'Sepertinya aku harus mencari waktu yang tepat untuk memberitahu Marvel tentang Nadia yang aku dengar tadi, aku tidak boleh gegabah. Aku harus menyusun rencana terlebih dahulu,' pikir Bela. Bela lantas pergi dan meninggalkan Nadia dan Marvel.
"Ayo! Kita pulang, aku sudah tidak sabar untuk menggunakan alat-alat yang sudah dibeli," ajak Nadia.
Marvel setuju, dia juga mendukung Nadia agar secepatnya menggunakan alat-alat itu dan mulai berjualan kue seperti yang dia inginkan. Pertama-tama Nadia mencoba membuat kue sebagai sajian untuk Marvel dan Sherina, setelah dirasa kuenya enak, barulah dia memulai bisnisnya.
Hari ini adalah hari pertama Nadia mencoba berbisnis, dia pun memosting kuenya di sosial media. Nadia juga meminta tolong kepada Marvel, agar kue buatannya juga diekspose lewat sosial media Marvel.
"Untuk rincian daftar menu harganya ini sudah benar, kan?" tanya Marvel sembari memberitahu layar handphonenya.
"Iya, sudah benar Mas. Terimaka
Nadia dengan kerja kerasnya membuat kue yang terenak, dia tidak ingin mengecewakan Marvel di depan tamunya nanti. Dia juga semakin bersemangat dan ingin mengetahui penilaian dari teman kerja Marvel. "Kamu senang, Nadia?" tanya Marvel saat dirinya melihat Nadia yang begitu semangat mempersiapkan semuanya. "Iya, aku senang. Karena ini pertama kali aku membuat kue, dan yang akan memakan serta mencicipi kue-kue buatanku adalah orang penting semua. Aku berharap tidak akan membuat siapapun kecewa," jawab Nadia panjang lebar. "Kamu tidak usah khawatir, Nadia. Mereka pasti akan menyukai kue buatan mu, aku sendiri menyukai kue itu," puji Marvel. "Iya sih, Mas. Cuma setiap orang kan, mempunyai rasa yang tidak sama dilidah. Jadi sebisa mungkin aku membuat kue yang rasanya pas untuk semua lidah gitu," ucap Nadia dengan wajah yang masih bersemangat. Saat mereka tengah mengobrol, bel pun berbunyi, Marvel segera keluar dan membuka pintu. Nadia menjadi tegang, dia be
"Terimakasih, Mas. Berkat bantuanmu, banyak yang menyukai kue buatanku," ucap Nadia kepada Marvel."Sama-sama, semua ini karena memang kue buatanmu enak," ujar Marvel memuji.Semenjak Marvel mengundang rekan kerjanya, banyak sekali orderan kue yang datang. Nadia tampak bersemangat, dia juga tidak menyangka kalau kuenya akan diminati seperti itu. Rekan kerja Marvel juga semuanya memesan untuk camilan disaat mereka sedang bekerja, bahkan kuenya juga ingin mereka pesan untuk ditaruh di rumah mereka masing-masing. Ada kebahagiaan yang terpancar dari wajah Nadia saat pertama buatan kuenya diterima dan banjir orderan, Marvel juga tengah merasakan kebahagiaan yang Nadia rasakan."Jangan lupa, ya. Besok pagi aku pesan satu box," ucap Adinda salah satu rekan kerja Marvel."Baik," ucap Nadia. Nadia mulai mencatat semua pesanan yang datang, dia tidak ingin mengecewakan pelanggannya."Apakah kamu bahagia, Nadia?" tanya Marvel."Iya, aku bahagia. Semua i
Marvel tersenyum, senyumannya membuat Nadia menjadi tidak mengerti apa yang sebenarnya yang dia pikirkan kali ini."Kenapa Mas bengong saja?" tanya Nadia saat melihat Marvel terpaku."Hah... iya...," jawab Marvel."Aku mau tahu alasan nama dari kue ku, Mas!?" tanya Nadia."Oh... aku memberikan nama itu agar kuenya semakin laris saja, dan banyak yang akan menyukai kue buatanmu," jawab Marvel.Sangat disayangkan, ternyata Marvel mengutarakan isi hatinya hanya dalam khayalannya saja. Dia masih belum bisa memberanikan dirinya untuk mengakui semua yang ada dalam hatinya kepada Nadia, dia juga takut kalau Nadia akan menolak rasa yang dia miliki.'Aku harusnya mengatakan sejujurnya saja apa yang tengah aku rasakan, agar aku bisa selalu bersama Nadia,' gumam Marvel.Tidak ada kata terlambat, akan tetapi Marvel mencari waktu yang pas untuk mengutarakan semuanya. Dia juga ingin membahagiakan Nadia terlebih dahulu, karena kebahagiaan Nadia
