Beranda / Lain / TAKDIR / Chapter 11

Share

Chapter 11

Penulis: May Rafani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 05:05:53

Hari ini, Ratih langsung kembali ke rumah setelah mengantar si kembar ke sekolah. Ia harus ke pasar karena semua bahan makanan di rumah sudah habis.

“Kamu mau kemana, Ratih?” Tanya Vania dengan riang seakan tak pernah terjadi sesuatu padanya.

“Aku hendak ke pasar, Vania.” Jawab Ratih sambil mengambil tas belanja.

“Aku ikut.” Kata Vania memohon.

Ratih hanya diam, jika menolak maka dia akan dianggap tidak sopan karena berani menentang keinginan majikan, namun jika ia mengizinkan Vania ikit, ia takut jika hal yang sama akan terjadi lagi.

“Kamu tetap diam di rumah, jika kamu ingin membeli jajanan pasar seperti biasa cukup titip saja pada Ratih. Ini uangnya.” Kata Oma Rahma sembari memberikan uang belanja untuk Ratih.

“Ma, aku yakin aku bisa jaga diri. Dia tidak akan berani menemuiku lagi.” Kata Vania meyakinkan Oma Rahma.

“Atas dasar apa kamu berkata demikian? Laki-laki bre

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TAKDIR   Chapter 12

    Pak Hadi segera mengantar Ratih pulang. Ratih masih sangat kaget dengan kejadian yang dia alami tadi. Sama sekali tidak terpikirkan olehnya jika orang itu punya keinginan untuk membunuh Ratih. Jika memang demikian, bisa dipastikan bahwa orang itu adalah orang tidak baik dari masa lalu Ratih. Lalu siapa yang bisa memberitahu pada Ratih tentang orang itu? Ya, Vania dan Oma Rahma pasti tahu siapa laki-laki itu. Ratih akan berusaha mencari tahu. Sesampainya di rumah, terlihat Oma Rahma dan Vania sudah menunggu di depan. Pasti mereka tahu apa yang baru saja menimpa Ratih. Ratih turun dari mobil, hendak mengambil barang belanjaan namun dihentikan oleh Vania.“Ratih, kamu masih sangat lemas. Ikut aku. Biar Pak Hadi yang membawa masuk semua barang belanjaannya.” Kata Vania sambil menggandeng tangan Ratih.Tanpa disuruh pun, Pak Hadi dengan sigap mengambil barang-barang dari bagasi dan segra membawanya masuk.Ratih masuk ke rumah digandeng oleh Oma Rahma dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-04
  • TAKDIR   Chapter 13

    Sang mentari telah menampakkan semburat sinarnya, Sarah sudah bangun sedari tadi. Sejak kecelakaan itu, ia memang berusaha untuk terlihat rajin di hadapan suaminya. Bukan karena memang berubah, hanya sementara agar suaminya mau mengurus dan mengambil motornya di kantor polisi. Sarah bosan jika setiap hari harus kembali seperti dulu, kemana-mana harus berjalan kaki.“Mas, ayolah. Kenapa tidak segera mengambil motorku di kantor polisi? Kalau motorku kelamaan tidak diambil nanti malah diambil alih sama polisi lho.” Bujuk Sarah, sama sekali tidak digubris oleh Rahman.Rahman masih melanjutkan kesibukannya memandikan burung kesayangannya, akhir-akhir ini Rahman punya hobi baru yaitu memelihara burung berkicau. Akhir-akhir ini dia juga berangkat agak siang untuk mengantar Gladys dan Syena ke sekolah. Rahman selalu mengajak Syena turut serta naik motor ketika hendak mengantar Gladys. Meskipun Syena menolak, Rahman tetap akan memaksa. Berbeda dengan Sarah.&

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • TAKDIR   Chapter 14

    Waktu demi waktu berlalu, rasanya seperti tiba-tiba saja. Kini, Syena dan Gladys tengah menjalani ulangan kenaikan kelas. Itu artinya sudah hampir satu tahun Ratih merantau di Negri orang. Ratih selalu menghubungi anaknya via telepon, melepas rindu lewat suara. Syena, gadis kecil yang sama sekali tidak pernah bertemu dengan Ayahnya dan bahkan tak pernah mengetahui siapa nama Ayahnya itu kini sudah tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat baik dan berpikiran dewasa jika dibandingkan dengan anak seusianya. Namun tak bisa dipungkiri, setiap kenaikan kelas dan para wali murid mengambil rapor dan tepat saat itu juga diadakan pementasan yang disaksikan oleh para wali murid juga pengumuman juara dan kedua orang tua para juara disuruh ikut naik ke atas panggung, ia selalu sedih. Dan kesedihan itu kini akan semakin terasa karena Ibunya bahkan tidak ada di sampingnya sekarang. Entah siapa yang akan menjadi walinya nanti, jika bukan kedua orang tua Gladys maka Neneknya yang akan mewakili.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • TAKDIR   Chapter 15

