Beranda / Romansa / Syahadat Cinta / Surat Kepastian

Share

Surat Kepastian

Penulis: Bia Baharda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dengan membaca basmalah Rania mengambil isi amplop berwarna cokelat itu, keadaan kamarnya sudah sepi. Marwah dan Syifa telah terlelap dalam mimpi mereka usai mengawasi belajar malam, dua ustazah senior lainnya sedang mengerjakan tugas kuliah. Pondok Al-Hikmah memang membolehkan ustazah tahun ke dua untuk kuliah di perguruan tinggi terdekat, meskipun memang berat karena harus bolak-balik pondok pesantren dan kampus, selain itu juga tugas yang diemban tentu saja lebih berat lagi, karena di samping harus mengajar juga harus mengerjakan tugas perkuliahan, namun mereka menjalani semuanya dengan ikhlas.

Assalammualaikum warrahmatullahi wabarakatu

Bagaimana keadaanmu di sana calon pendamping masa depanku?

Baru membaca baris pertama isi surat itu sudah membuat pipi Rania memanas, jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, kata-kata ‘calon pendamping masa depan’ pada pembuka surat itulah penyebabnya. Setelah berhasil mengkondisikan dir

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Syahadat Cinta   Arfan Ilham Awwab

    Sorot kekaguman terpancar pada setiap wanita yang bertemu dengan pria bernama Arfan Ilham Awwab, putra bungsu dari pemilik Pondok Pesantren Al-Hikmah. Kerupawanan pria yang akrab dipanggil Ilham itu memang tidak perlu diragukan lagi. Selama ini, banyak yang mengidolakan dirinya, teman-teman kampusnya, teman-teman organisasinya, bahkan para wanita yang baru melihatnya. Namun, pria itu tidak pernah menanggapi serius, ia menganggap teman pada semuanya. Belum ada satu wanita pun yang mampu mencuri hatinya.Jatuh cinta, tentu saja pria itu pernah merasakannya. Cinta pertamanya yang sekaligus kegagalan pertamanya. Saat lulus dari PM, dia dan teman-teman satu konsulat[1]nya mengadakan syukuran kelulusan, tidak hanya dari santri putra tapi juga putri. Mereka mengadakan syukuran itu di salah satu restoran di Bogor. Pada acara itulah Ilham bertemu dengan pujaan hatinya.Wanita itu memang tidak terlalu cantik, wajahnya sedikit bulat, bermata kecil, hidungnya mancung, dan warna ku

  • Syahadat Cinta   Jodoh untuk Ilham I

    Keputusan Ustaz Fahmi telah bulat untuk menjodohkan Ilham dengan salah satu anak teman dekatnya. Ia tidak ingin anak bungsunya itu benar-benar patah hati untuk kedua kalinya. Ustaz Thorik, kakak Ustaz Ilham berusaha menghentikan niat ayahnya, ia tidak ingin sang ayah memaksakan kehendaknya pada adik bungsunya itu. Namun, Ustaz Fahmi tidak goyah dengan pendiriannya, ia tetap ingin menjodohkan Ilham dengan anak temannya.Ustaz Thorik meminta agar sag ayah berbicara terlebih dahulu pada Ilham, namun ditolaknya. Ustaz Fahmi memutuskan melakukan perjodohan ini tanpa melibatkan Ilham, sontak saja hal tersebut membuat Ustaz Thorik ikut naik darah. Ia tidak ingin adiknya dipaksa menikah, ia ingin agar adiknya dapat menemukan tambata hatinya sendiri.Sebenarnya Ustaz Fahmi bukanlah orangtua yang suka membatasi pergaulan anaknya, selama ini ia selalu membebaskan anak-anaknya untuk memilih pasangan sendiri. Ustaz Thorik juga tahu itu, hal tersebut terbukti dari persetujuan Ustaz

  • Syahadat Cinta   Jodoh untuk Ilham II

    Usai menunaikan ibadah Salat Subuh berjamaah di dalam mushala rumah, Ilham, Ustaz Thorik, dan Ustaz Fahmi lari pagi di sekitar jalan raya. Ilham dan kakaknya berniat untuk mengatakan semuanya pada sang ayah.“Abi Ilham tidak bersedia untuk dijodohkan,” suara Ilham membelah keheningan di antara mereka, menghentikan langkah kaki Ustaz Fahmi seketika.Ustaz Fahmi berdehem beberapa kali, “Thorik kamu memberi tahu adikmu?” nada suaranya tidak menggambarkan kemarahan, namun sorot matanyalah yang memancarkan amarah.“Abi maafkan Thorik tapi abi harus mendengarkan Ilham terlebih dahulu,” Ustaz Thorik berusaha menjelaskan pada ayahnya.“Sudahlah abi tidak perlu mendengar penjelasan apa pun, keputusan abi sudah bulat kamu akan abi jodohkan dengan anak teman abi.”Ustaz Fahmi melanjutkan lari paginya dan meninggalkan dua putra kesayangannya.“Abi, Ilham sudah memiliki pilihan hati sendiri,” Il

