Beranda / Pendekar / TAPAK MALAIKAT / Sepasang Macan Loreng

Share

Sepasang Macan Loreng

Penulis: Bima Kai
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-30 08:11:48

Birawa yang kaget karena tangan kuat yang menariknya itu, Birawa ingin berteriak kepada orang itu, namun sebelum dia sempat berkata orang yang menariknya langsung berbicara.

"Kau diam saja, kalau tidak mereka akan mampu mengejar dirimu," tegur suara pria yang menarik badan Birawa masuk ke ceruk itu.

Merasakan tidak ada bahaya yang di timbulkan oleh orang yang menariknya membuat Birawa diam saja mengikuti apa yang di katakan oleh orang itu. Birawa melihat orang yang menariknya merupakan seorang lelaki bertubuh kurus dengan tongkat dari tulang putih di tangannya.

Tak jauh dari laki-laki yang menariknya duduk sembarangan seorang wanita yang juga berpenampilan yang sama, di kuping wanita itu memakai semacam giwang dari tulang. Badan kedua orang itu berwarna putih seperti dicoret dengan suatu bahan sementara di bagian putih warna itu terdapat coretan-coretan berwarna hitam berpadu orange.

Setelah para pengejar menjauh dari sana, dengan cepat orang yang bar

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TAPAK MALAIKAT   Api Di bangsal Prajurit

    "Guru berdiam di Goa Srigala," jawab Birawa tanpa ragu dan curiga. "Kalau begitu kamu bersembunyilah di sini kami akan menuju Goa Srigala," jawab salah satu dari Sepasang Macan Loreng. "Baiklah, terima kasih atas bantuan kalian," ujar Birawa sambil menundukkan kepala menghormat kepada kedua orang itu. Sepeninggal Sepasang Macan Loreng, dengan cepat Birawa melepas pakaian yang dia kenakan untuk menyamar. Birawa kemudian membaringkan badannya pada salah satu tempat tidur yang dibuat dari kayu yang ada di pojokan tempat itu. Malam yang datang dengan cepat membuat suasana di tempat itu menjadi gelap, dengan cepat Birawa yang berpakaian serba hitam itu melesat pergi menuju alun-alun Kadipaten Derwana. Birawa melihat penjagaan di Kadipaten sudah di ketatkan sedemikian rupa, mungkin efek dari keributan yang dia buat di gerbang kadipaten. Dengan langkah ringan Birawa mengendap-endap menuju alun-alun kadipaten, Birawa sangat hapal daerah ini karena dul

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • TAPAK MALAIKAT   Geger Kadipaten Derwana

    Tangan kanan Birawa langsung di hantamkan ke arah Kuntilanak Hantu, serangkum angin yang keluar dari tangan Birawa membuat wanita itu menjadi kelabakan. Sementara itu tusukan keris dari Pendekar Keris Gila dengan cepat dia hindari dengan cara berguling di tanah. Ketika berguling kaki kanan Birawa masih sempat mengirimkan satu tendangan ke arah dada lawan. Bukkk! Tendangan yang di lakukan Birawa dengan cepat membuat Pendekar Keris Gila terjajar dua langkah kebelakang dengan muka merah padam saking malunya. Sementara itu menghadapi serangan berupa pukulan Hantu Dari Utara dengan sengaja Birawa menyorongkan tubuhnya ke arah lawan, setengah jalan dia mengelitkan tubuhnya ke samping kiri dengan tangan kanannya di hantamkanke arah kepala lawan. "Ouchhhh!" Jeritan kaget lawan menggema di sana tidak menyangka mendapat serangan seperti itu, Hantu Dari Utara dengan cepat menarik pukulannya dan langsung membuang dirinya kebelakang. Birawa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-31
  • TAPAK MALAIKAT   Penjarah Bawah Tanah

