Tendero memelankan laju mobilnya begitu mobilnya menepi di depan rumah Kanisa. Mesin mobil pun mati.
Kanisa segera melepaskan sabuk pengamannya begitu pula dengan Tendero. Mereka berdua keluar dari dalam mobil.
Setelah menutup pintu mobil Kanisa berjalan cepat menghampiri rumah keluarganya itu dengan tidak sabar dia mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali. Tendero yang melihat tingkahnya itu hanya bisa menggelengkan kepala lantas menghela nafas panjang sebelum kemudian dia menghampiri Kanisa.
Pintu rumah terbuka, memunculkan sang adik yang ternyata membukakan pintunya.
“Kakak,” ucap Sesa kemudian mereka berpelukan, melepas rindu.
“Kakak baik-baik saja kan?” tanya Sesa menatap sang kakak dengan cemas.
Kanisa tersenyum tipis dan menganggukan kepalanya.
“Kakak baik-baik saja, buktinya kakak ada dihadapanmu,” jawab Kanisa berbohong. Mana mungkin Kanisa menceritakan
Hallo selamat datang di cerita ini. Tendero dan Kanisa come back lagi. Semoga kalian menyukai cerita ini yah.Jangan lupa setelah membaca mohon tinggalkan jejaknya dengan memberikan ulasan pada cerita ini sebagai bentuk dukungan. Jika berkenan boleh juga kasih krisar di kolom komentar.Terima kasih.Selamat menikmati :)***Kanisa berulang kali mengubah posisi tidurnya. Namun tetap saja dia tidak bisa tidur juga, padahal sekarang jam sudah menunjukan pukul dua belas malam. Seberapa keras pun dia berusaha menutup matanya, kedua matanya itu tetap akan terbuka lagi dan lagi.Dengan kesal Kanisa bangkit terduduk. Tangannya bergerak mengusak kasar rambutnya, dia menatap sekelilingnya dengan hampa.“Ck, kenapa aku tidak bisa tidur juga sih,” gerutunya pelan.Kanisa kemudian bangkit berdiri. Berjalan mendek
Dengan sekali tendangan pria bertubuh besar dan terlihat memakai masker putih itu berhasil menendang pintu rumah hingga terbuka dengan kasar. Kanisa, Sesa dan Indrina menjerit ketakutan dan juga merasa terkejut.Abimanyu tidak tinggal diam. Saat dia melihat pria itu mulai berjalan masuk ke dalam rumah pun segera melawan pria itu dengan menggunakan kapak di tangannya. Tapi pria itu cukup terlatih sehingga serangan demi serangan yang dilayangkan Abimanyu kepadanya sangat mudah dia tangkis bahkan dengan mudahnya dia memukul mundur Abimanyu hingga pria itu terlempar.“Ayah!” teriak Sesa saat melihat sang ayah di injak kasar oleh pria jahat itu.Kanisa yang merasa kesal dan tidak bisa tinggal diam begitu saja melihat ayahnya dilukai oleh pria tersebut pun mengambil pas bunga yang ada disekitarnya. Kanisa berlari dan memukul kepala pria itu dengan menggunakan pas bunga itu hingga pas bunga itu pecah sementara kepala belakang pria itu terl
Mobil jenis Ferari La Ferari berwarna hijau itu terlihat melesat cepat di jalanan malam beradu dengan dingin malam kota jakarta. Tidak jauh di belakangnya mobil hitam jenis Lamborgini versi terbatas tampak melesat berusaha mengejarnya. Di balik kemudi, Tendero terlihat menatap tajam mobil Ferari La Ferari berwarna hijau di depannya itu, dia semakin menambah kecepatan mobilnya tidak ingin sampai kehilangan jejak si pengemudi mobil hijau itu.Sementara itu orang yang tengah mengendari mobil Ferari La Ferari berwarna hijau itu hanya tersenyum miring, menatap mobil Tendero yang mengejarnya melalui kaca spion dengan pandangan meremehkan.Di tengah-tengah pekatnya malam itu kedua mobil mewah itu terlihat saling beradu dan menabrakan diri satu sama lain berlomba untuk menumbangkan sang lawan.Decitan ban yang silih beradu dengan aspal jalanan terdengar nyaring memenuhi malam itu. Jalanan yang sepi dari pengendara
Kahan terlihat sedang berdiri di lorong rumah sakit sambil sibuk berteleponan dengan seseorang saat Kanisa melihat pria paruh baya itu. Kanisa pun berjalan menghampiri Kahan, Kahan yang merasakan kehadirannya langsung berbalik dan memutuskan sambungannya, dia pun menatap Kanisa.“Nona perlu sesuatu?” tanya Kahan.“Di mana tuanmu itu,” tanya Kanisa dengan ekspresi dinginnya.“Tuan sedang ada urusan di luar nona,” jawab.“Suruh dia ke sini sekarang juga,” titah Kanisa terdengar tidak ingin dibantah.Kahan menggelengkan kepalanya, “Maaf nona, tuan sedang tidak bisa diganggu untuk sekarang ini karena dia sedang sibuk dengan urusannya yang lebih penting,” balas Kahan lagi.Kanisa mendengus, “Aku tidak perduli dia sibuk dengan apa, pokoknya suruh dia ke sini sekarang juga!” kukuh Kanisa.Kahan terlihat bimbang, tapi pada akhirnya dia pun memutuskan menelpon Tendero. Sambu