  • Syahadat Cinta   Khumairah Faza I

    Suasana siang musim panas tidak menghalangi mahasiswa untuk belajar di luar ruangan universitas. Hal tersebut terbukti dengan masih banyaknya mahasiswa yang belajar di taman-taman depan kampus. Tak terkecuali pelajar asal Indonesia yang memiliki rambut sedikit ikal itu juga lebih memilih untuk mengerjakan tugasnya di salah satu bangku taman. Ia terlihat sibuk membolak-balik halaman buku yang dipegangnya, kemudian mencatatnya di dalam buku catatan yang ia letakkan di samping tempat duduknya.Tiba-tiba di tengah keseriusannya itu, seorang wanita berparas cantik dengan tinggi badan sekitar 170 cm yang sedang menggenakan setelan jilbab berwarna hijau muda dengan gamis berwarna senada datang menghampirinya.“Assalammualaikum,” ucap gadis berlesung pipi itu dengan ramah.“Waalaikum salam,” pandangan pria itu masih terpaku pada halaman buku di tangannya.“Kaifa khalukum[1] ya Ustaz?”

  • Syahadat Cinta   Khumairah Faza II

    Kini Ahda mulai dapat menebak kisah hidup wanita yang pernah dikaguminya itu atau bahkan masih dikaguminya. Namun, Ahda tetap diam, dia ingin mendengarkan cerita Faza hingga tuntas.“Aku tetap berusaha berpikir positif dan terus berdoa agar hasil dari pemeriksaan itu positif, namun takdir berkata lain, melalui pemeriksaan lanjutan itu, dokter menyatakan bahwa di rahimku memang terjadi peradangan. Hal itu benar-benar memukulku. Dokter memang tidak mengatakan bahwa aku tidak bisa memiki anak, tapi bagiku kenyataan itu sama beratnya,”Faza menghapus air matanya yang kembali luruh dengan tisu yang ia pegang, kemudia ia memandang Ahda yang masih duduk di sampingnya dan dengan khusyuk mendengarkan kisah hidupnya.“Kisah selanjutnya, pasti kamu bisa menebaknya,” Faza tersenyum, namun wajahnya masih diliputi kesedihan, matanya memancarkan luka.Ahda nampak berpikir beberapa saat kemudian dengan hati-hati mulai berbicara, “Kamu mengat

  • Syahadat Cinta   Khumairah Faza III

    Faza tertawa kecil sebelum menyetujui permintaan Ahda karena melihat tingkah sahabatnya yang tidak berubah, “Baiklah aku akan mentraktirmu, mau pergi sekarang?”“Tentu saja, ayo aku sudah sangat lapar karena mendengar semua kisah hidupmu itu,” Ahda berusaha menggoda sahabatnya agar Faza kembali tersenyum.“Baiklah, baiklah ayo pergi!”Faza berjalan kembali ke tempat duduk untuk mengambil tasnya, begitu pula dengan Ahda, ia membereskan buku-buku dan peralatan tulisnya yang berada di atas kursi.“Tolong jangan pernah merahasiakan apa pun dariku lagi, jika kau memang masih menganggapku sahabat baikmu, bagilah duka dan kesedihanmu padaku,” di sela-sela Ahda membereskan bukunya ia kembali berbicara.“Maafkan aku Ahda, aku hanya tidak ingin membuatmu atau keluargamu ikut merasa sedih dengan masalah yang menimpa kelurgaku,” gadis itu kembali terisak.Ahda kembali menatap gadis di sampingny