    “Aw.” Ratih menekik kesakitan.Darah segar mengalir dari jari telunjuknya, segera ia mengambil tisu untuk membersihkan darah dari jarinya dan juga yang sudah menetes di meja. Pikirannya sejak tadi memang tidak enak, biasanya jika demikian sedang terjadi sesuatu pada putrinya. Ia jadi tidak fokus melakukan pekerjaannya.“Ada apa ini sebenarnya?” Tanya Ratih pada dirinya sendiri.Oma Rahma yang baru saja masuk ke dapur hendak mengambil minuman dingin terkejut saat melihat Ratih yang masih menggenggam tisu penuh darah. Ia segera mendekati Ratih.“Ada apa Ratih? Tanganmu kena pisau? Kenapa tidak hati-hati. Obati saja dulu, masaknya dilanjut lagi nanti.” Perintah Oma Rahma.Ratih hanya mengangguk lalu keluar dari dapur untuk mencari alat P3K di kotak dekat ruang keluarga. Vania sedang duduk santai sambil menonton televisi disana.“Ada apa Ratih?” Tanya Vania masih belum mengalihkan pandangannya dari

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • TAKDIR   Chapter 16

    “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” Tanya Bude Rima pada dirinya sendiri karena ia begitu khawatir, sedari tadi Rahman tidak mau mengangkat telepon darinya.Beberapa menit kemudian, Gladys pulang bersama dengan Bu Andin. Bude Rima yang melihat hal itu segera menyambut mereka dengan beragam pertanyaan.“Selamat sore, Bu Andin. Apa yang sebenarnya terjadi? Seharusnya sekolah sudah selesai sejak siang, kan? Kenapa Gladys baru pulang sekarang? Dan dimana Syena? Rahman juga belum pulang sampai sekarang.” Tanya Bude Rima bertubi-tubi membuat Bu Andin bingung harus menjawab pertanyaan yang mana terlebih dahulu.“Begini, Bu. Mungkin Pak Rahman lupa tidak memberi tahu. Kebetulan saya yang menghubungi Pak Rahman jadi dia di rumah sakit menemani Syena sekarang. Telah terjadi kecelakaan di sekolah tadi. Gladys entah bagaimana dia tiba-tiba mendorong Syena sampai terjatuh dan kepalanya membentur tiang yang ada di depannya. Syena mengalami penda

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • TAKDIR   Chapter 17

    Drrrt drrrt drrrtRahman merasakan ponselnya bergetar. Ia merogoh sakunya dan mengambil ponselnya di sana. Ia membaca sekilas nama yang tertulis di sana. Ratih, panggilan masuk dari Ratih.“Permisi Pak Bayu. Saya mau angkat telepon sebentar.” Pamit Rahman pada Pak Bayu yang sedari tadi berbincang dengannya.“Silakan.” Jawab Pak Bayu mempersilakan.Sementara Rahman mengangkat telepon, Pak Bayu masuk ke ruang rawat Syena. Dia melihat gadis kecil itu masih terbaring lemah. Pak Bayu tersenyum, entah mengapa ia merasa sangat menyayangi gadis kecil yang bahkan tidak pernah dikenalnya itu.“Hey.” Sapa Pak Bayu.Jantung Syena berdetak kencang. Ia bahkan sangat gugup ketika melihat Pak Bayu mendekatinya. Syena merasa ada perasaan aneh dalam dirinya. Namun ia mencoba bersikap biasa saja.“Sudah merasa lebih baik?” Tanya Pak Bayu. Kini ia duduk di kursi samping tempat tidur Syena.“I i

