Yusuf duduk termenung di teras rumah, memikirkan nasib hubungannya dengan Bella yang mendapat tentangan dari Meta. Walaupun ayah Bella terlihat setuju dan Bella memaksa ibunya, namun Yusuf tak mau jika niat baiknya justru merusak keharmonisan keluarga Bella."Masih mikirin Bella?" Mansur yang baru selesai mandi ikut duduk bersama anaknya di teras."Enggak dipikirin juga kepikiran, Pak," sahut Yusuf menarik napas berat."Kamu masih mau sama dia?" tanya Mansur ingin tahu."Menurut Bapak?" Yusuf balik bertanya menanyakan pendapat Mansur akan hubungannya dengan Bella."Bapak itu terserah kamu, Suf. Kamu yang menjalani. Tapi kalo Bella juga masih bertahan mau sama kamu, ya sudah, maju aja. Yang namanya orang tua pasti lama-lama luluh juga kalo liat anaknya bahagia dengan pilihannya sendiri," papar Mansur panjang lebar.Yusuf mengangguk membenarkan ucapan bapaknya. Tak lama, ponsel yang tergeletak di atas meja berdering, ada sebuah pesan masuk. Yusuf membuka pesan tersebut.[ Mas, aku tungg
Bella pulang ke rumah dengan membawa sejuta amarah di dada setelah mendapati kenyataan jika dirinya dijadikan jaminan hutang oleh ibu kandungnya sendiri. Apalagi saat melihat nominal jumlah hutang Meta pada Samuel, ia benar-benar tak percaya.Beruntung Samuel masih bisa diajak negosiasi oleh Yusuf sehingga untuk saat ini Bella masihlah aman. Tapi entah untuk ke depannya bagaimana, ia pun tak tahu. Oleh karena itu, Bella berniat mengadukan ini pada ayahnya untuk mencarikan solusi."Gila aja itu hutang Mama bisa sampe lima ratus juta. Dipake buat apaan coba? Mana tega banget jadiin gue jaminannya, kayak bukan anak kandungnya aja. Bener-bener gak habis pikir gue,""Pantes aja dia ngotot gue harus kawin sama pengusaha atau anak-anak orang kaya gitu. Kayaknya buat nutupin hutang dia yang udah segunung Uhud."Sepanjang perjalanan dia terus saja bermonolog hingga akhirnya kendaraan yang ia bawa memasuki halaman rumah.Sementara Yusuf, setelah memastikan Bella pulang dengan aman sampai rumah,
Senyum Daffa terus tercipta sepanjang perjalanan menuju sebuah tempat yang Kayla janjikan padanya saat berkunjung ke Jawa. Akhirnya anak kecil itu mau juga ikut bersama Kayla dengan syarat kedua orang yang sudah merawatnya juga ikut.Ya, Bayu juga Yulia pun ikut ke Jakarta sebab Daffa terus merengek agar keduanya ikut.Awalnya kedua orang tua asuh Daffa itu tak mau ikut terutama Bayu karena ia malas sekali harus melihat kebersamaan Kayla dengan Ashraf setiap hari selama mereka di Jakarta. Bisa mati dibakar api cemburu dia.Tetapi karena Daffa terus tantrum saat Kayla bersiap pulang ke Jakarta, dengan sangat terpaksa keduanya mengikuti keinginan bocah yang sudah dianggap seperti anak sendiri.Kini, keempat orang dewasa beserta satu anak kecil sudah sampai di tempat yang dituju. Sebuah arena bermain yang sangat diidam-idamkan Daffa sedari dulu. Saat itu Kayla belum sanggup mengajak Daffa sebab otaknya terlalu banyak memikirkan masalah."Yeay! Daffa mau main salju!" teriak anak itu kegir