    Ledakan keras mengguncang tempat itu, Datuk Tongkat Ular jatuh berlutut merasakan dadanya berdenyut karena benturan tenaga dalam. Sementara Kuntilanak Hantu badannya tempat terseret berapa langkah jatuh berguling, berhenti dengan tubuh telentang di tanah dari sela bibirnya mengalir darah segar. Pendekar Keris Gila tak kalah menyedihkan badannya nyangsang di atas sebuah semak di sana dengan sebelah tubuh gosong karena terserempet pukulan yang di lepaskan Birawa. Pendekar Pedang Setan tak kalah menyedihkan bagian bawah bajunya terbakar di lalap api, walaupun merasakan sakit di bagian dadanya dia berusaha memadamkan api yang membakar bawah tubuhnya yang membuat dia nyaris telanjang. Hantu dari Utara yang tadi lebih dekat sumber ledakan tak kalah menyedihkan kedua tangannya gosong tak bisa di gerakkan. "Cari orang itu!" perintah Datuk Tongkat Ular menggembor marah sambil menahan sakit. Sementara Birawa sendiri yang tadi menahan pukulan kelima orang itu tu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • TAPAK MALAIKAT   Melawan Pendekar Keris Hantu

    Setelah menjelaskan apa yang harus di lakukan dengan cepat Birawa langsung membuka semua kamar penjarah tempat orang itu ditahan. Kemudian Birawa sendiri membuka pintu keluar penjarah bawah tanah itu, di luar Birawa melihat berapa prajurit nampak sibuk melakukan sesuatu. Birawa sengaja berdiri di sana untuk mancing para prajurit yang berjaga. "Hei....!" Teriak Birawa yang membuat beberapa penjaga langsung berlarian mengepung dirinya dengan senjata terhunus. Melihat penjaga mengepung dirinya dengan cepat Birawa langsung menyingkir dari pintu masuk penjarah bawah tanah, dia sengaja memancing penjaga ke sebuah sudut agar membelakangi pintu tersebut. Sekitar sepuluh prajurit dengan cepat langsung mengepung Birawa dan menyerang menggunakan senjata terhunus dari tangan masing-masing. Birawa bergerak cepat meladeni serangan sepuluh orang prajurit yang mengepung dirinya itu, badan Birawa hanya terlihat bayang-bayang saja. "Aaaaa.... Aaaaa...."

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • TAPAK MALAIKAT   Keluar Dari Derwana

    Lawan meraung kesakitan tangannya gemetar karena sambungan sikunya yang memegang keris terkulai akibat sambungan iku itu terlepas terkena hantaman tangan Birawa. Setelah meraung-raung lawan mundur berapa langkah, tangan kiri lawan langsung memungut keris yang jatuh tergeletak di tanah. "Kurang ajar, kamu harus mampus hari ini!" bentak lawan sambil menahan sakit pada tangan kanannya. Keris yang baru lawan pungut di pindahkan ke tangan kirinya, kemudian dia meluruk deras menyorongkan keris menuju dada Birawa. Birawa demi melihat lawan yang meluruk menyerangnya langsung memasang kuda-kuda menyambut serangan. Begitu tubuh lawan meluruk deras menyerang Birawa dengan cepat Birawa melentingkan tubuhnya ke atas, kemudian kaki kanannya bergerak menendang dagu lawan, namun lawan nampaknya masih bisa berkelit ke samping menghindari tendangan Birawa. Tak mau memberi kesempatan lawan, Birawa langsung bersalto dua kali kemudian hanya mengandalkan ujung kakinya dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • TAPAK MALAIKAT   Utusan Dari Jawadwipa

    Birawa nampak istirahat bersama Suprana di dangau yang ada di dalam hutan, mereka melepaskan lelah setelah berlari sampai hampir pagi. Terlihat Birawa sudah melepas topengnya dia bersama Suprana nampak lahap memakan singkong bakar. "Aku sungguh tidak menyangka kamu masih hidup, tadinya aku sudah putus asa di dalam penjarah yang sangat menyiksa itu, namun melihat kamu semalam aku merasa punya harapan baru," ujar Suprana yang tak dapat menyembunyikan rasa girangnya. "Paman hari sudah hampir siang kita harus melanjutkan perjalanan kita, supaya kita tidak kemalaman di jalan," ujar Birawa kepada Suprana. "Kemana kita akan pergi?" tanya Suprana bingung. "Kita akan menuju ke tempat Ayahanda berada, aku yakin di sana memerlukan jasa Paman Suprana," jawab Birawa. "Apa benar Yang Mulia masih hidup?" tanya Suprana lagi. "Iya." Bima menjawab singkat matanya menoleh ke kiri dan ke kanan. "Ada apa?" tanya Suprana bingung. "Aku merasa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-03
  • TAPAK MALAIKAT   Memasuki Kertajaya