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-13
  • TAKDIR   Chapter 18

    “Herman.” Panggil Bude Rima ketika melihat anaknya pulang namun buru-buru pergi lagi.“Ibu, aku harus segera kembali ke rumah sakit. Kasihan Syena kalau sendirian di sana.” Jawab Rahman sambil merapikan beberapa pakaiannya dan pakaian milik Syena yang tadi sudah diambilnya ke dalam tas.“Kalau hanya untuk mengambil pakaian, kenapa tidak telepon Ibu saja. Biar Ibu yang antar.” Kata Bude Rima mengikuti anaknya yang sedang berjalan tergesa menuju keluar rumah.Rahman hanya terdiam, kini ia sudah naik ke vespa miliknya dan siap melajukan kendaraan itu, ketika tiba-tiba Sarah datang bersama dengan Gladys.“Ayah mau ke mana? Buru-buru sekali.” Tanya Gladys dengan wajah semringah yang justru dibalas dengan tatapan tidak suka oleh ayahnya.“Ya pasti kembali ke rumah sakit lah. Anak kesayangannya kan sedang dirawat sekarang. Sampai tidak ingat pulang ke rumah.” Kata Sarah dengan nada menyindir.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-14
  • TAKDIR   Chapter 19

    “Mau ke mana, Ratih?” Tanya Pak Hadi ketika melihat Ratih keluar dari rumah dengan terburu-buru.“Eh, Pak Hadi. Mau ke minimarket depan sana sebentar, Pak. Beli susunya si kembar. Saya lupa cek. Ternyata susu mereka sudah habis. Apalagi setiap mau tidur mereka selalu minum susu, kasihan kalau nanti malam mereka tidak minum susu. Saya permisi dulu, Pak.” Jawab Ratih.“Tidak mau saya antar? Saya hanya khawatir jika terjadi apa-apa lagi.” Kata Pak Hadi.“Tidak perlu, Pak. Lagi pula saya hanya sebentar. Mari, Pak.” Jawab Ratih lagi kemudian berlalu pergi.Saat itu hari sudah sore. Jalanan terlihat agak sepi, lengang. Setelah sampai di minimarket yang dituju, Ratih segera membeli susu itu, membayar di kasir dan kemudian pulang. Namun di perjalanan, tangannya tiba-tiba dicekal dari belakang oleh seseorang. Ratih terkejut ketika menoleh dan mendapati Frans di sana. Tapi kali ini penampilannya biasa saja. Tidak mema

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15

Bab terbaru

  • TAKDIR   Chapter 28

    Sepulang dari jalan-jalan, waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Tepat saat sampai di rumah, terdengar azan magrib berkumandang. Dari kejauhan Romi dapat melihat Rahman yang sedang mengambil air wudu di samping rumahnya. Saat mobil mulai memasuki halaman rumah, Rahman yang hendak masuk ke dalam rumah menghentikan langkahnya sejenak. Dia melihat ke arah mobil dengan dahi berkerut, penasaran dengan siapa yang ada di dalam mobil. Setelah melihat Romi, Gladys dan Syena turun dati mobil, Rahman terlihat tersenyum. Rahman menghampiri Romi dan mereka pun saling berpelukan. “Sudah lama sekali kita tidak bertemu, bagaimana keadaanmu?” tanya Rahman sambil melepas pelukan. “Maaf atas kesibukanku, aku baik-baik saja seperti dirimu.” Jawab Romi memperlihatkan senyumnya. Mendengar mereka bercakap-cakap, Gladys dan Syena memilih untuk masuk ke dalam rumah. “Mari masuk, kita salat magrib berjamaah dulu.” Kata Rahman. Romi hanya mengangguk, ia mengambil air

  • TAKDIR   Chapter 27

    Frans sedang duduk di toko depan sekolah Syena, dia sebenarnya belum tahu nama anak itu. Jadi dia ingin tahu lebih banyak tentang keponakannya itu. Menurut perkiraannya, anak sekolah sebentar lagi akan pulang. Dan benar saja, baru dia meneguk air dari minuman dingin yang dia beli di toko itu terlihat satpam sudah membuka pintu gerbang dan diikuti oleh beberapa anak di belakangnya. Dia segera menyeberang jalan, dia sudah mengatur rencana agar seolah-olah pertemuannya dengan Syena tanpa disengaja. “Eh, maaf.” Ucap Syena ketika merasa menabrak seseorang, dia sedang berjalan sambil memeriksa isi tasnya. Frans memanfaatkan momen itu sehingga seolah tidak disengaja. “Iya, tidak apa-apa. Kamu anak yang tadi pagi, kan?” Tanya Frans menunjuk Syena. Syena mengangguk sambil tersenyum. “Syena, tunggu. Kita pulang bareng ya.” Ucap Gladys dari belakang. Frans terkejut melihat Gladys, jantungnya berdetak kencang. Entah mengapa dia seperti menemukan seseorang