Rumah Ashraf hari ini terlihat ramai dari biasanya. Itu dikarenakan pemilik rumah baru saja menggelar acara selamatan empat bulan kehamilan Kayla.Rombongan pengajian juga anak-anak yatim-piatu dari panti asuhan terdekat sudah pulang. Menyisakan keluarga terdekat yang masih asyik bercengkerama karena jarang sekali bertemu jika tak ada acara-acara khusus seperti itu.Terlihat dua wanita paruh baya sedang duduk santai di gazebo sembari menikmati angin yang berhembus sedikit kencang."Jeng Anna, udah mau punya cucu lagi aja. Pasti seneng dong, ya?" tanya wanita disebelah Anna.Anna memutar bola mata malas kemudian berdecak."Kalo cucunya dari menantu kaya pasti seneng dong. Tapi ini? Cuma bikin jelek keturunan saya aja, Jeng Meta," gerutu Anna."Tapi 'kan Kayla cantik, loh.""Cantik juga kalo miskin percuma. Apalagi ini bekas pembantu saya sendiri. Gak ada yang bisa dibanggakan! Mau ditaruh di mana muka saya kalo ketemu teman-teman yang lain?""Saya juga gitu, Jeng Anna. Bella susah bang
"Daffa, kamu ngapain di sini?"Bayu yang baru kembali bersama Yulia terkejut mendapati Daffa berjongkok di depan gerbang sembari menangis. Sementara Ashraf juga Kayla berdiri dari kejauhan."Ayah!"Mendengar ada suara Bayu, sontak Daffa berdiri dan berhambur memeluk Bayu kemudian menangis lagi."Kamu kenapa jongkok di sini? Bukannya tadi mau main mainan?" tanya Bayu mengelus rambut Daffa."Ayah sama Mama dari mana? Kenapa gak ajak Daffa?" tanya bocah kecil itu merajuk."Ayah habis ke rumah temen dulu sebentar."Sementara Bayu masih tertahan oleh Daffa, Yulia berjalan menghampiri Kayla dan Ashraf."Daffa kenapa, Kay? Perasaan tadi pas ditinggal enggak kenapa-napa," tanya Yulia heran."Cuma ngambek aja, gak mau main sama Mas Ashraf," jawab Kayla cepat."Ya dibujuk dong, Kay. Masa kamu sebagai ibunya gak tau cara ngatasin anak ngambek. Malah dibiarin gitu aja di luar," sahut Yulia seolah menyindir Kayla."Gak sedikit usahaku bikin Daffa supaya balik lagi jadi anak yang mau ngedengerin ak
Keesokan paginya Daffa benar-benar meminta pergi dari rumah Ashraf secepatnya. Walaupun Kayla dan Ashraf sudah berusaha menahannya dengan segala bujuk rayu, tetapi anak kandung Kayla itu tetap bersikeras dengan kemauannya.Namun Kayla tak patah semangat. Ia masih ingin menahan kepergian Daffa di detik-detik terakhir mereka akan berpisah. Ia merasa berhak mempertahankan anaknya dari keinginan Yulia dan Bayu yang ingin menguasai Daffa sepenuhnya. Semakin ke sini kecurigaan Kayla semakin jelas.Semalam saja, saat dia mengutarakan keinginannya untuk tidur bersama Daffa, dengan tegas Yulia melarang. Sepupunya itu beralasan nanti jadi kebiasaan, soalnya Daffa sudah dibiasakan tidur sendiri. Namun kenyataannya, dia sendiri yang tidur bersama Daffa juga Bayu di kamar yang sama."Daffa, kalo Daffa tinggal di sini, nanti sekolahnya juga pindah ke sini. Sekolahnya bagus, deh. Ada kolam renangnya, lapangan bola, tempat bermainnya juga ada," tutur Kayla masih berusaha membujuk anak kecil itu.Daff
Kayla menahan tangan Zakir yang sudah bersiap menampar Anna. Ia menggelengkan kepala sambil menatap Zakir penuh permohonan. Di belakangnya, Ashraf juga ikut menggeleng.Papa mertua Kayla itu pun menurunkan tangannya dengan napas yang masih memburu karena amarah belum terlepaskan.Anna tak suka melihat itu. Ia semakin berpikir jika Kayla memang sengaja menggoda suaminya."Di depan mataku saja kau sudah berani menggoda suamiku. Dasar perempuan sundal!"Anna berdiri dengan cepat mendorong tubuh Kayla hingga mundur ke belakang dan hampir terjengkang. Untung Ashraf yang memang sedari tadi berada di belakang Kayla dengan sigap menangkap istrinya supaya tidak jatuh."Aduh ...!" Kayla memegangi perutnya yang terasa mengeras."Kamu kenapa, Sayang? Ada yang sakit?" Ashraf bertanya dengan panik saat mendengar istrinya mengaduh."Perutku ...." Kayla meringis dan masih memegangi perutnya yang kian mengencang."Kamu duduk dulu, ya."Ashraf membawa Kayla kembali duduk di sofa. Dielusnya perut Kayla