"Aku juga tidak tahu kenapa mereka bisa keracunan, mereka sekarang masuk ke Puskesmas terdekat," jawab Marvel sedang kebingungan. "Bagaimana ini, Mas. Padahal aku sudah membuat kuenya seperti biasa, tidak ada tambahan bahan beracun di dalamnya," ucap Nadia. "Aku juga tahu, Nadia! Kita kan, sama-sama membuat kue itu," kata Marvel panik. "Apa yang seharusnya kita lakukan sekarang?" tanya Nadia. "Tidak ada cara lain, kita harus memberikan ganti rugi. Kalau tidak, mereka akan melaporkan kepada polisi," jawab Marvel. Mereka berdua pun bergegas untuk pergi ke Puskesmas, mereka berniat untuk meminta maaf atas kelalaian sekaligus berdamai dan memberikan ganti rugi. Sherina sengaja mereka titipkan kepada Zacky. Setelah sampai di Puskesmas, mereka dengan cepat mencari rekan kerja yang sakit akibat makan kue buatan Nadia. "Kamu harus bertanggung jawab!" hardik salah satu keluarga rekan yang sudah memesan kue. "Tenang saja, kami akan berta
"Apakah ini tidak terlalu berlebihan, Mas?" tanya Nadia saat sampai di restoran. "Tidak, Nadia. Kamu pesan saja apa yang kamu suka," jawab Marvel. Restoran itu begitu megah dan mewah. Lampu warna-warni dimana-mana, di setiap sudut juga begitu banyak bunga yang terpajang rapi. Restoran itu ramai pengunjung. Mulai dari kaula muda sampai keluarga bersama-sama. Selain itu, banyak juga yang bercumbu dengan mesra. Hati Nadia seketika senang dan bahagia dengan perlakuan Marvel. Wanita itu tidak menyangka, kalau suaminya akan seromantis itu. Nadia dan Marvel pun memesan makanan, dan juga minuman. "Kenapa kita harus duduk di tempat duduk ini, Mas?" tanya Nadia saat dia dan Marvel duduk di tempat yang sepi. "Aku sengaja memesan tempat ini, agar kamu bisa menenangkan diri," jawab Marvel. Nadia menarik napas dalam-dalam, dia ingin sekali menangis. Namun, air matanya sudah terasa kering. Rasa haru dirasakan oleh Nadia, dia berharap pernikahannya akan selalu ser
'Kemana mas Marvel ya?' tanya Nadia sembari melihat ke kiri dan ke kanan. Perempuan itu sudah selesai ke kamar mandi. Namun, perutnya masih terasa sakit. Dia mencoba menghubungi Marvel dan menanyakan keberadaan suaminya. Akan tetapi, belum juga ada balasan. Terpaksa, dia menunggu di samping mobil yang sedang terkunci. Matanya sudah tinggal beberapa watt lagi. Dia sudah tidak tahan menahan kantuknya. Selang beberapa menit, Marvel pun datang. "Maaf, sudah membuat kamu menunggu lama," ucap Marvel. "Tidak apa, Mas. Mas darimana?" tanya Nadia sembari mengucek matanya. "Ini obat untuk kamu, agar kamu tak diare lagi," ucap Marvel sembari memberikan sekantong kresek yang berisi obat. "Terimakasih, Mas." Marvel dan Nadia pun pulang. Mereka harus mengistirahatkan tubuhnya yang mulai capek. Sesampainya di rumah, merekapun merebahkan tubuhnya di kamar mereka masing-masing. ***Mentari kembali bersinar, seusai subuh. Nadia ketiduran lagi, sehingga sarapan pagi
