"Bagaimana? Sudah diurus dia! Kita akan melakukan sesuatu agar suamiku menjadi milikku seutuhnya!" Bella sedang berbicara dengan seseorang di dalam telepon. Entah siapa yang diajak mengobrol, yang jelas mereka sedang merencanakan sesuatu. Setelah mendapatkan informasi, lalu panggilan telepon pun langsung berakhir. "Kamu lihat saja apa yang akan aku lakukan kepada kalian berdua! Jangan salahkan aku jika kalian akan merasakan menyesal nantinya!" Bella bermonolog dengan hati yang masih menyimpan sebuah dendam. Dia tinggal menunggu semua dilakukan dengan lancar dan menghitung hingga angka tiga. Benar saja, terdengar suara Marvel yang sedang berteriak histeris. Bella berpura-pura tidur sembari memberikan senyuman yang begitu puas."Silakan saja cari istrimu yang kau bela-bela, aku lebih baik tidur saja!" decak Bella. Lalu, menutup seluruh tubuh dengan selimut yang sudah ada di tempat tidur.Sedangkan suasana di luar, Marvel terlihat kebingungan. Bahkan sedang memarahi satpam yang sedang b
Marvel dengan cepat langsung menemui Bella, memarahi serta mengucapkan banyak perkataan sampah pada sang istri pertama."Benar-benar keterlaluan kamu ya! Harusnya kamu tidak boleh berbuat seperti ini pada Nadia!" hardik Marvel dengan wajah merah padam."Maksud Mas apa?" kilah Bella pura-pura tidak tahu."Kamu gak usah sok polos deh, Nadia diculik oleh orang suruhan kamu 'kan? Ngaku aja deh!" sahut Marvel dengan keyakinan yang dimiliki."Kenapa Mas bisa menuduhku? Memang Nadia diculik?" cecar Bella dengan nada suara yang lantang juga."Iya, dia duculik oleh orang suruhan kamu! Aku sudah dengar semuanya, lebih baik kamu mengaku sekarang juga! Kalau tidak, akan aku laporkan pada polisi!" ancam Marvel. Bahkan, pria itu juga memberitahu rekaman cctv yang sudah dicopy ke handphonenya."Bukti ini akan aku berikan, jadi kamu tidak akan bisa mengelak. Jika kamu masih ingin mendapatkan maaf dariku, lebih baik kamu akui semua kejahatanmu," ujar Marvel.Bella tidak mungkin mengelak begitu saja, j
Marvel tidak mungkin mengizinkan Bella untuk menjaga Nadia, apalagi setelah apa yang sudah dilakukan. Jadi, pria yang memiliki istri dua itu tetap menolak saat istri pertama ngotot untuk menjaga."Lebih baik kamu istirahat saja, kamu pasti lelah," perintah Marvel tanpa melihat wajah Bella sedikitpun."Baik, Mas. Jangan tidur larut malam ya, aku akan menyiapkan segelas teh untukmu," ucap Bella antusias."Tidak usah, biar nanti aku saja yang buat sendiri kalau haus," tolak Marvel dengan halus.Bella geregetan karena sang suami menolak untuk dibuatkan minuman, itu pertanda rencana yang akan dilakukan pasti gagal. 'Aku tidak boleh tinggal diam, aku harus memastikan mas Marvel meminum minuman yang sudah aku buat. Bagaimanapun caranya, kalau pun dia tetap tidak mau. Aku harus mencampurkan obat ini ke dalam minuman yang dibuatnya sendiri.' Bella bermonolog sendiri. Meskipun netranya sudah mengantuk, tapi dia tetap berusaha untuk terus terjaga hingga sang suami tertidur. Dia menunggu tepat d
Marvel meneguk habis secangkir kopi buatan Bella tanpa curiga apa pun, apalagi sampai berpikir bahwa istri pertamanya sudah mencampur dengan sesuatu."Bagaimana kopinya, Mas?" tanya Bella memberikan senyuman puas."Kopinya enak, kamu ternyata banyak perkembangan juga. Bisa membuat kopi yang enak seperti ini," puji Marvel.'Yes! Tinggal menunggu obat itu beraksi, maka kamu akan menjadi milikku, Mas,' lirih Bella dalam hati."Aku akan lembur malam ini karena masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, kamu tidak apa-apa pergi dulu dari kamarku 'kan?" usir Marvel dengan halus."Baik, Mas." Bella tidak akan marah karena sudah memiliki rencana. Jika tidak, sudah pasti wanita yang menjadi istri pertama itu tidak akan selesai marah-marah. Dia segera melangkahkan kaki keluar dari kamar Marvel."Kamu boleh saja mengusirku, Mas. Akan tetapi, dalam hitungan menit...kamu pasti akan membutuhkan aku." Bella bermonolog sembari tertawa lebar.Langkah kaki wanita yang memiliki warna rambut piran