    Birawa yang kaget karena tepukan di bahunya dengan spontan menoleh, dia melihat di samping kirinya Suprana berdiri menatap ke arah Ratu Andini pergi. "Siapa wanita itu?" tanya Suprana penasaran. "Aku juga tidak tahu Paman, dia hanya bilang datang dari seberang yakni tanah Jawadwipa, membawa pesan gurunya Eyang Dewandana yang bermukim di puncak Gunung Halimun, gurunya mengundangku ke tanah Jawadwipa karena ada sebuah masalah besar yang akan terjadi di sana," jelas Birawa kepada Suprana. "Ada masalah apa yang akan terjadi di sana?" tanya Suprana lagi. "Entahlah Paman, yang pasti kita di sini mempunyai masalah yang lebih besar untuk si selesaikan, mari kita lanjutkan perjalanan kita paman. Birawa berkata kepada Suprana. Tanpa menunggu jawaban dadi laki-laki yang dia panggil paman, Birawa segera berjalan mendahului, dengan cara menyusuri jalan setapak yang biasa dilalui oleh pedagang itu. Melihat Birawa sudah berjalan membuat Suprana berlari mengi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • TAPAK MALAIKAT   Siasat Birawa

    "Ayahanda, menurut pendapatku kita memang tidak bisa gegabah melakukan tindakan, namun untuk menyelidiki kekuatan mereka kita bisa melepaskan banyak mata-mata ke seluruh Kerajaan Bandar Agung," jelas Birawa dwngan takzim. "Baiklah usulmu sangat bagus, namun kita perlu mendidik banyak mata-mata untuk di lepas di sana," jawab Raja Abimanyu. "Yang Mulia Raja, kalau di izinkan biarlah hamba melakukan Darma Bakti hamba, untuk pertama kalinya setelahn keluar daei kungkungan yang menyiksa hamba selama ini." Kali ini Suprana yang berkata dengan takzim. "Baiklah, Dimas aku perkenankan untuk melakukan tugas ini, silakan pilih orang-orang kita yang akan melaksanakan tugas ini," jawab Raja Abimanyu sembari matanya menatap tajam ke arah Suprana. "Baiklah Ayahanda, dan Mamanda sekalian kalau sudah bulat aku mohon izin untuk beristirahat karena badanku rasanya sangat lelah," ujar Birawa melihat usulannya diterima. "Baiklah Ananda, tentu saja badan nanda perl

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05

Bab terbaru

  • TAPAK MALAIKAT   Begundal Hutan Adri

    Birawa berlari kecil memasuki sebuah hutan yang terkenal angker yang bernama Hutan AdriKetika memasuki hutan ini dia sudah merasakan ada beberapa pasang mata yang mengikutinya.Berapa kali dia mencari orang yang mengintainya, tapi dia tidak dapat mengetahui keberadaan orang yang mengintainya.Kalau tadi Birawa berlari kecil, sekarang dia berjalan santai dengan sengaja untuk memancing orang yang mengintainya itu keluar."Berhenti!" bentakan menggelegar memenuhi Hutan Adri mengagetkan Birawa.Setelah mengatasi kekagetannya Birawa menatap ke depan yang mana terdapat bukit kecil di sana.Di hadapannya berdiri berkacak pinggang seorang lelaki tinggi besar dengan tangan dan leher di penuhi dengan akar bahar sebagai hiasan.Birawa menatap tajam orang di hadapannya, belum sempat dia memberikan pertanyaan sebut suitan keras keluar dari mulut orang itu.

  • TAPAK MALAIKAT   Negeri Bantani

    Krakkk!ByurrrTerdengar bagian tubuh lawan patah ketika tendangan kaki Birawa mengenai bagian selangkangan leleki itu, suara tulang patah itu juga di ikuti dengan jatuhnya tubuh ke dalam laut.Tubuh lawan yang hilang keseimbangan begitu terkena tendangan keras dari Birawa langsung terbanting dan melayang ke arah laut, tubuh itu kemudian tenggelang di dalam air laut dan hilang begitu saja.Beberapa anak buah bajak laut yang tersisa ketika melihat pimpinan mereka dikalahkan dengan cepat membuang senjatanya masing-masing sebelum kemudian mereka berdua berlutut tanda menyerah.Birawa melihat apa yang dilakukan oleh sisa bajak laut itu dengan langkah tenang mendatangi mereka, sewaktu birawa mendatangi mereka, muka para bajak laut menjadi pucat."Tuan, ampuni nyawa kami, kami menyerah," ucap salah satu ornag dari mereka dengan suara memelas."Kali ini aku mengampuni kalian semua, sekarang juga kalian angkat kaki dari sini. Namun ingat sete

