Marvel berteriak kencang saat melihat Bella sudah ada di sampingnya. Andai saja Nadia yang ada, mungkin dia akan menikmati momen yang memang diinginkan.Suara lantang yang terdengar, membuat Nadia khawatir. Jadi, dia memutuskan untuk pergi menemui sang suami di kamarnya. Pun dengan Sherina yang ikut serta dengan istri kedua Marvel. Berapa terkejut wanita yang menggendong sang anak tiri ketika melihat Marvel dan Bella sedang berada di ranjang yang sama.Dengan refleks, Nadia langsung memutar balik badan dan pergi meninggalkan kamar Marvel."Apa yang kamu lakukan? Hah?" tanya Marvel yang menyadari kalau Bella sedang berpura-pura tidur."Kamu gak usah pura-pura tidur, aku tahu kamu sudah bangun!" hardik Marvel. Pria itu langsung beranjak dari tempat tidur untuk mengambil pakaiannya yang berserakan. Dia masih syok saat melihat di balik selimut, kalau ternyata keduanya sama-sama tidak memakai sehelai benang apa pun.Bella sedikit pun tidak merasa terpancing dengan emosi yang diluapkan oleh
"Kalau masalah itu, Mas gak usah khawatir. Lagian, mbak Bella adalah istri mas yang sah. Jadi, tidak ada yang berhak melarang Mas dan mbak Bella melakukan kewajiban yang sudah seharusnya," jelas Nadia. Marvel tertunduk malu, sebab apa yang dipikirkan tidak seperti kenyataan. Bahkan, terlihat jelas dari sorot mata Nadia. Kalau cinta untuknya belum hadir. Obrolan mereka terputus saat Sherina mulai bermanja lagi kepada Nadia."Bu, aku mau makan. Suapi aku," pinta Sherina.Dengan senang hati, Nadia mengabulkan permintaan Sherina. Menyuapi dengan segenap kasih sayang yang dimiliki, hal itu juga dijadikan sebagai kesempatan untuk menghindari pertanyaan atau obrolan dari Marvel.'Maaf, Mas. Sebagai istri kedua, aku memang harusnya bersikap begitu. Aku juga tidak pernah meminta untuk dipertahankan dalam rumah tangga ini, jadi aku juga tidak punya hak untuk melarang kamu bersama mbak Bella.' Nadia bergumam sembari melirik ke arah Marvel.Sang suami ternyata juga diam-diam melirik ke arah san
Marvel melihat pesan yang dikirim Bella justru tidak merespon dengan serius, dia yakin semua ini cuma akal-akalan istri pertamanya saja. Akan tetapi, Bella tidak menyerah begitu saja. Terus menghasut sang Suami lewat pesan.[Mending Mas pulang dulu deh sekarang, dari pada mereka berdua semakin berbuat hal yang tidak baik di rumah kita.] Hasutan demi hasutan dikirim Bella untuk membuat Marvel terbakar oleh api cemburu. "Aku yakin, tidak ada usaha yang sia-sia. Sudah pasti mas Marvel sedang marah sekarang! Aku harus mengambil kesempatan emas nanti malam seperti tadi malam yang sudah aku lakukan, agar aku bisa mendapatkan mas Marvel seutuhnya seperti dulu sebelum wanita ganjen itu datang ke rumah ini!" Bella bermonolog. Langkah kakinya menuju ke kamar untuk memanggil Sherina yang sedang bermain sendiri.Lain hal dengan Marvel yang memilih untuk pulang lebih cepat. Padahal, dia baru saja sampai di kantor. Beruntung jabatan yang dimiliki saat ini sudah di atas, jadi dia bisa mengambil ke
Marvel mengambil secangkir kopi tersebut, lalu melemparkan ke sembarang tempat."Aku tidak mungkin masuk dalam perangkap yang kamu buat lagi, Bella." Marvel berbicara dengan keadaan marah. Tidak ingin memancing emosi berlebih, Bella memilih untuk diam seribu kata. Lalu, mengambil pecahan beling yang berserakan. 'Aku harus pergi sekarang juga dari kamar ini, jika memang mas Marvel tidak bisa aku taklukkan dengan secangkir kopi ini. Aku masih bisa menggunakan cara lain untuk bisa menjadi miliknya.' Bella bergumam. Setelah semua pecahan cangkir berhasil dipungut dan dikumpulkan, Bella langsung pergi dari kamar Marvel dengan keadaan menangis. Hanya saja, tangisannya cuma air mata buaya. Dia tidak benar-benar menangis, hanya untuk mendapatkan perhatian lebih dari sang Suami. Akan tetapi, Marvel tidak menghiraukan."Percuma juga aku mengeluarkan air mata, suamiku saja tidak menghiraukan." Bella menggerutu hingga sampai di dapur.Wanita itu mulai bergelut dengan pekerjaan rumah, tapi rasa
