Gavrielle’s POV
Benar kata bijak, kalau kita akan merasakan kehilangan saat sosok yang kita abaikan itu pergi meninggalkan kita. Hampir dua tahun kepergian Renata. Aku benar-benar merasakan nelangsa. Isteriku yang dulu kusia-siakan. Kurang kuhargai, dan tidak kuperjuangkan sepenuhnya. Bagaimana dengan anak-anakku? Pasti Renata kerepotan mengurus dirinya sendiri tanpa kehadiranku, bayangan saat ia sakit, badannya yang lemas dan pucat. Bahkan saat ia hampir pingsan di kamar mandi saat di Jogja masih saja menghantui pikiranku. Betapa kejamnya diriku, aku sudah berusaha mencarinya sebisaku, sekuat tenaga. Bahkan semua anggota keluarga Baskoro terlibat untuk mencari keberadaan Renata.
Hari menjelang sore dan mereka meninggalkan penthouse. Yang ada di benakku adalah bagaimana bisa mendapatkan akses masuk ke penthouse Renata. Aku tak ada ide sama sekali untuk itu. Sejenak mengistirahatkan diri. Aku kembali terpekur menatap foto Renata yan
Pagi ini aku ada janji dengan Syaqiella untuk membahas masalah prospek kerjasama kami ke depannya. Mr. Lee mengatur banyak hal sebagai rasa terimakasihnya padaku.Dubai Corporation menginvestasikan sebagian kecil dana untuk pembuatan perumahan elite di Serpong, Bogor. Setelah adzan, aku segera mandi. Mengalirkan air dingin dari shower. Kepalaku sangat mendidih, selalu teringat akan Renata. Bahkan aku jadi susah tidur semenjak menempati penthouse. Hari ini aku harus berpenampilan keren. Sempurna, tentu saja menurut versiku. Bagaimanapun Syaqiella sedang berada di puncak popularitas.Sebagai CEO wanita di negara modern ini. Berurusan dengannya bisa jadi panjang buntutnya. Penampilan, performa bahkan berapa assetku bisa di kulik lebih dalam oleh paparazzi. Tak berselang lama, ponselku berkedip. Mr. Lee mengirim pesan, rupanya ia sudah sampai di depan penthouse.“Permisi Tuan.” Pintu penthouse di ketuk. Kutarik handle.“Silahkan Tuan. Sudah di tunggu.” Ucapnya dengan sopan.Aku keluar dar
Apa alasan Syaqiella menerima ajakan makan malam private denganku. Ia masih saja terlihat angkuh. Padahal kami sempat sangat intim saat pertemuan di pelelangan lukisan di museum.Pukul 20.00 Waktu Singapore. Syaqiella datang, ia berjalan dengan pelan setelah turun dari mobil sport. Ia terlihat luwes. Benar-benar gesture Syaqiella tak terlihat menggoda kaum Adam, namun aura wajah dan tubuhnya sungguh membuat kami panas dingin. Ia mengenakan pakaian tertutup berlengan pendek. Gaun panjang itu menutupi mata kaki jenjangnya.Perlahan ku berjalan menjemput Syaqiella. Naluriku mengatakan kalau dia memang isteriku. Sehingga aku benar-benar memperlakukan kalau ia adalah Renata versi baru. Renata yang di lahirkan kembali.“Good night, Mrs. Syaqiella.” Sapaku.Ku ulurkan tanganku untuk menjabat tangannya. Ia menerima uluran tanganku. Ku tarik perlahan, dan ia sangat kaget. Setelah itu, ku cium lembut punggung tanganny
Gavrielle PO’VAda yang bilang surga itu letaknya di telapak kaki Ibu. Surganya seorang isteri ada di bawah telapak kaki suaminya. Tapi bagiku, surga menurut persepsiku tidak hanya pada kaki mamaku saja namun juga isteriku.Pagi ini, setelah dua tahun lamanya. Setelah malam-malam panjangku yang begitu gelap. Ketakutanku, kecemasanku akan keadaan Renata. Memikirkannya antara hidup atau mati. Aku bersyukur pada Nya. Kutatap wajah cantiknya yang meringkuk di bawah selimut tebal. Malam ini adalah malam yang tak pernah kuduga sepanjang penantianku selama dua tahun.Dengan bibirnya, Syaqiella Yousuf mengaku kalau ia benar-benar isteriku. Aku sama sekali tak berharap dia masih bersedia kembali padaku. Memberi maaf untukku, kurasa cukup. Namun ternyata, pengakuannya semalam mencengangkanku. Matanya yang lentik menatapku, ia bangun perlahan. Lalu menegakkan tubuhnya diatas dashboard ranjang.“Bie, panggilnya." Aku mendekat padanya. Kurasa
