Bab 169Pov Author Nesya menikmati sekali malam panjang itu bersama dengan Dwi. Dia menganggap ini sebagai sebuah pelampiasan setelah kematian Pak Hasan. Seperti orang yang kehausan, Dwi menghilangkan dahaga itu dan memberinya banyak semangat hidup.'Aku harus move on dari Mas Hasan. Meski memang aku sangat mencintai dia, tetapi dia kan sudah mati. Apa lagi yang harus aku harapkan?' gumam Nesya dalam hati saat masih dalam perjalanan menuju ke Malang.Dwi yang pintar sekali merayu, karena memang sudah berpengalaman. Pun akhir ya dapat dengan mudah mengambil hati Nesya.Sebenarnya tanpa Rini tahu, Nesya pun telah berusaha untuk melupakan Pak Hasan selama ini, karena sebuah kenyataan yang menyakitkan itu. Tetapi semakin gadis manis itu melupakan, maka semakin dia merasakan sakit.Awalnya Ketika dia terus saja mengamuk di rumah sakit, saat itu lah dia terus berusaha melupakan rasa cinta pada Pak Hasan. Nyatanya hal itu hanya membuat dia makin stress saja. Melihat Bu Rini yang saat itu p
Bab 170Pov Author Ketika mengetahui dari kamera pengintai jika Bu Rini melakukan bunuh diri, maka secepatnya Fika dan Bu Dewi pun bertindak dan menuju ke rumah itu. Tak lupa mereka pun mampir di kantor polisi untuk melaporkan hal itu, tentunya dengan membawa bukti video dari hasil intaian kamera tersembunyi tersebut."Astaghfirullah aladzim! Sungguh Mama tak pernah menyangka jika Bu Rini akan melakukan hal senekat ini!" Bu Dewi berucap dengan gemetar saat berada di dalam mobil.Sedikit pun dia tak pernah berpikir jika Bu Rini akan melakukan hal ini. Karena menurutnya Bu Rini adalah seorang wanita yang kuat. Buktinya dia bisa melewati masa sulit ketika hamil dan malah ditinggal pergi oleh Pak Hasan."Fika pun gak menyangka sama sekali Ma. Ya Allah semoga dosanya diampuni." Fika pun merasakan hal yang sama dengan sang ibu. Melihat sebuah kejadian penuh darah berlangsung di depan mata, tak semua orang bisa tahan melihat hal ini. Seperti yang saat ini terjadi pada Fika, bayangan ketika
Bab 171Pov Author Rumah baru milik Bu Dewi itu pun akhirnya harus diberi pita kuning alias garis polisi, karena memang sekarang telah berubah fungsi menjadi Tempat Kejadian Perkara.Tak ada Yang boleh melewati garis itu karena sebelum kasus ini selesai. Meski sudah ada bukti nyata yang menunjukan jika Bu Rini bunuh diri, tetapi saja harus dilakukan autopsi."Nesya memang keterlaluan! Kemarin Fika masih sedikit merasa kasihan sama dia Ma. Karena dia telah mengalami hal sedemikian rupa, apa lagi setelah kehilangan anaknya. Tetapi sekarang, rasanya Fika makin geram saja sama dia!" sungut Fika di depan rumah.Saat ini dia beserta dengan Bu Dewi dan beberapa warga memang masih belum beranjak dari depan rumah itu. Mereka masih berbincang tentang kejadian yang tak terduga ini."Mama pun sungguh sangat kecewa pada Nesya. Nyatanya dia memang tak bisa sekali pun dipercaya saat ini." Bu Dewi pun menimpali ucapkan putrinya.Tak hanya Bu Dewi dan Fika saja yang merasa geram pada gadis manis itu,
Bab 172Pov Author "Mungkin saja saat ponselnya masih kehabisan baterai dan di cek. Lagian dia kan masih dalam perjalanan," ucap Nesya menghibur dirinya sendiri.Gadis itu pun kemudian duduk di depan sebuah rumah yang letaknya hanya sekitar empat rumah saja dari tempatnya tinggal."Aku kirim pesan dulu deh sana Dwi, biar nanti dibuka kalau dia sudah sampai," ucap Nesya yang langsung mengetikkan pesan melalui aplikasi hijau.Dalam benaknya sebenarnya saat ini dia masih malas saja untuk pulang ke rumah. Karena dia malas bertemu dengan ibunya. Jika boleh memilih tentu dia akan memilih untuk tak pulang dulu dan tetap bersama dengan Dwi.Hanya saja kemarin memang pria itu berkata jika sedang ada pekerjaan, sehingga hari ini Nesya diantarkan pulang dulu."Ah, aku kirim lewat masaanger juga deh!" Sebuah ide terlintas juga di benak Nesya, karena memang tempat pertama kali mereka berinteraksi kan dari facebook."Wah, mengapa foto profil facebook Dwi jadi hilang?!" Seru Nesya seketika.Sebagai
Bab 173Pov Author Entah suara siapa yang seakan memberikan komando itu, alhasil mereka pun mulai menghajar Nesya."Aduh! Apa-apaan ini!?" teriak Nesya yang kesakitan. Dan, dia berusaha untuk menangkis dengan tangannya.Tak ada Yang menjawab, tetapi para ibu-ibu terus saja memukul dan mencubit tubuh Nesya disertai dengan umpatan-umpatan khas netizen plus 62."Dasar anak durhaka!""Tega kamu memperlakukan ibu kamu seperti itu!""Nggak bakal masuk surga kamu!""Hajar saja anak tak tahu diri ini!" Suara-suara itu membuat kepala Nesya semakin pening saja, karena dia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Pun, dia tak tahu telah berbuat kesalahan seperti apa hingga semua orang menghajarnya seperti ini."Ibu!" teriak Nesya dengan keras, karena dia sangat yakin jika hanya sang ibu saja yang mau menolongnya di saat seperti ini.Mendengar teriakan dari Nesya itu, justru malah membuat para ibu-ibu itu menjadi semakin kesal saja. Mereka terus memberikan pelajaran dari tangan dan juga mulut.Hi
Bab 174Pov AuthorNesya saat itu juga pingsan dan tak sadarkan diri. Warga yang takut karena rumah itu sudah dipasangi harus polisi, pun langsung membawa gadis manis itu menuju ke rumah Pak Rt. Meski masih sebal, Bu Dewi dan Fika pun ikut menuju ke rumah Pak Rt. Warga sebagian yang masih penasaran pun mengikuti ke rumah Pak Rt.Beberapa menit kemudian setelah diberi minyak kayu putih, Nesya pun kembali siuman."Aku ada dimana? Dimana ibuku?" ucapnya seketika saat sudah membuka mata sambil berusaha bangun. Saat ini dia berada di ruang tamu Pak Rt.Beberapa warga yang masih ada langsung bersorak mendengar ucapan Neysa itu. Mungkin mereka kesal karena Nesya sejak tadi terus mencari ibunya, padahal semasa hidup Bu Rini dia terus menyakiti."Aku akan pergi dari sini dan mencari ibu! Kalian ini memang orang yang tak berperasaan!" sungut Nesya sambil akan beranjak pergi dari tempat itu. Namun Fika danBu Rt pun mencegahnya."Kamu itu mau kemana sih? Sudah di sini saja dulu! Bukankah kamu ta
Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba
Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un