Marvel syok mendengar kalau Bella tengah hamil, perasaannya campur aduk antara senang atau kecewa. Bahkan, ingatan tentang Nadia kembali. Dimana Marvel ingin sekali punya anak dari rahim istri keduanya."Kenapa Pak Marvel diam saja?" tanya Galang penuh selidik."Gapapa, Dok. Aku cuma kaget saja," jawab Marvel tanpa memberikan alasan apa pun."Aku harap, Pak Marvel lebih memperhatikan istrinya ya. Jangan lupa juga, jangan membuatnya sedih, karena hal itu akan berpengaruh sama janin yang ada di dalam kandungannya." Galang menjelaskan panjang lebar."Baik, Dok. Aku akan berusaha semaksimal mungkin," jawab Marvel sembari menggenggam erat tangan Sherina yang ada di sampingnya."Kalau kalian mau masuk, silakan saja." Galang mempersilakan."Terima kasih, Dok." Ketika langkah kaki Marvel dan Sherina masuk, Galang berbicara kembali, "Nanti Pak Galang ke ruangan saya. Ada hal lain yang ingin saya sampaikan." Marvel menganggukkan kepala, pertanda kalau dia setuju.Sherina dan sang Ayah pun mas
"Maaf, Mas. Aku gak sengaja? Bagaimana kabarnya? Sudah lama juga kita tidak berjumpa," cecar Nadia dengan segudang pertanyaan.Marvel tidak menjawab, memilih untuk pergi meninggalkan Nadia seorang diri. Dia bergegas pergi menemui Bella yang ada di ruangan."Aku harus cari tahu, apa yang membuat mas Marvel ada di rumah sakit ini." Nadia bergumam. Dia berada di rumah sakit karena memang ada tugas kuliah yang harus diselesaikan. Berkat bantuan dari Ilham, wanita itu bisa mendapatkan tempat untuk melakukan penelitiannya. Sejak pergi dari rumah Marvel, Nadia tinggal di sebuah kontrakan yang murah. Dengan menjual kue dan bekerja sampingan, dia bisa menghidupi kehidupan sehari-hari.Nadia mengikuti Marvel dari belakang dengan diam-diam agar bisa menyelidiki ada perlu apa sang Suami ada di rumah sakit.Di balik pintu ruangan Bella, tatapan mata Nadia terlihat nanar serta terharu dengan keharmonisan rumah tangga mereka berdua."Aku tidak seharusnya hadir di keluarga itu," gumam Nadia. Di saa
Kepergian Marvel dan Bella membuat Nadia berpikir kembali, apakah harus dia pulang ke rumah yang sejatinya bukan tempat tinggalnya? Apalagi, kehadirannya tidak pernah diharapkan dari awal. Juga, sang Madu saat ini tengah hamil anak kedua. Seharian ini, dia tidak fokus dengan pekerjaan yang harusnya diselesaikan. Semua terjadi karena memang pikirannya sedang sangat kacau."Aku harus bagaimana? Untuk menggugat cerai pun, aku belum memiliki cukup uang untuk melakukan hal itu." Nadia bermonolog.Tidak fokusnya Nadia hari ini, menjadi gunjingan para rekan kerja di rumah sakit. Sehingga mendapatkan teguran dari Galang. "Kalau kamu memang gak enak badan, kamu boleh pulang terlebih dulu. Dari pada semuanya jadi kacau," ujar Galang."Maaf, Dok. Aku tidak bermaksud, maafkan aku juga. Aku berjanji, akan lebih fokus lagi." Nadia menyesal akan kesalahan yang dilakukan. Di saat menangani pasien tadi, harusnya Nadia membantu Dirga yang merupakan dokter dalam mengambilkan obat bius. Ternyata, yang
Bella merasa kikuk dengan kehadiran Marvel yang secara tiba-tiba tanpa permisi. Pun Nadia yang juga merasakan hal yang sama, mereka berdua saling pandang satu sama lain untuk memastikan sebuah jawaban. Bagaimanapun, wanita yang merupakan istri kedua masih memiliki hati untuk membongkar aib yang dimiliki istri pertama."Bukan apa-apa, Mas. Aku cuma minta izin untuk datang ke reuni SMA. Yang aku maksud tahu, tentang reuni itu." Nadia menjelaskan panjang lebar. Beruntung wanita berjilbab memiliki alasan yang tepat tanpa harus berbohong."Oh! Kalau cuma itu, kamu tidak usah meminta izin. Aku tahu, paling juga reuni yang kamu maksud itu juga sama. Sebuah kesempatan bagimu untuk bertemu dengan selingkuhanmu yang lain," tuduh Marvel dengan tatapan enggan untuk melihat ke arah Nadia.Hanya bisa mengelus dada, wanita berjilbab tidak ingin berdebat tentang apa pun. Dia tahu, kalau masih tetap mengeluarkan suara. Sudah pasti perang dunia kedua akan terulang lagi. Dari pada Nadia harus bertengkar
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me