  • Syahadat Cinta   Sahabat Lama I

    Setelah menghabiskan waktu sepanjang siang dengan mengenang masa-masa ketika mereka masih kanak-kanak, Ahda mengajak Faza untuk menunaikan ibadah Shalat Ashar di masjid terdekat. Gadis itu menyambut dengan senang hati ajakan Ahda. Mereka pun pergi bersama-sama menuju masjid.Usai Shalat Ashar berjamaah di masjid, Ahda meminta Faza untuk mempertemukannya dengan Umi Fatimah, ibunda Faza. Ahda juga merasakan rindu pada wanita yang telah dianggapnya seperti ibunya sendiri. Gadis berlesung pipi itu dengan senang hati membawa Ahda ke rumahnya untuk bertemu dengan sang ibunda tercinta.“Kalau kamu kuliah atau pergi umi di rumah dengan siapa?” Ahda bertanya pada Faza ketika berada di dalam bus kota, kendaraan menuju rumahnya.“Ada orang yang jaga, ada yang bantu-bantu urus rumah juga, jadi umi tidak sendirian,” gadis itu berucap sambil menerawang ke lantai bus.Tiba-tiba air mata gadis itu kembali menetes, setetes, dua tetes, hingga akhirn

  • Syahadat Cinta   Sahabat Lama II

    Sepanjang perjalanan menuju flat tempat tinggalnya Ahda masih memikirkan tentang kehidupan Faza. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa beban yang ditanggung oleh sahabatnya itu selama ini begitu berat. Semua penilaiannya selama ini salah. Ahda selalu menganggap bahwa Faza telah melupakannya karena hidup bahagia dengan suaminya, padahal sejatinya Faza berada dalam kesulitan. Ia merasa begitu buruk di hadapan Faza. Di saat Faza kesusahan, dirinya tidak dapat berbuat apa-apa, padahal mengaku sebagai sahabat. Beribu penyesalan bersemayam pada dirinya.Ahda sangat berharap dapat menghapus segala duka yang dirasakan sahabatnya itu. Dadanya merasa sesak ketika menyaksikkan wanita keturunan Pakistan itu menangis tersedu-sedu. Andai Ahda bisa, sangat ingin ia tanggung seluruh rasa sakit yang dirasakan Faza.Hingga tiba di kamar flatnya, Ahda masih terus memikirkan tentang Faza dan ibunya. Dia berusaha menghapus bayangan tentang Faza dalam pikirannya, namun gagal. Setelah sekian

Bab terbaru

  • Syahadat Cinta   Epilog

    “Rania tunggu,” Robert tiba-tiba memanggil Rania yang telah berada beberapa langkah di depannya. “Ada apa Em?” Rania menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Robert. Rober pun berjalan mendekat ke tempat Rania berdiri. “Akar dan batang adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan, tanpa akar tumbuhan akan mati, begitu pula tumbuhan bila tanpa batang bagaimana mungkin ia akan ditumbuhi daun, yang akan terjadi adalah akar yang mengering. Adibah Rania Zahara, aku ingin kita menjadi seperti akar dan batang yang saling menguatkan, yang hidup saling melengkapi, saling menyempurnakan satu dengan lainnya. Rania maukah dirimu menjadi matahari di siang ku dan bulan di malam ku. Aku memang bisa hidup tanpamu, namun aku tidak sempurna tanpamu, seperti langit yang tak akan sempurna di siang hari tanpa matahari dan bulan bintang di malam hari, begitulah diriku tanpamu.” Rania tidak pernah menyangka akan mendengar kata-kata indah tersebut dari Robert. Ia masih m

  • Syahadat Cinta   Perjalanan Cinta

    Rania dan keluarganya segera kembali ke rumah mereka. Faza dan Ahda yang datang ke acara wisuda Rania juga ikut ke rumah Rania. Mereka ingin menikmati kesejukan udara kebun teh. Rania sangat bahagia karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang disayanginya. Meski sempat kesal karena Robert menjahili dirinya, tetapi sesungguhnya gadis itu merasa sangat senang karena pria bermata hazel itu telah memberinya kejutan yang benar-benar mengejutkan.“Jadi, setelah ini kamu mau lanjut S2 atau menikah Ran?” Faza membuka percakapan di dalam mobil. Saat itu Rania, Robert, Ahda, dan Faza berada dalam satu mobil milik Ahda. Rania duduk bersama Faza di kursi belakang sedangkan Robert duduk di kursi penumpang sebelah kursi kemudi mobil yang dikemudikan oleh Ahda.“Kak Faza ini bisa saja. Mau menikah dengan siapa kak? Lagi pula tidak ada calon,” Rania merasa malu dengan pertanyaan itu.“Memang benar tidak ada calonnya? Jangan bilang kamu masih belu