"Dia hanya kawan lamaku, Mas," ucap Nadia. "Iya, aku tahu. Mau kawan lama atau kawan baru pun aku tidak suka jika dia laki-laki. Kecuali kalau perempuan, itu beda lagi!" seru Marvel. 'Apa mungkin, mas Marvel cemburu? Apa iya?" tanyanya dalam hati. Perempuan itu masih bingung dengan semuanya, dia tak berani menanyakan. Dia sudah menerka-nerka jawaban yang akan diberikan oleh Marvel. Setelah itu, Marvel pun tersenyum dan meminta maaf atas sikapnya. "Ayo, Ayah. Kita main ayunan!" ajak Sherina. "Iya, Nak." Marvel mengikuti Sherina, sebab anak kecil itu sudah menarik tangannya. Pun Nadia, dia juga ikut bermain bersama-sama. Saat bermain, Nadia kembali bertemu dengan sahabat sewaktu sekolah dulu. Namanya Zainab, dialah sahabat yang selalu ada untuknya dulu. Meskipun setelah itu mereka justru berpisah dan lost kontak. Di saat Zainab menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya. "Kamu tambah cantik, Nadia. Terakhir kita ketemu dua tahun silam, ya. Kalau tidak s
"Dulu, Bela wanita yang begitu baik. Kebaikan dan ketulusan yang ada padanya membuatku jatuh hati. Aku mengenal ia semasa SMA." Marvel memulai pembicaraan, Nadia tidak tahu maksud suaminya menceritakan mantan istri, Bela. "Dia, sangat cantik dan santun. Pertamaku bertemu saat masa mos di sekolah, aku yang menjadi panitia." ***Kisah Marvel dan Bela***"Kamu harus mencari daun tujuh rupa," ucap Marvel ketika menghukum Bela. Perempuan itu tak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan. "Selain itu, apalagi?" tanya Bela. "Sudah, itu saja!" Bela berlari mencari daun tujuh rupa dengan segera, sebab waktu hanya diberikan sepuluh menit. Mulai dari daun mangga, daun pepaya, daun kamboja, daun bunga mawar, daun sirsak, daun pisang, dan daun kelor. Semua dikumpulkan, beruntung sekolah itu memiliki taman yang luas. Jadi, tidak sulit untuk menyelesaikan hukuman yang diberikan. "Ini, Kak." Bela memberikan seluruh daun yang digenggam. "Bagus, dan waktu
Zacky merasa senang karena Nadia akhirnya mendapatkan surat cerai juga, itu tandanya wanita itu bisa didekati dan mungkin dinikahi.Setelah mengucapkan terima kasih pada tukang pos, Nadia masuk ke rumah dengan keadaan lemas. Sedangkan Zacky pamit pulang karena tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang tengah dirasakan. "Ternyata aku resmi juga bercerai, kenapa aku jadi sedih begini? Apakah aku merasa kehilangan?" pikir Nadia merebahkan tubuh di atas tempat tidur. Selanjutnya, dia berusaha untuk membuat dirinya sibuk agar bisa melupakan masa lalu serta bisa fokus dengan cita-cita yang diinginkan. Lain hal dengan Marvel yang masih sibuk mencari keberadaan Nadia. "Mas ngapain masih mencari keberadaan Nadia, Mas? Sudah jelas dia pergi tanpa pamit, sekarang ada surat gugatan cerai darinya." Bella memberikan sebuah surat pada sang Suami. "Aku tidak percaya Nadia akan menggugat cerai, Bella. Semua ini pasti hanya akal-akalan kamu saja 'kan?" hardik Marvel dengan sorot mata tajam."Sudah
Nadia pergi sejauh mungkin, meskipun tidak tahu harus ke mana. Tanpa membawa uang sepeser pun. Di perjalanan, dia bertemu dengan Zacky dan memberikan pertolongan."Kamu gak usah sungkan, Nadia. Aku membantumu dengan ikhlas, tidak mengharap apa pun," kata Zacky memaksa.Awalnya Nadia enggan menerima lima lembaran uang kertas berwarna merah yang diberikan Zacky. Namun, saat dia teringat kalau sedang butuh. Wanita itu pun menerimanya."Aku akan menerimanya, tapi semua ini aku anggap sebagai hutang. Sudah pasti, nanti aku bayar ketika aku memiliki pekerjaan dan gaji," kata Nadia menerima uang tersebut."Iya, terserah kamu saja. Yang terpenting, gunakan yang ini sebaik mungkin. Aku yakin, kamu pasti membutuhkannya." Mustahil jika Zacky melakukan semua tanpa pamrih, pria itu memang memiliki perasaan pada Nadia. Namun, tidak berani mengungkapkan karena mengetahui Nadia adalah istri dari temannya. Tidak ingin terlalu berlarut dalam perasaan yang dimiliki, Zacky memilih untuk pergi. "Alhamdul