Matahari pagi menyelusup dari balik tirai yang baru terbuka sebagian. Seorang pria terlihat baru keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalutkan handuk di pinggang. Rambut yang setengah basah masih meneteskan bulir-bulir air membasahi tengkuknya.Tak berselang lama, seorang wanita cantik dan berhijab masuk ke kamar lalu menyiapkan tas juga sepatu yang akan dipakai."Dari mana, Sayang?" tanya Ashraf memeluk kayla dari belakang kemudian menciumi puncak kepalanya."Dari dapur." Singkat Kayla."Kamu masak?""Enggak, cuma bikin susu aja buat sarapan," jelas Kayla.Setelah perdebatan singkat mereka dengan Anna beberapa hari kemarin hingga berujung sebuah usulan dari Kayla untuk berpisah demi menghentikan omelan juga tuduhan mama mertua yang sangat pedas, kini rumah Ashraf terasa asing bagi para penghuninya.Kayla jadi lebih banyak mengurung diri di kamar setelah Ashraf pergi ke kantor. Anna sibuk dengan aktifitas sosialitanya bersama Meta di luar rumah. Sementara Zakir, sesekali ia ikut de
Daffa menjalani hari-harinya di kota Bandung ditemani Yulia dengan tenang. Sesekali ia video call dengan Aska yang super bawel kalau abangnya tak ada kabar.Putra sulung Kayla pun kini sudah tahu kalau hubungan ayah kandung dan ibu sambungnya mengalami kemajuan yang lebih baik. Sebagai anak sudah dewasa, Daffa tak akan menghalangi mereka selagi keduanya menemukan kecocokan satu sama lain.Hingga di malam itu. Daffa tengah membaca buku dikejutkan dengan kedatangan Azzam ayahandanya.Sementara Yulia belum pulang dari acara pengajian tak jauh dari kompleks itu."Ayah, kok malam-malam ke sini, ada apa? Gimana kabar nenek?" Heran Daffa dengan dahi sudah melipat."Hmm ... kabar nenek baik, Nak. Ayah ke sini mau ada perlu sama mama Yul, boleh?" tanya Azzam ragu-ragu. Ia merasa tak enak hati sekaligus malu pada anak bujangnya."Ciyee ... yang lagi kangen sama calon istri," celetuk Daffa menggoda ayahnya.Sadar mendapat candaan dari putranya, Azzam menggaruk tengkuk yang tak gatal. Wajah Azza
Sebulan kemudian setelah Kayla benar - benar pulih dari rasa traumanya.Proses persidangan Bayu telah dilakukan. Dia juga telah dijatuhi hukuman penjara selama sepuluh tahun. Yulia pada akhirnya benar-benar menggugat cerai suaminya itu dan sudah siap menjalani hidup sendirian mengingat usia tak muda lagi jikapun memutuskan menikah ke dua kali.Sementara Azzam telah kembali ke Bandung dan siap menyambut Daffa untuk menuntut ilmu di kota kelahiran ayah kandungnya.Malam itu, Kayla baru saja membereskan semua pakaian Daffa yang akan di bawa ke Bandung."Abang, Bunda pesan, jaga diri baik-baik. Jangan sampai salah pergaulan. Harus ingat niat awal yaitu nuntut ilmu yang bermanfaat untuk masa depan.""Jangan kecewakan Bunda dan ayah ya," sambung Kayla lagi. Daffa yang tengah memainkan laptopnya hanya mengangguk dengan pandangan lurus ke layar yang menyala di hadapanya."Sayang, udah malam. Daffa pasti capek. Biarkan dulu dia istirahat," tegur Ashraf yang tiba- tiba muncul di ambang pintu ka