Kanisa menatap sekelilingnya dengan bingung, kerutan samar muncul di keningnya rasa panik pun menyerang Kanisa.“Bagaimana aku bisa berada di sini? Bukankah seharusnya aku ada di rumah sakit,” gumam Kanisa bingung sekaligus terkejut.Bagaimana dia tidak terkejut, begitu tersadar dari pingsannya Kanisa sudah terbangun di kamar mansion Tendero yang selalu dia tempatinya semenjak dirinya diambil Tendero. Seharusnya sekarang Kanisa masih berada di indonesia tepatnya di rumah sakit menemani ayahnya tapi kenapa sekarang dirinya malah sudah berada di mansion pria itu lagi.Dengan tergesah Kanisa pun turun dari ranjangnya dan pergi keluar dari kamarnya. Dia berusaha mencari keberadaan Tendero di mansion itu. Tanpa sengaja Kanisa berpapasan dengan Netra.Netra tersenyum hangat saat melihat Kanisa sudah sadarkan diri, “Nona sudah sadar, bagaimana keadaan nona saat ini?” tanya Netr
Suasana meja makan itu terlihat begitu hening hanya ada Tendero dan Kanisa saja yang makan saling berhadap-hadapan. Sesekali Kanisa melirik Tendero yang tampak begitu acuh kepadanya.“Berhenti menatapku terus, cepatlah habiskan makananmu,” ucap Tendero tiba-tiba membuat Kanisa tersedak makananya, Kanisa pun langsung segera minum.Kanisa tidak menyangka Tendero ternyata menyadari kalau sejak dari tadi dirinya curi-curi pandangan terhadap pria itu.Tendero terlihat selesai makan, dia mengelap bibirnya dengan serbet dan menatap Kanisa yang baru saja meredakan tenggorokannya yang sempat tersedak.“Setelah kau selesai makan, langsung tidur.” Tendero pun bangkit berdiri. Kanisa sendiri terus menatap pria itu.“Kau sendiri mau kemana?” tanya Kanisa, setelah itu diam langsung bungkam saat melihat Tendero menghentikan langkahnya dan berbalik memandangnya.Seketika Kanisa merutuki
“Kau siap?” tanya Anera di seberang sana melalui telepon genggamnya.Kanisa baru saja selesai mandi ketika dia mengangkat panggilan dari sahabat terbaiknya itu, sudah lima hari semenjak mereka saling berhubungan secara diam-diam, membahas rencana kabur Kanisa tanpa sepengetahuan Tendero.Awalnya Kanisa masih merasa ragu dan takut tapi Anera selalu membujuknya dan itu berhasil membuat Kanisa merasa luluh sekaligus bimbang. Hari ini adalah kesempatan bagus untuk Kanisa memulai rencananya, kabur dari Tendero. Selain karena Tendero sedang melakukan perjalanan bisnis keluar negeri untuk waktu yang lama, Kanisa juga sudah menyusun rencana sesempurna mungkin bersama dengan Anera yang bersedia membantu dan melindunginya dari Tendero.“Waktu kita tidak banyak, aku akan memulai meretas dan mematikan cctv di mansion itu dari sekarang. Kau mulai lah rencanamu, jika sudah segera lari melalui pintu belakang, mobilku akan menunggu di sana,”
Kebebasan kini berada di depan mata. Perasaan bahagia terasa membuncah di dadanya, akhirnya setelah penantian yang cukup panjang dirinya kini bebas juga dari Tendero. Kanisa berharap ini benar-benar menjadi kebebasannya untuk selamanya. Berharap Tendero tidak lagi menemukannya dan kembali mengacau kehidupannya.Sepanjang hari ini Kanisa terus menyunggingkan senyum bahagianya bahkan ketika dia dan Anera akhirnya sampai di apartemen milik sepupu Anera yang sudah disiapkan untuk mereka tinggali berdua. Anera memutuskan untuk ikut tinggal bersama Kanisa karena dia tidak yakin bisa meninggalkan Kanisa sendirian, takut sesuatu terjadi lagi kepada wanita itu. Baginya Kanisa itu begitu berharga dia adalah satu-satunya sahabat yang sangat mengerti Anera.Dulu saat Anera tidak memiliki satu pun teman, Kanisa datang dan mengulurkan tangannya menarik Anera dari kesepian hingga sekarang pun Kanisa mau berteman baik dengannya tanpa ada unsur memanfaat