  • TAKDIR   Chapter 26

    Pagi itu Syena berangkat ke sekolah seorang diri seperti biasanya. Masih dengan buku di tangannya, ia berjalan sambil belajar. Ulangan susulan hari ini adalah pelajaran biologi. Pelajaran yang kurang disenangi oleh Syena karena penuh dengan hafalan dan juga nama-nama latin. Pelajaran ini adalah satu-satunya yang selalu mendapat nilai di bawah 8. Saat sedang sibuk menghafal, tiba-tiba ada dua anak laki-laki berlarian dari belakang Syena. Salah satu dari mereka menyenggol bahu Syena sampai buku yang dari tadi dipegangnya terjatuh. Tanpa melihat kiri kanan, Syena langsung saja mengambil buku itu. “Awas !” teriak seseorang sambil menarik lengan Syena. Syena dan orang yang menolongnya sama-sama terjatuh ke pinggir jalan yang dipenuhi rerumputan. Syena terkejut, hampir saja sebuah mobil menabraknya hanya karena ia ingin mengambil bukunya yang terjatuh. Jantungnya masih berdetak sangat kencang, untung saja setelah ia mengambil buku itu orang tadi sigap menarik lengannya.

  • TAKDIR   Chapter 25

    Pagi ini, Rahman menengok ke kamar ibunya sebelum berangkat kerja. Dia juga membawakan sarapan dan teh hangat untuk ibunya. Ibunya terlihat masih sangat pucat. “Bu, ini Rahman bawakan bubur ayam untuk sarapan. Dimakan ya, Bu. Rahman mau pamit kerja dulu.” Pamit Rahman dengan nada setengah berbisik, tidak mau membangunkan ibunya yang terlihat masih tertidur lelap. Setelah itu Rahman keluar dari kamar ibunya, anak-anak sudah berangkat sekolah sejak tadi. Sedangkan Sarah tengah pergi belanja. Drrrt drrrt drrrt “Siapa telepon pagi-pagi begini?” Gumam Rahman sambil merogoh sakunya dan mengambil benda yang bergetar itu. Ratih, melihat nama yang terpampang jelas di ponselnya itu Rahman segera mengangkat telepon tersebut. “Pagi, Mas Rahman,” Sapa Ratih dari sambungan telepon. “Iya, Ratih. Ada apa telepon pagi-pagi begini?” tanya Rahman penasaran. “Maaf mengganggu, Mas. Aku hanya ingin menanyakan kabar Syena. Apa dia sudah pulan

  • TAKDIR   Chapter 24

    “Nenek,” teriak Syena berlari ke arah Bude Rima untuk melihat keadaannya. Mendengar teriakan Syena, Rahman, Sarah serta Gladys berlari menuju sumber suara. Rahman sangat terkejut ketika mendapati ibunya sudah pingsan dengan Syena di sampingnya. “Apa yang telah terjadi pada ibuku?” tanya Rahman panik, segera mengangkat tubuh ibunya dan menidurkannya ke sofa ruang tamu. Sarah segera mengambilkan minyak angin sedangkan Gladys kini duduk di samping neneknya. Bude Rima terlihat sangat pucat dan badannya lemas. “Nenek kenapa, Pakde?” tanya Syena khawatir. “Pakde juga tidak tahu, Syena.” Jawab Rahman sambil meletakkan minyak angin yang telah diberikan oleh Sarah di dekat hidung ibunya. Sampai sekitar 10 menit, Bude Rima tak juga sadarkan diri. Rahman semakin panik. Dia menghubungi temannya yang memiliki mobil, hendak meminjam mobilnya untuk membawa Bude Rima ke rumah sakit. Selama menunggu kedatangan mobil yang akan membawa Bude Rima