Gavrielle POVSegila apapun diriku, aku tak pernah bercumbu di tempat umum secara sembarangan. Apa yang sudah dilakukan Meira dan calon suaminya membuatku mulas. Bukan sok suci, tapi aku merasa Meira sudah kelewat batas.“Ehem…….” Suaraku pasti menghentikan kegiatan mereka.“Mas Dito, kamu saja yang ngomong.” Kata Meira pelan.“Pagi Pak.” Sapa Dito dengan hormat namun tanpa canggung. Ia menarik tubuh Meira untuk duduk merapat padanya.“Sepagi ini kamu sudah sampai di sini?” Pancingku.“Kalian semua berskongkol di belakangku? Di balik keterpurukanku selama ini?” Aku benar-benar tak terima. Aku sudah berjalan hendak keluar kamar.Namun, Renata datang. “Jangan salahkan Meira dan Renata. Tapi sayalah yang membantu Renata keluar dari Indonesia!” Aku Dito.Kutarik kerah lehernya dan ku pukul wajahnya. Ia ganti memukul wajahku. Nafasnya begitu terengah-engah begitu pun denganku. Renata menutup mulutnya karena kaget. Sementara Meira hendak mendekat pada Dito.“Dihianati itu sakit, Dito Prabawa
Gavrielle POV Setelah membereskan semua urusan dengan Dubai Corp. Renata putuskan untuk cuti sementara dari kantor. Awalnya Abdulloh Yousuf keberatan namun kami meyakinkannya kalau apapun kesulitan Dubai Corp, Renata masih tetap akan selalu meluangkan waktu untuk membantu perusahaan.“Kabarmu pasti baik bukan Vriel?” Tanya Paman Abdul.“Seperti yang Paman lihat bukan, sangat baik setelah bertemu isteriku.” Meira dan Dito beringsut minggir. Mereka pergi ke kamar anakku. Aku melihat mereka terlihat bahagia saat bermain bersama si kembar. Tawa Meira menggema ke seluruh ruangan.“Waktu mengubah banyak hal, Vriel. Aku harap kamu bisa sedikit berbesar hati untuk kebahagiaan putriku.” Abdulloh Yousuf mengeluarkan sebuah dokumen. Ia menyodorkan itu padaku.“Apa ini?” Dokumen itu kubuka. Surat pengalihan kepemilikan Dubai cabang Singapura.“Maksud Paman apa?” Tanyaku menyelidik.Aku dan Renata sudah sepakat akan memberikan keleluasaan pada Meira untuk membantu mengasuh si kembar namun bukan a
Renata menarikku ke taman rumah. Gemercik air pancuran yang mengalir ke kolam mini juga keberadaan Ikan Koi yang berenang membuat wajah isteriku berbinar. Aku bahagia sekali melihatnya.“Mas, dorong dong!” Pintanya dengan nada merengek seperti anak TK. Absurd sekali kelakuan isteriku ini.Ia naik ke ayunan. Aku yang hendak ikut duduk tiba-tiba di usirnya. Benar-benar Renata sudah kembali menjadi isteriku yang humble tapi sedikit jutek.“Mas lebih kenceng dong!” Teriak Renata.Ia tertawa lepas, rambutnya yang tergerai mengenai wajahku. Terkadang kebahagiannya begitu sederhana, tak sesulit yang di bayangkan orang lain yang memandangnya sebagai Nyonya Baskoro muda. Melihatnya tertawa aku perlahan menghentikan ayunan itu. Aku ikut naik meskipun Renata cemberut dan mulai memanyunkan bibirnya. Aku lupa tidak membawa ikat rambut.“Mas, kita program hamil ya?” Ucapnya.Ia menyenderkan kepala