"Mbak Yuli!" Kaget Azzam melihat kedatangan Yulia."Mama, kenapa ke sini? Emang ayah Ashraf udah balik lagi?" heran Daffa pun bertanya."Belum. Tapi ada Aska sama Om juga nenek kakeknya," jawab Yulia. Rupanya keluarga Ashraf datang membesuk Kayla."Oh, terus kenapa Mama malah ke sini?" Kembali Daffa bertanya sebab tak tahu alasannya."Ya Mama nggak enak lah. Kan Mama bukan bagian keluarga mereka," kata Yulia.Karena merasa kangen dengan Aska, Daffa akhirnya pamitan pada Azzam untuk menemui adik sambungnya. Daffa janji akan menemui kembali ayahnya itu."Kamu hati-hati ya, Nak!" pesan Azzam disambut anggukan kepala Daffa.Kini tinggallah Yulia dan Azzam saja di ruangan itu. "Mbak Yul, gimana kabarnya?" Azzam berbasa basi.Dalam diam, Azzam merasa kasihan dengan Yulia. Melihat kelakuan Bayu di luar dugaan. Azzam baru tahu kalau sifat Bayu seperti itu. Dan Azzam pun baru menyadari kalau ternyata Bayu menaruh hati pada mantan istrinya."Zam, saya minta maaf atas kesalahan suami saya ya," u
Ashraf keluar dari kamar rawat Bayu dengan nafas memburu. Wajahnya merah padam karena amarah belum terlampiaskan. Seandainya tak ada polisi, sudah pasti Bayu tinggal nama saja.Tak ingin memperlihatkan amarah di depan keluarga, Ashraf memilih menenangkan diri dulu di taman rumah sakit. Ia pun menelepon Farhan menanyakan kondisi kantor. Setelah merasa tenang, Ashraf kembali ke kamar Kayla.Di lain sisi, Bayu tertawa semakin keras, merasa puas sudah mengaduk-aduk emosi Ashraf. Namun tak lama ia berteriak histeris. "Bangsat! Lepasin gue!"Bayu terus saja menyumpahi semua orang yang kini memalingkan wajah darinya. Dengan kondisinya yang seperti itu, tak membuat Bayu sadar. Ia justru semakin membenci mereka."Diam! Atau saya sumpal mulutmu! Laki mulutnya kayak cewek," bentak polisi jengah mendengar ocehan Bayu.Sontak Bayu terdiam. Ia menutup rapat mulutnya. Namun hatinya masih bergejolak karena amarah.Esok harinya. Azzam sudah tersadar dari koma semalam. Ada Wahyu yang datang membesuk na
Bayu terbahak mendengar ucapan Yulia. Pria itu memaksakan diri bangun dari atas ranjang rumah sakit lalu duduk dengan kaki menjuntai ke lantai.Tanpa di duga oleh Yulia, Bayu menarik paksa tangan Yulia hingga wanita itu terjatuh tepat di pangkuan Bayu. Tangan Bayu yang terbebas dari selang infusan dengan sigap mencekik leher Yulia.''Dasar perempuan tidak tau diri kau, Yulia. Selama ini saya bersabar hidup dengan kamu tanpa hadirnya anak. Sekarang kau minta cerai hanya karena saya melakukan kesalahan sekecil ini, hah?'' bentak Bayu.Posisi mereka kini terbalik. Bayu berdiri sementara Yulia terbaring di ranjang dengan kaki menjuntai. Tangan Bayu semakin kuat mencekik leher Yulia hingga wanita itu kesulitan sekedar untuk menarik napas sesaat saja.Wajah Bayu pun nampak merah padam, menandakan betapa marahnya pria itu. Entah setan mana yang sudah merasuki jiwa Bayu hingga dia sekalap itu.''Ayah, apa yang ayah lakukan ke Mama?'' teriak Daffa yang kebetulan masuk ke ruangan kedua orang tu
Ashraf mendatangi ruangan di mana Bayu dirawat. Namun ia harus memendam kekecewaan sebab Bayu belum sadarkan diri setelah mendapat penanganan dari tim medis. Rupanya luka yang dialami Bayu cukup parah.Demi melampiaskan amarahnya, Ashraf meninju tembok di depan ruang rawat Bayu."Sabar, Pak. Amarah enggak akan menyelesaikan masalah," ucap polisi yang berjaga di sana."Bagaimana kalau Bapak berada di posisi saya? Istri yang Bapak lindungi nyatanya malah dijahati orang," sergah Ashraf dengan nafas memburu. Terlihat amarah belum surut dari wajahnya."Pasti sama kayak Bapak, lebih parah bisa jadi. Tapi kasus ini 'kan sudah ditangani pihak kepolisian, jadi biar kami saja yang menghukum pelaku," sahut polisi. Satu rekannya yang ikut berjaga mengangguk menanggapi.Ashraf tak menanggapi. Ia pergi dari sana masih dengan amarah yang membara. Apalagi saat teringat lagi bagaimana kondisi sang istri tadi.Kembali ke IGD, rupanya Kayla sudah siuman. Ia langsung memindahkan Kayla ke ruangan VIP supa