  • TAPAK MALAIKAT   Ledakan Di Atas Kapal

    Semua orang yang ada di atas kapal berseru ngeri mendengar suara leguhan seperti itu, hampir semua orang menyangka kalau Birawa sudah terkapar di geladak kapal dengan nyawa yang minggat dari badannya.Namun perkiraan semua orang menjadi kecele, karena Birawa walau termundur berapa langkah nampaknya tidak mengalami luka sama sekali.Sebalik Suryo Menggolo juga termudur berapa langkah, kening lelaki itu nampak mengernyit menahan ngilu pada tangannya.Pada saat serangan dahsyat dilayangkan oleh Suryo Menggolo, Birawa yang menyadari kalau serangan lelaki itu tak main-main dengan cepat langsung memainkan Jurus Langkah Malaikat.Dengan mengandalkan kecepatan jurus itu, Birawa memitingkan badannya sedikit kesamping, tangannya dengan cepat menyusup untuk memukul sambungan siku lawan.Benturan dua kekuatan membuat keduanya sama-sama termundur ke belakang sejauh dua tindak."Haram Jadah!" umpat Suro Menggolo sambil menggerakkan tangannya yang te

  • TAPAK MALAIKAT   Peratarungan Atas Laut

    Birawa yang merasa tidak punya pilihan lain, selain membantu mempertahankan kapal yang dia tumpangi.Dengan gerakan ringan segera melesatkan badannya, untuk menyongsong anak buah dari bajak laut.Sekali melompat Birawa melewati berapa orang anak buah Juragan Jatmika, pedang di tangannya benar-benar menjadi pedang maut.Kemana pedang dia ayunkan selalu memakan tumbal dari bajak laut, melihat Birawa sudah lebih dahulu mengamuk, hal ini menambah semangat dari anak buah Juragan Jatmika."Serang...!" teriak menggelegar dari orang yang tadi memberikan pedang pada Birawa, mengobarkan semangat anak buahnya.Orang itu tiada henti berdecak kagum pada Birawa, walaupun awalnya semangatnya sempat kendor. Namun melihat apa yang Birawa tunjukkan membuatnya menjadi punya harapan lagi.Bukan tanpa alasan anak buah Juragan Jatmika turun semangatnya melihat Bajak Laut Suryo Menggolo, karena reputasi para bajak laut itu tidak diragukan, sudah banyak selama ini

  • TAPAK MALAIKAT   Gerimis Selat Sunda

    Matahari baru saja menampakkan sinarnya dari peraduan, di tengah cahaya mentari pagi itu terlihat satu sosok berlari cepat menuju ke tempat kapal-kapal yang biasa berlabuh di Selat Sunda.Sosok itu tak lain merupakan Birawa, setelah berpamitan dengan Ayahnya dan rakyat kerajaan, dengan cepat Birawa langsung melanjutkan perjalananya menuju Selat Sunda, untuk mencari tumpangan penyebrangan menuju Jawadwipa."Paman, apakah ada kapal yang bisa di tumpangi untuk menyeberang?" tanya Birawa kepada seorang di sampingnya, ketika dia sedang duduk disalah satu warung makan, menunggu kapal yang akan menyeberang."Ada Kisanak, tapi mungkin agak siang, hari ini biasanya Juragan Jatmika akan membawa barang dagangannya ke negeri seberang," jawab lelaki pemilik warung yang berumur sekitar empat puluh tahun itu dengan ramah."Apakah Paman, bisa mencarikanku tumpangan?" tanya Birawa sambil meletakkan berapa keping koin di hadapan lelaki itu."Sepertinya kamu bukan be