Gavrielle POVRenata mengambil sebuah buku dari box itu. Ia memperlihatkan itu padaku.Jantungku jadi berdebar-debar. Renata memperlihatkan foto yang ada di figura mini saat ia SMK. Foto itiu mengingatkanku pada masa dimana kami dulu berkenalan. Renata sedang magang di percetakan milik salah satu cabang perusahaan Baskoro Company. Waktu itu, ia adalah siswi tercantik dan terpandai dengan segudang prestasi diangkatannya.Kami berkenalan setelah aku pulang dari London. Setelah lulus S1, aku pulang kembali ke Indonesia. Aku tak menyangka bisa berkenalan dengannya waktu itu. Di luar negeri aku biasa bergaul dengan teman-teman wanitaku yang notabene mahasiswi luar negeri spek kutilang. Kurus, tinggi, langsing. Tapi kecantikan alami Renata kerap kali di bicarakan banyak karyawan kantor, terutama karyawan pria.Aku jadi ikut penasaran, meski awalnya aku bersikap masa bodoh dengan berita yang trending di kantor tentang Renata. Ia adalah idola karyaw
Gavrielle POVSelama dua tahun aku mencari Renata, ia meninggalkanku dengan nelangsa. Aku sudah berusaha menyelamatkannya malam itu. Namun, Renata justru tetap bersamaku. Aku ingin menyelamatkannya, namun justru aku menghancurkan hidupnya.Papa memintaku kembali ke London untuk mengambil Master. Padahal, aku sangat ingin bertemu dengannya kembali. Aku tak menemukan jejaknya sama sekali. Kutinggalkan Jakarta, hidup kembali ke London. Penyesalanku berujung menjadi boomerang, kuhabiskan waktu setelah kuliah ke club malam. Teman-teman kuliahku tak jarang mengajakku untuk menghabiskan waktu di club malam juga bermain balap mobil.Setiap kali kuingat wajah Renata, justru ulu hatiku terasa begitu nyeri dan sangat sakit. Aku meminta tolong pada asisten papa untuk tetap mencarinya. Bertahun-tahun lamanya. Banyak gadis kukencani, banyak hati kupatahkan karena frustasiku kehilangannya. Imbas dari semuanya, aku hampir overdosis
Jakarta, enam bulan kemudian.Satu persatu masalah berat yang kami alami dalam hidup ini kami lewati. Mengurainya sungguh tak mudah. Berderai air mata, berpeluk keringat dan sungguh menguras tenaga apa yang kami alami.Suamiku sudah memberikan bonus akhir tahun pada seluruh karyawannya di akhir tahun ini. Untuk para bodyguard kakek, mereka justru siap untuk bekerja kembali. Jadilah mereka gentian. Bodyguard papa akan liburan sebentar dan pulang ke kampung halamannya.Hubunganku dengan Meira sudah membaik meskipun aku membatasi akses Meira dan Dito untuk masuk lebih dalam ke dalam keluarga kami. Bukannya aku sok, tapi mencegah lebih baik daripada mengobati.“Mama, kami semua sudah siap berangkat.” Kata Arsen. Putraku kelihatan ganteng sekali. Ia memakai pakaian kembar dengan adiknya. Ancel menolak mengganti celana jeans dengan rok. Yang ada justru ia memakai celana jeans dengan bahan dan warna yang
Mataku terbelalak waktu kami melihat kalau yang datang itu adalah Agusto. Setahuku Mas Gavrielle sudah melakukan tes DNA diam-diam. Hasil itu menunjukkan kalau Neil itu anak Agusto. Tante Haruka sendiri juga pernah berhubungan dengan Agusto cukup lama. Bahkan Agusto sudah yakin kalau Neil itu adalah anaknya.Paman Hiromi justru mengaku kalau Neil adalah anak biologisnya. Tante Haruka itu super jenuis. Ia bisa melakukan hal apa saja di luar nalar. Termasuk memalsukan hasil Tes DNA Agusto dan Neil.“Agusto mari silahkan.” Sambut suamiku. Ia menyambut Agusto dengan baik.Agusto juga ikut duduk di karpet bersama kami. Suamiku tentu saja kaget dengan kedatangan Agusto.“Sebelum kamu menginterogasiku lebih lanjut. Lebih baik aku jujur saja.”Agusto menepuk pundak Adrian dengan keras.“Sakit Om. Slow kenapa sih.” Adrian menyingkirkan tangan Agusto dari pundaknya.“Aku ingin menanyakan menu m