Kayla melihat ada vas bunga di sudut kamar itu. Segera ia berlari lalu mengambil dan memukulkannya ke kepala Bayu.PRANG! Vas bunga mengenai kepala Bayu hingga pecah berkeping-keping. Bayu pun tersungkur dengan darah mengucur dari kepala.Mata Kayla membulat. Ia melihat tangannya yang masih memegang potongan vas bunga. "Apa dia mati?" gumamnya dengan tubuh gemetaran. Vas bunga itu pun terlepas dari tangan.Kayla lalu melihat Azzam terkapar dengan pisau menancap di pinggang mantan suaminya itu. Sadar Azzam butuh pertolongan ia kembali berteriak sekuat tenaga."Tolong! Tolong!""Astaga, Azzam!" pekik Wahyu. Pria itu baru menyusul Azzam ke rumah kosong tersebut. Wahyu terhenyak melihaf kekacauan di rumah di dalam sana.Yang lebih mengejutkan, Azzam terluka akibat senjata tajam. Ditambah lagi, Wahyu melihat Bayu tergeletak tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya. Wahyu baru menyadari kalau Kayla juga sama halnya dengan Bayu walaupun tertutup jaket Azzam.Wahyu berlari keluar tanpa be
Setibanya Ashraf di rumah. Ia meminta Farhan untuk mengecek CCTV. Farhan sudah terbiasa keluar masuk kediaman Ashraf tanpa takut si empunya marah karena Farhan orang yang paling dipercaya Ashraf.Sementara Ashraf menemui Yulia untuk menanyakan suaminya pergi ke mana. Namun Yulia yang baru tiba pun sama tidak tahu Bayu pergi ke mana. ''Memangnya apa yang sudah terjadi, Pak Ashraf?'' Heran Yulia dengan wajah terlihat kebingungan.Saat Ashraf akan menjawab pertanyaan Yulia. Farhan lebih dulu memanggil.''Pak Ashraf, coba ini lihat. Bu Kayla sepertinya dibius sama pak Bayu,'' ucap Farhan kala sudah melihat rekaman CCTV beberapa jam yang lalu.''Bangsat, rupanya si bajingan Bayu itu masih penasaran sama istriku,'' geram Ashraf.Suami Kayla itu dengan jelas melihat Bayu membekap mulut Kayla dan membawa keluar sebelum akhirnya pergi menggunakan taksi.Mendengar Ashraf memaki suaminya, Yulia tergesa mendekati kedua lelaki itu dengan wajah yang semakin tak terbaca.''Ini apa sih yang terjadi?''
Kayla menemui kakak sepupu dan suaminya dengan wajah datar. Ia tak menyangka jika keduanya akan datang hari ini."Mbak, Mas, apa kabar? tanya Kayla basa-basi."Kami baik. Kamu keterlaluan, Kay, ngasih tau Daffa mau pindah ke Bandung dadakan gini," sahut Yulia langsung mencecar Kayla.Sementara Bayu terus menatap tajam Kayla. Rasa cinta dan sakit hati tengah bergejolak dalam hati laki-laki tersebut. Apalagi membayangkan Kayla berduaan dengan Ashraf, api cemburu kontan berkobar-kobar di dalam dada.Kayla mengerutkan kening, tak mengerti akan maksud Yulia. "Maksud Mbak apa?"Memang ia yang memberitahu mereka kalau Daffa diterima di ITB dan rencananya hari Sabtu nanti Daffa mau di antar ke kosannya. Saat itu ia hanya memberitahu saja tanpa niat mengajak mereka."Udah setahun kami enggak ketemu Daffa, tau-tau kamu bilang kalo dia mau kuliah di Bandung terus tinggal di sana. Kami 'kan jadi kerepotan, Kay, harus beresin kerjaan dulu supaya bisa ke sini. Mbak sama mas Bayu juga pengen ikut an