Kepergian Bella tidak dicegah Marvel, membiarkan sang istri yang hamil pergi dari rumah. "Kenapa gak dikejar, Mas?" tanya Nadia meskipun ragu dan sedikit takut."Biarkan saja, nanti juga dia pasti kembali. Lebih baik, semua makanan ini diberikan kepada tetangga agar tidak mubazir begitu saja." Marvel memerintah. Nadia langsung membawa makanan yang sudah terbungkus untuk diberikan kepada para tetangganya. Siapa sangka, ketika dia membagikan makanan itu. Sebuah nyinyiran yang diterima oleh wanita berjilbab itu. Lagi-lagi dihina karena belum hamil, dikatakan mandul. Ada juga yang mengatakan kalau Nadia cuma wanita tidak tahu diri dan perebut suami orang. Betapa sakit hati Nadia, hingga dia pulang dengan deraian air mata."Kamu kenapa nangis? Siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Marvel tidak terima melihat sang Istri menangis."Mas, apakah kamu tidak ingin melepaskanku saja? Aku rasa, mbak Bella lebih membutuhkan Mas dari pada aku," ucap Nadia memberanikan diri. Dia sudah tidak sanggup
Pria mana yang tidak marah melihat istrinya digoda serta dirayu oleh teman sendiri, bahkan di depan mata. Jadi, emosi Marvel benar-benar meluap. Dia dengan cepat mengusir semua rekan kerja yang sudah mempermalukan Nadia."Aku undang kalian ke sini untuk merasakan apa yang aku rasakan, untuk tasyakuran bayi dalam kandungan istriku. Namun, apa yang kalian lakukan? Kalian tidak memiliki hati! Kenapa harus merayu istriku?" cecar Marvel penuh amarah."Salah sendiri punya istri dua. Bahkan aku mengira, wanita ini bukan wanita yang baik. Hanya menutup kegenitannya di balik kerudung saja. Makanya, aku suka mengganggunya." Farrel angkat bicara."Yang dikatakan Farrel benar. Kalau dia wanita yang baik, tidak mungkin mau jadi istri kedua," imbuh Tegar. Hinaan kembali diterima oleh Nadia, tapi wanita itu cuma bisa tertunduk malu tanpa perlawanan. Yang membelanya saat ini hanyalah Marvel. Sebuah tinju langsung mendarat pada pipi kedua rekan kerjanya yang paling menggebu-gebu menghina Nadia."Kel
Nadia sudah siap dengan pakaian yang sudah dibelikan Marvel sebelumnya. Pun Bella yang terlihat lebih cantik dari biasanya karena ada riasan tipis di wajah. Sherina tidak kalah manis, gadis kecil itu ternyata sudah mengenakan pakaian rapi. Namun, Marvel belum juga membersihkan diri dan masih bau keringat. "Kalian semua duduk dulu ya, aku mau siap-siap dulu!" pamit Marvel kepada semua rekan kerjanya."Wih, memang suami idaman. Untuk acara empat bulanan sang Istri saja mau repot-repot membantu di dapur," ledek salah satu rekan kerja bernama Ricko."Sebagai suami, memang sepantasnya begitu 'kan?" Marvel menyeringai. Kemudian, berlalu pergi untuk masuk ke kamar. Ketika langkah kakinya hendak masuk ke tempat beristirahat, Bella datang menghampiri. "Apa aku temui mereka sekarang juga, Mas?" tanya Bella dengan mengulum senyumnya."Gak usah, kamu nanti keluar sama aku saja. Sekarang, biarkan Nadia yang mengurus semuanya." Marvel tidak ingin Bella capek, jadi meminta istri pertama untuk sant