Mobil itu masih mengikuti kami sampai rumah. Begitu sampai rumah. Adzan magrib berkumandang. Aku turun dari motor dan Mas Gavrielle menyerahkan kunci motor itu pada salah satu bodyguard papa.Kami masuk dan di kejutkan oleh suara terompet. Rupanya yang meniup terompet anak-anakku juga Mbok Sumi dan Pak Khamdan. Mama, Papa juga eyang putriku dan Kakek sudah ada di ruang tamu.Bukan kue tart yang menyambut kami melainkan tumpeng kecil berisikan nasi kuning. Aku takjub sekali, meskipun bukan pesta yang meriah tapi bagiku ini adalah kado yang sangat berharga bagiku juga suamiku.“Happy wedding anniversary ya Mama, Papa.” Kata Arsen dan Ancel berbarengan. Suamiku yang paling tegar di luar tiba-tiba saja menengadahkan matanya ke langit-langit. Ternyata bertepatan dengan momen itu seseorang masuk ke ruang tamu.“Maaf sepertinya aku ganggu.” Kata Neil. Setelah menyapaku di jalan dan tidak di gubris oleh suam
“Mama sama papa ngapain di sini?”Sedang asyik berduaan begini kenapa anak-anakku bisa datang? Ini Pak Khamdan sama bodyguard papa juga ikut-ikutan datang.Wajah Mas Gavrielle langsung di tekuk. Kenapa aku merasa kalau suamiku tidak ingin di ganggu privasinya.Ancelia dan Arsen menenteng tasnya. Harusnya aku justru senang dengan kedatangan anak-anakku. Tapi kenapa kok aku juga terbawa suasana enggan diganggu siapapun termasuk anak-anakku sendiri.“Papa kok gitu sih, wajah Papa kok manyun. Nggak senang kita datengin?” Tanya Arsen. Ia membuka ranselnya lalu mengambil sebuah bungkusan.Arsen memberikan bungkusan itu pada Ancelia. Putriku lalu menyerahkan bingkisan itu pada Mas Gavrielle."Papa, kami nggak bermaksud mengganggu waktu Mama sama Papa. Tapi kata Kak Arsen ini hari ulang tahun pernikahan mama sama papa jadinya Kak Arsen tadi minta di anterin ke toko buat beli ini.” Kata putriku pan
Aku pernah berada pada titik terendah dalam hidup ini. Bahkan tidak hanya sekali aku berusaha untuk terus berjuang untuk hidup. Entahlah bagaimana dengan Meira kedepannya. Apapun yang ia lakukan padaku juga pada keluarga Besar Baskoro tidak serta merta di balas dengan keburukan.Papa mertuaku adalah pribadi yang baik, terlepas kadang beliau menggunakan kekuasaan juga uangnya untuk menyelesaikan banyak hal. Tapi kebaikan papa mertuaku juga keluarga besar Baskoro pada Meira dan keluarganya tidak bisa dinafikan begitu saja.Papa dan juga mama mertuaku bukan tipikal pendendam, tapi melihat mama jadi jutek seperti tadi aku jadi ikut terbawa arus. Apa ada yang mereka bicarakan tapi tidak ku ketahui. Mungkin Mas Gavrielle belum cerita saja.Mama meninggalkan kamarku. Papa sudah berangkat ke pengadilan, kakek ditemani eyang putri sudah berangkat untuk fisioterapi di rumah sakit yang di kepalai dokter Pambudi.Hari sudah siang. Bergegas aku mandi lalu pelan-pelan