Marvel berteriak kencang saat melihat Bella sudah ada di sampingnya. Andai saja Nadia yang ada, mungkin dia akan menikmati momen yang memang diinginkan.Suara lantang yang terdengar, membuat Nadia khawatir. Jadi, dia memutuskan untuk pergi menemui sang suami di kamarnya. Pun dengan Sherina yang ikut serta dengan istri kedua Marvel. Berapa terkejut wanita yang menggendong sang anak tiri ketika melihat Marvel dan Bella sedang berada di ranjang yang sama.Dengan refleks, Nadia langsung memutar balik badan dan pergi meninggalkan kamar Marvel."Apa yang kamu lakukan? Hah?" tanya Marvel yang menyadari kalau Bella sedang berpura-pura tidur."Kamu gak usah pura-pura tidur, aku tahu kamu sudah bangun!" hardik Marvel. Pria itu langsung beranjak dari tempat tidur untuk mengambil pakaiannya yang berserakan. Dia masih syok saat melihat di balik selimut, kalau ternyata keduanya sama-sama tidak memakai sehelai benang apa pun.Bella sedikit pun tidak merasa terpancing dengan emosi yang diluapkan oleh
"Kalau masalah itu, Mas gak usah khawatir. Lagian, mbak Bella adalah istri mas yang sah. Jadi, tidak ada yang berhak melarang Mas dan mbak Bella melakukan kewajiban yang sudah seharusnya," jelas Nadia. Marvel tertunduk malu, sebab apa yang dipikirkan tidak seperti kenyataan. Bahkan, terlihat jelas dari sorot mata Nadia. Kalau cinta untuknya belum hadir. Obrolan mereka terputus saat Sherina mulai bermanja lagi kepada Nadia."Bu, aku mau makan. Suapi aku," pinta Sherina.Dengan senang hati, Nadia mengabulkan permintaan Sherina. Menyuapi dengan segenap kasih sayang yang dimiliki, hal itu juga dijadikan sebagai kesempatan untuk menghindari pertanyaan atau obrolan dari Marvel.'Maaf, Mas. Sebagai istri kedua, aku memang harusnya bersikap begitu. Aku juga tidak pernah meminta untuk dipertahankan dalam rumah tangga ini, jadi aku juga tidak punya hak untuk melarang kamu bersama mbak Bella.' Nadia bergumam sembari melirik ke arah Marvel.Sang suami ternyata juga diam-diam melirik ke arah san
Marvel melihat pesan yang dikirim Bella justru tidak merespon dengan serius, dia yakin semua ini cuma akal-akalan istri pertamanya saja. Akan tetapi, Bella tidak menyerah begitu saja. Terus menghasut sang Suami lewat pesan.[Mending Mas pulang dulu deh sekarang, dari pada mereka berdua semakin berbuat hal yang tidak baik di rumah kita.] Hasutan demi hasutan dikirim Bella untuk membuat Marvel terbakar oleh api cemburu. "Aku yakin, tidak ada usaha yang sia-sia. Sudah pasti mas Marvel sedang marah sekarang! Aku harus mengambil kesempatan emas nanti malam seperti tadi malam yang sudah aku lakukan, agar aku bisa mendapatkan mas Marvel seutuhnya seperti dulu sebelum wanita ganjen itu datang ke rumah ini!" Bella bermonolog. Langkah kakinya menuju ke kamar untuk memanggil Sherina yang sedang bermain sendiri.Lain hal dengan Marvel yang memilih untuk pulang lebih cepat. Padahal, dia baru saja sampai di kantor. Beruntung jabatan yang dimiliki saat ini sudah di atas, jadi dia bisa mengambil ke
Marvel mengambil secangkir kopi tersebut, lalu melemparkan ke sembarang tempat."Aku tidak mungkin masuk dalam perangkap yang kamu buat lagi, Bella." Marvel berbicara dengan keadaan marah. Tidak ingin memancing emosi berlebih, Bella memilih untuk diam seribu kata. Lalu, mengambil pecahan beling yang berserakan. 'Aku harus pergi sekarang juga dari kamar ini, jika memang mas Marvel tidak bisa aku taklukkan dengan secangkir kopi ini. Aku masih bisa menggunakan cara lain untuk bisa menjadi miliknya.' Bella bergumam. Setelah semua pecahan cangkir berhasil dipungut dan dikumpulkan, Bella langsung pergi dari kamar Marvel dengan keadaan menangis. Hanya saja, tangisannya cuma air mata buaya. Dia tidak benar-benar menangis, hanya untuk mendapatkan perhatian lebih dari sang Suami. Akan tetapi, Marvel tidak menghiraukan."Percuma juga aku mengeluarkan air mata, suamiku saja tidak menghiraukan." Bella menggerutu hingga sampai di dapur.Wanita itu mulai bergelut dengan pekerjaan rumah, tapi rasa
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me