  • TAKDIR   Chapter 23

    Frans sedang bersantai di tempat persembunyiannya di Hongkong. Hari ini, dia sedang malas melakukan sesuatu. Apalagi dengan tugas yang baru saja diberikan oleh ibunya. Bukannya semangat untuk segera mengerjakan, dia justru malas-malasan. Dia bosan harus selalu menuruti keinginan ibunya untuk mengerjakan segala urusan yang ia anggap penting. Hal seperti itu selalu membuat Frans sibuk dan akhirnya urusannya sendiri dalam mencari tahu keberadaan anaknya sendiri selalu tersisihkan. Ya, motif Frans selalu mengintai Vania adalah ingin mengetahui keberadaan anaknya. Frans dan Vania dulu adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, hingga suatu hari Vania memperkenalkan Frans pada keluarganya. Semua menyambut Frans dengan baik. Hingga kemudian Frans menceritakan siapa ibunya dan membuat keluarga Vania menolaknya mentah-mentah. Marlina adalah saingan terbesar bisnis keluarga Vania. Marlina memang pebisnis perempuan yang hebat namun memiliki banyak musuh. Keluarga Vania mengusir Fra

  • TAKDIR   Chapter 22

    “Sudah siap semua, Syena? Pastikan tidak ada satu pun barang yang tertinggal.” Kata Rahman kepada Syena. Hari ini, Syena sudah dinyatakan sembuh oleh dokter. Jadi mereka akan segera pulang. “Sudah, Pakde.” Jawab Syena. Kemudian Rahman mengambilkan kursi roda untuk Syena. Namun justru Syena menolak. “Untuk apa kursi roda itu, Pakde? Aku sudah sehat, sudah sembuh. Aku bisa berjalan sendiri.” Kata Syena sambil menyunggingkan senyuman kepada pakdenya. “Oh, baiklah. Mari kita pulang.” Kata Rahman menggandeng tangan Syena. Bahkan pulang pun mereka naik motor. Syena sudah sembuh, meskipun perban di kepalanya juga belum dilepas. Rencananya akan dilepas ketika kontrol nanti dam jika memang semua lukanya sudah sembuh total. Perjalanan dari rumah sakit ke rumah tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu sekitar 2p menit. Akhirnya mereka sampai di rumah, dari kejauhan sudah terlihat Bude Rima yang sedang menyapu halaman

  • TAKDIR   Chapter 21

    Vania tengah menyiram tanaman di halaman rumah sekarang, dia bahkan terdengar bersenandung. “Vania, biar saya saja yang menyiram tanamannya. Masak majikan menyiram tanaman sedangkan ada pembantu di rumah.” Kata Ratih pada Vania. Vania tertawa kecil mendengar ucapan Ratih. “Sudahlah, kamu masak saja sana di dapur. Lagi pula ini juga bukan pekerjaanmu. Ini pekerjaan tukang kebun yang kebetulan izin karena istrinya hendak melahirkan.” Jawab Vania masih asyik dengan kesibukannya tanpa begitu menghiraukan keberadaan Ratih. “Baiklah kalau begitu saya permisi, dulu.” Kata Ratih. “Eh, Ratih. Kapan jadwal pergi ke pasar? Rasanya aku rindu sekali dengan jajanan pasar.” Kata Vania, kini dia berhenti menyiram tanaman dan mengajak Ratih berbincang. “Dua hari lagi. Tapi Oma Rahma tidak akan mengizinkanmu pergi ke pasar lagi. Aku juga takut akan terjadi apa-apa padamu seperti waktu itu.” Jawab Ratih menunjukkan kekhawatirannya. “Iya, aku tahu

  • TAKDIR   Chapter 20

    Syena mengerjapkan matanya perlahan, sinar matahari yang masuk melalui celah jendela berhasil membangunkannya. Ia melihat pakdenya berdiri di ambang jendela, penglihatannya mengarah ke taman. Begitu menyadari Syena sudah terbangun, Rahman segera mendekat ke arah Syena.“Mau jalan-jalan ke taman?” tanya Rahman dengan senyum semringah.Syena mengangguk, tapi terlebih dulu Rahman membersihkan wajah Syena dengan washlap yang telah dicelupkan pada air hangat yang telah ia siapkan. Setelah selesai, Rahman membawa kursi roda dan membantu Syena turun dari ranjang kemudian duduk ke kursi roda.“Mari kita jalan-jalan.” Kata Rahman pada Syena.Mereka menyusuri lorong rumah sakit yang masih terlihat sepi. Hanya ada beberapa keluarga penunggu pasien yang terlihat sedang berlalu lalang dengan kesibukan masing-masing. Mereka menuju taman yang berada tepat di belakang ruangan Syena dirawat. Sesampainya di sana, wajah Syena mulai berubah. Udara sej

DMCA.com Protection Status