  • TAPAK MALAIKAT   Mentari Baru

    agi hati ketika matahari menyinari mayapada rakyat berbondong-bondong mendatangi istanah, mereka bergerombol menyambut kedatangan Raja Ambimayu yang merupakan raja yang mereka cintai namun harus menyingkir karena penghianatan Arya.Rakyat bersorak-sorai menyambut raja yang sudah hampir sepuh tersebut bersama keluarganya yang setelag sekian lama meninggalkan istanah akhirnya kembali.Matahari baru telah terbit di atas Istanah Kerajaan Bandar Agung, harapan rakyat terpancar melalui sinarnya yang terang."Selamat datang kembali di istanah, Yang Mulia." Suprana bersama Jayanegara menunduk takzim menunggu Raja Abimanyu di tangga istanah."Terima kasih, kita tidak bisa terlalu lama berdiam diri sebab rakyat di luar menunggu dengan harapan besar pada kita, kita harus mulai melakukan pembenahan," jawab Raja Abimanyi kepada dua orang abdi setianya.Mereka mengikuti langkah Eaja Abimanyu memasuki istanah yang selama ini telah dia tinggalkan.Sementara

  • TAPAK MALAIKAT   Raja Arya Tumbang

    Arya meloncat mundur sejauh dua tindak, dia tidak menyangka sama sekali ketika menjatuhkan dirinya ke tanah tangan Birawa yang sudah di lumuri ajian Tapak Malaikat langsung memukul pedangnya membuat pedang Arya patah di tiga bagian. Tak hanya itu kalau tadi Arya tidak segera meloncat mundur bukan hanya pedangnya yang patah namun dadanya juga akan menjadi makanan tangan Birawa. Tubuh Arya tersandar di kandang kuda dengan muka pucat, sementara Birawa setelah memukul patah pedang di tangan lawan langsung meloncat bangkit. Birawa menatap tajam kearah Arya dengan mulut menyeringai senyuman mengejek, langsung mengangkat tangan menunjuk tepat ke arah hidung Arya. "Hari ini aku akan pastikan nyawa busuk di tubuhmu akan minggat!" hardik Birawa dengan galak. "Jangan bermimpi kau bisa membunuhku Birawa, tadi hanya kebetulan saja, kau tidak akan mampu membunuhku," dengus Arya dengan sombong sambil berusaha bangkit. Begitu bangkit dengan cepat Arya

  • TAPAK MALAIKAT   Melawan Raja Arya

    Beberapa pasukan penjaga Kerajaan Bandar Agung yang tidak menyangka akan mendapat penyergapan menjadi kalang kabut, suasana istana yang longkar dari penjagaan membuat pasukan yang di pimpin oleh Birawa bersama Jayanegara dan Suprana dalam waktu cepat dapat menguasai istana. "Paman Jayanegara dan Suprana, sebaiknya kita berpencar karena Raja Arya belum dapat kita temukan, tapi aku yakin dia belum pergi jauh dari istana!" Birawa berkata setengah berteriak kepada Jayanegara dan Suprana. "Baik Raden!" teriak Jayanegara dan Suprana berbarengan sembari meloncat dari sana. Setelah perginya Jayanegara dan Suprana dengan cepat Birawa berlari kebelakang istana, di pojokan belakang ke arah istal kuda Birawa melihat Arya berusaha meloloskan salah satu kuda di dalam kandangnya. "Arya, sekarang kamu lebih baik menyerah biar aku bisa membunuhmu tanpa rasa sakit!" bentak Birawa kepada Arya dengan suara menggelegar. Raja Arya yang panik dan kaget merasa tidak

  • TAPAK MALAIKAT   Api Kehancuran Di Langit Bandar Agung

    Mendengar suara di luar bangunan itu dengan cepat dan lincah Suprana bersama Jayanegara segera melesat keluar menuju sumber suara. Ketika masuk ke dalam mereka mengapit satu orang yang tadi menginjak ranting yang mereka dengar. "Siapa dia Paman?" tanya Birawa melihat orang yang baru datang. "Dia mata-mata kita yang datang melaporkan apa yang dia lihat," jawab Jayanegara dengan cepat. "Baiklah apa yang kamu lihat daei tugasmu prajurit?" tanya Raja Abimayu mendahului. "Raja Arya melepas banyak mata-mata menuju pelosik negeri, bersama dengan beberapa prajurit juga disebar untuk berjaga-jaga," lapor orang itu dengan khidmat. "Baiklah, sekarang kamu istirahan karena tubuhmu pasti lelah setelah melakukan perjalanan, besok kamu bergabung dengan salah satu kelompok kita mengingat kamu pasti menguasai medan yang akan di hadapi," jawab Birawa sambil tersenyum ke arah Prajurit itu. "Terimakasih Pangeran, satu hal lagi setiap prajurit yang

DMCA.com Protection Status