka scroll-scroll reels liburan.Suara gelak tawa dari tenda kiri dan kanan membuat malam ini jauh lebih seru, mendengar orang-orang tertawa bersama keluarga dan teman mereka juga, tanpa ponsel karena tidak ada sinyal di sini.Ba
Setelah menghabiskan waktu paginya di pantai, Seana dan Baskara pulang lagi ke Jogja. Setibanya di Jogja laki-laki yang adalah senior Seana di kampus tidak menetap di Jogja dan memilih pulang ke Jakarta.Istirahat sebentar di penginapan, siangnya Seana melanjutkan jalan-jalannya. Makan siang di samping stasiun Tugu, dilanjut jalan-jalan beserta belanja-belanja sedikit untuk teman-teman dan beberapa akan dibagikan ke tetangganya.Sepertinya cuaca di Jogja makin siang itu semakin panas atau mungkin ini sedang musimnya jadi cuaca di Jogja semakin hari semakin panas."Baju udah, oleh-oleh ud–" Brak!Barang-barang Seana berceceran di trotoar, tanpa basa-basi Seana memunguti barang belanjaannya yang takut diinjak orang dibantu lelaki mengenakan masker putih."Maaf saya–" Seana hapal suara siapa itu refleks ia mendorong orang itu sampai terjungkal.Mata coklat hazel dan hitam saling beradu pandang beberapa detik, Seana buru-buru memunguti pakaian yang berserakan di trotoar.Berbanding ter
Setelah menghabiskan waktu paginya di pantai, Seana dan Baskara pulang lagi ke Jogja. Setibanya di Jogja laki-laki yang adalah senior Seana di kampus tidak menetap di Jogja dan memilih pulang ke Jakarta.Istirahat sebentar di penginapan, siangnya Seana melanjutkan jalan-jalannya. Makan siang di samping stasiun Tugu, dilanjut jalan-jalan beserta belanja-belanja sedikit untuk teman-teman dan beberapa akan dibagikan ke tetangganya.Sepertinya cuaca di Jogja makin siang itu semakin panas atau mungkin ini sedang musimnya jadi cuaca di Jogja semakin hari semakin panas."Baju udah, oleh-oleh ud–" Brak!Barang-barang Seana berceceran di trotoar, tanpa basa-basi Seana memunguti barang belanjaannya yang takut diinjak orang dibantu lelaki mengenakan masker putih."Maaf saya–" Seana hapal suara siapa itu refleks ia mendorong orang itu sampai terjungkal.Mata coklat hazel dan hitam saling beradu pandang beberapa detik, Seana buru-buru memunguti pakaian yang berserakan di trotoar.Berbanding ter
Duduk di tepi pantai sambil menikmati langit malam dengan secangkir kopi dan suara deburan ombak yang lumayan tinggi malam ini.Ditambah api unggun yang menjadi alat penerangan malam ini, Seana menarik napas panjang menikmati deburan ombak malam ini. Semakin malam bintang-bintang semakin bersinar menghiasi malam ini."Sea, berapa hari lo disini?" tanya Baskara sambil meminum kopinya. "Eum… besok lusa mungkin."Baskara mengangguk. "Mending nanti aja sih Cil… soalnya akhir bulan ini ada festival Jeron Beteng di alun-alun Kidul.""Hah?""Itu acara tari topeng, gua gak tau ini mereka mengusung tema apa tapi yang pasti ini rame." Seana mengangguk antusias. Ini yang disebut definisi liburan dengan orang yang tepat, Baskara yang hobinya jalan-jalan dan Seana yang suka scroll-scroll reels liburan.Suara gelak tawa dari tenda kiri dan kanan membuat malam ini jauh lebih seru, mendengar orang-orang tertawa bersama keluarga dan teman mereka juga, tanpa ponsel karena tidak ada sinyal di sini.Ba
Tidak terasa sudah satu hari berselang dan mulut Seana mencoba beradaptasi dengan makanan-makanan yang rasanya dominan manis.Pagi sampai menjelang siang hari ini Seana tidak melakukan apapun, dia hanya tiduran main hp, setelah tadi malam jalan-jalan sampai lumayan larut malam. Sekarang menunjukkan waktu jam 3 siang dan Seana dijemput laki-laki yang sekarang duduk di kursi pengemudi. Ya, Seana menyetujui ajakan Baskara dan sekarang mereka perjalanan ke daerah Gunung kidul."Kak Bas… kalau kakak capek kita tukeran aja nyetirnya," ucap Seana tidak enak sebab Baskara menjemputnya dari Semarang ke Jogja.Baskara Erlangga seniornya di kampus dari angkatan dua tahun di atas Seana. Kenal karena, sempat satu kelompok di Program Kreativitas Mahasiswa. Sampai, mereka saling kenal dan lumayan banyak mengobrol juga saat di kampus."Santai aja Cil, Jogja Semarang doang," katanya enteng. Ya, memang Jogja-Semarang bisa ditempuh sekitar 2 jam pakai motor atau mobil. Sekilas Baskara melirik adik ti
Masalah tadi pagi sebagian sudah selesai, Seana dan pihak hotel memutuskan untuk mengambil jalur damai. Ya, memang berat. Tapi, belum ada kata pernyataan damai dengan orang yang asal masuk ke kamarnya tadi malam.Ya, tepat saat orang itu pingsan pihak hotel langsung dibawa ke rumah sakit dan sebagai pelaku Seana tidak ikut ke rumah sakit karena, harus mengurus masalahnya dengan manager dan General Manager hotel. Sekarang Seana pindah ke sebuah homestay tidak jauh dari Kampung Wisata Taman Sari. Sebenarnya, pihak hotel menawari Seana presidential suit selama Seana di Jogja. Tapi, dari sisi Seana itu diambil untuk balas tutup mulut dan ia yang tidak membawa masalah ini ke jalur hukum, karena keteledoran pihak hotel juga orang itu bisa masuk kamarnya.Homestay yang ditempatinya sekarang juga cukup nyaman ada 4 ranjang tingkat, AC dan pastinya toilet dan kamar mandi sudah ada di setiap kamar. Disini Seana lebih tenang, karena setiap kamar dan blok itu dipisah antara laki-laki dan peremp
“Atas nama Seana Andra Sevanya nomor kamarnya 70 di lantai 7," ujar resepsionis sembari memberikan kartu akses. "Rekan saya yang akan mengantar mba, selamat malam... selamat beristirahat," sambungnya sembari menangkupkan tangan.Seana mengangguk. “Terima kasih banyak," ucapnya lembut. “Mari mba... saya antar,” ucap porter laki-laki yang sudah memegang koper Seana.“Iya, mas...” Seana mengikuti si mas berkulit sawo matang itu.Sekilas Seana melirik arlojinya yang menunjukkan waktu jam 01.00 WIB dan ya sepertinya para bule baru turun untuk mencari kesenangan malam mereka keluar masuk lift. Akhirnya, Seana sampai di kamarnya.Jam sudah tengah malam dan Seana memilih untuk cuci muka dan melepas blazernya yang menyisakan kaos oblong. Gadis bermata coklat hazel itu berjalan ke ranjang dan menarik selimut dan baru beberapa menit berbaring matanya langsung terpejam.Ceklek!Suara derap kaki terdengar sangat pelan dan perempuan yang tertidur di atas ranjang itu hanya melenguh pelan. Lelaki it