Aku tak menyangka kalau di layar ponselku tertera nomor Meira. Sudah berapa lama kami tak saling berkabar. Jangan-jangan yang datang itu adalah Meira.Pantaslah kalau suamiku cemberut. Aku tahu apa yang sudah di lakukan Meira begitu membekas di hati suamiku. Pun Mas Gavrielle sudah berusaha memperbaiki dirinya selama ini.“Kamu sudah bisa nebak kan siapa yang datang?” Mas Gavrielle langsung mengambil kemeja dan berpakaian.“Aku ikut papa saja ke pengadilan, Ren.”Keputusan Mas Gavrielle dalam sekejap bisa berubah.“Nanti kita ngobrol lagi ya, Sayang. Maaf, aku bener-bener nggak bisa nemani kamu. Cepetan sembuh ya istri kesayanganku.”Klek.Pintu kamarku di buka dari luar. Tak menyangka sama sekali kalau Dito yang membuka pintu. Saat Mas Gavrielle mencium dahiku, Dito melebarkan bukaan daun pintu.“Renata.” Sapanya. ”Boleh masuk kan?”Kepalang tangg
Setelah aku selsai berwudlu, segera aku beranjak ke kamar. Suamiku sudah menunggu untuk shalat berjamaah. Ku ambil mukena yang sudah di siapkan suamiku.Baik aku dan suamiku, kami tidak berasal dari keluarga yang sangat religius. Namun, keluarga kami terutama mertuaku adalah keluarga modern yang sangat taat beragama.Setelah kami selesai berjamaah, kepalaku masih saja sedikit pusing. Jadi aku naik kembali ke ranjang. Suamiku memilih untuk duduk di sofa sembari mengambil ponselnya.“Hari ini biar papa saja yang berangkat ke pengadilan. Toh keberadaanku tidak di perlukan.” Kata suamiku sembari menscrol layar ponselnya.“Ngapain sih Mas ketawa begitu?” Suamiku tertawa sampai memegang perutnya. Bikin aku penasaran juga. Kalau suamiku cari hiburan di medsos wajar saja, tapi ia betah sekali natap layar sampai ketawa nggak berhenti.Pertanyaanku nggak kunjung di jawab suamiku. Karena aku juga ingin tahu, diam-diam aku berjalan mend
Lagi-lagi Paman Hiromi bercerita panjang lebar.“Selama ini memang papa saya, Kenzo Matsuyama sangat menyayangi Hirata. Ya karena hanya Hirata anak kandungnya bersama Kinarsih. Saya dan Hideaki juga tak di bedakan. Kelihatannya seperti itu. Tapi, Papa memang sangat menyayangi Hirata. Hirata memang anak yang baik dan berbakat.”Tante Haruka menutup wajahnya dan menangis.”Haruka hamil anak saya. Saya sangat mencintainya tapi ia keberatan untuk menikah dengan saya karena saya kalah dalam segala hal dari Hirata. Setelah Hirata menikah, barulah Haruka mengincar Hideaki. Hideaki juga mencintai Haruka sehingga ia mengadopsi Neil menjadi putra mereka.”“STOP HI-ROMI!” Kata Tante Haruka. Ia kepalang malu dengan apa yang di ceritakan oleh Paman Hiromi.Aku bersyukur kakek maupun eyang putri tak menghadiri sidang ini. Kalau mereka menyaksikan entah apa jadinya nanti. Paman Hiromi masih melanjutkan ceritanya.“La
Sepulangnya dokter Pambudi aku segera mandi. Mbok Sumi mengantarkan Bubur Kacang Hijau ke atas. Uap panas Bubur Kacang Hijau khas Mbok Sumi menggoda selera.“Saya letakkan di meja ya Mbak, Bubur Kacang Hijaunya. Tuan Gavrielle sedang di bawah bersama Den Kakung juga Eyang putri.”Bergegas aku keluar kamar mandi. Aku mendapati Mbok Sumi sedang duduk termenung di sofa.“Mbok.” Ku tepuk pundak Mbok Sumi dari belakang. Mbok Sumi sontak berjingkat pelan.“Den, saya bener-bener minta maaf. Saya nggak tahu menahu apapun masalah ini. Yang saya tahu dan suami saya ceritakan suami saya itu mantan karyawan pabrik yang di PHK karena pabriknya bangkrut.”Mbok Sumi memelukku.”Maafin Pak Khamdan ya.”Harusnya aku yang sangat berterima kasih pada pasangan Mbok Sumi dan Pak Khamdan. Pasangan ini adalah support system penting dalam hidup kami. Mata Mbok Sumi berkaca-kaca. Ia masih saja tak kuasa membendung tangisnya.“Simbok jangan pergi ya. Saya bahagia sekaligus sedih di pertemukan dengan sosok yang