Di rumah lagi gak ada orang, hanya ada Bella seorang diri. Wajar saja kalau hati suasana hati menjadi tidak tenang. Dia semakin risau mengingat sang suami lebih memilih untuk bersama dengan madu dibandingkan dengannya."Sudah tahu aku sedang hamil, tapi mereka malah asik pergi bersama. Seolah-olah aku tidak pernah ada di rumah ini." Bella bermonolog dengan air muka yang kesal. Dia memilih untuk berselancar di sosial media, melihat konten yang ada. "Lihat saja nanti, kalau mereka tetap bersikap begini. Akan aku viralin saja si Nadia sebagai wanita yang suka merebut suami orang!" Ucapan Bella memang sering ngelantur sejak Nadia dan Marvel semakin dekat seperti perangko. Dia sudah memastikan, kalau sang suami pasti sudah mengutarakan isi hatinya.Tepat ketika menunggu hingga satu jam, suara canda tawa terdengar bersamaan dengan bunyi pintu rumah terbuka. Wanita yang saat ini sedang mengenakan daster berusaha untuk tidak peduli, masih fokus dengan gagdet yang ada dalam genggaman tanganny
Nadia mengurus Bella dengan baik, memberikan sebuah perhatian dan juga cinta kepada wanita yang sudah menjadi madunya serta bayi yang ada dalam kandungan Bella."Mbak, kalau butuh apa-apa, jangan lupa panggil aku. Aku mau menemani Sherina bermain dulu," pamit Nadia karena Bella yang terlihat santai duduk sembari menonton televisi."Kamu jangan pergi dulu! Ada hal yang ingin aku tanyakan padamu." Bella mencegah kepergian Nadia."Mau bicara apa, Mbak?" tanya Nadia sembari membenarkan posisi jilbabnya."Kenapa kamu mau berbuat baik padaku, sedangkan aku sudah berbuat jahat padamu." Bella menuntut sebuah alasan kebaikan Nadia."Karena aku sayang sama keluarga ini, Mbak. Juga Mbak." Nadia menjawab singkat."Itu artinya, kamu juga mencintai suamiku?" cetus Bella."Suami Mbak 'kan, suamiku juga." Nadia menjelaskan."Oh! Jadi, kamu sudah mencintai mas Marvel juga sekarang?" Bella bertanya penuh selidik."Enggak gitu maksudku, Mbak." Nadia berusaha menjelaskan, tapi tetap saja Bella tidak mau
Nadia pulang dengan mengucapkan ojek yang sedang mangkal di sekitar rumah sakit, dia pun pulang dengan selamat dan masuk ke rumah Marvel.Dengan langkah ragu, dia terus berjalan dan membuka pintu. "Dari mana saja kamu? Bukannya di rumah, malah keluyuran," ucap Marvel yang memang sengaja menunggu kepulangan Nadia."Maaf, Mas. Aku tadi menghadiri acara reuni," sahut Nadia dengan wajah tertunduk malu serta ketakutan yang luar biasa."Reuni? Kamu yakin itu reuni? Kamu sudah pintar mencari-cari alasan sekarang ya! Padahal, aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu lagi berboncengan dengan Zacky. Ternyata memang benar, kamu dan dia main belakang!" cetus Marvel."Aku boncengan sama dia cuma kebetulan saja, Mas." Nadia berusaha untuk menjelaskan."Kebetulan katamu? Aku tidak percaya, jangan-jangan ... kamu gak mengangkat teleponku juga karena lagi sibuk bersamanya, ya 'kan?" tuduh Marvel."Aku dan dia benar-benar tidak ada hubungan, Mas. Aku berani bersumpah, Mas." Nadia berusaha u
Nadia terlihat bahagia karena bertemu teman lama, teman semasa SMA. Saking senangnya, bahkan wanita itu tidak menghiraukan handphone yang terus berbunyi. Dia memilih untuk tidak mengangkat karena kemungkinan hanya akan menimbulkan permasalahan lagi."Kamu kegiatannya apa sekarang?" tanya Cinta yang merupakan salah satu teman Nadia."Aku sibuk kuliah saja." Nadia menjawab singkat. Tidak banyak yang dibicarakan oleh wanita yang merupakan istri kedua Marvel. Semua ditutupi secara rapat karena tidak ingin ada yang tahu tentang kehidupan yang dijalani. Kedekatan mereka masih terlihat jelas meskipun banyak yang datang membawa keluarga, tapi tidak membuat Nadia merasa iri atau apa pun itu. Bahkan, meskipun sama sesama temannya diledek. "Kenapa di umur segini kamu masih betah sendiri? Padahal kita semua sudah punya anak, bahkan ada yang punya tiga." Galang berbicara dengan nada suara yang keras."Iya, aku masih sibuk dengan kuliah," ucap Nadia yang sebenarnya mencari-cari alasan. Mereka me