  • Syahadat Cinta   Sajak

    Hari berlalu begitu cepat, tanpa terasa Rania akhirnya dapat menyelesaikan studinya dalam waktu tiga setengah tahun. Keluarganya merasa bangga atas apa yang telah dicapai oleh gadis itu. Kerja keras dan usaha yang dilakukannya selama ini akhirnya berbuah manis, ia dapat menyelesaikan kuliahnya lebih cepat dari kebanyanyakan teman-temannya.Banyak hal yang telah terjadi dalam kehidupan Rania dalam tiga setengah tahun terakhir ini. Ia menemukan teman-teman baru yang tentu saja sangat berbeda dengan kepribadia anak-anak pesantren. Mereka berasal dari sekolah yang berbeda-beda, suku berbeda, agama berbeda, dan sifat yang berbeda-beda pula. Namun, gadis bermata teduh itu sangat menikmati segala perbedaan yang ia rasakan.Bukan hanya tentang kehidupan pertemanan saja yang ia temui, tentang percintaan pun ia mengalami. Meskipun bukan Rania yang merasakan cinta. Banyak teman laki-lakinya baik dari jurusan yang sama maupun dari jurusan yang berbeda berusaha mendekati Rania bahk

  • Syahadat Cinta   Emier Reza Alfadi

    Matahari musim panas terasa begitu menyengat membakar kulit, gadis Sunda itu sebenarnya sudah terbiasa dengan udara panas karena ia hidup di negeri tropis, tapi baginya udara dan matahari musim panas di London tetaplah berbeda dan membuatnya merasa terbakar.“Kamu bilang tidak suka berada di luar rumah saat musim panas lalu kenapa sekarang kamu berada di sini,” Rania menatap pria di sampingnya yang sedang membersihkan tumbuhan-tumbuhan mati.“Rania, ini masih di dalam rumah, ya meskipun memang tidak beratap, tapi bagiku ini masih kawasan dalam rumah,” ucap pria itu tanpa mengalihkan pandangannya dari batang-batang kering yang ia kumpulkan.“Ah, sudahlah bicara denganmu membuatku selalu terlihat salah,” Rania merasa kesal.Robert menghentikan gerakan tangannya mengumpulkan tumbuhan kering dan memandang ke arah Rania.“Rania, maksudku tidak senang pergi keluar rumah itu, sepetti ke pantai, climbing,

  • Syahadat Cinta   Awal Sebuah Kekaguman

    Rania tersenyum pada Robert, “Maaf aku jadi bercerita panjang lebar, padahal harusnya aku hanya menjawab masih atau tidak.”“Tidak Rania, aku senang mendengarkan jawabanmu itu. Aku senang mendengarkan ceritamu,” Robert tersenyum menyakinkan Rania.“Baiklah sudah cukup cerita tentangku. Aku yakin nenek juga pasti sudah banyak bercerita tentang aku, sekarang giliran kamu, aku sama sekali tidak tahu tentang dirimu.”“Eits, tunggu dulu, kamu belum mengatakan jawaban yang diberikan oleh Allah apa atas Shalat Istigharah yang kamu lakukan.”“Allah memberiku petunjuk melalui mimpi dan dari mimpi itu aku memantapkan hatiku untuk tidak melanjutkan hubunganku dengan Ustaz Ahda.”“Memangnya apa mimpimu?” Robert bertanya dengan penuh antusias.“Rahasialah.”“Ah Rania, kamu ini membuatku penasaran. Mimpi tentang apa memangnya?” Robert mendesak Rania untu

  • Syahadat Cinta   Awal Segalanya

    Malam hari, usai menjalankan Salat Isya berjamaan dengan Nenek Ainun dan Robert, Rania pun mengutarakan niatnya untuk pulang ke Indonesia pada sang nenek. Sontak saja hal tersebut membuat Nenek Ainun terkejut, pasalnya cucu tercintanya itu baru dua hari menginjakkan kaki di London, tapi sudah ingin kembali pulang ke Indonesia.Nenek Ainun menentang keputusan Rania, ia meminta cucunya untuk setidaknya menetap selama satu minggu lagi. Namun, Rania tetap menolak, ia menjelaskan kepada sang nenek alasan dia harus secepatnya kembali ke Indonesia. Nenek Ainun tetap tidak menerima alasan tersebut. Robert juga membantu Rania menjelaskan pada sang nenek, tetapi perempuan 67 tahun itu tetap tidak menerima. Ia menyuruh agar Rania melepaskan universitas yang menerimanya dan sebagai gantinya Nenek Ainun akan mendaftarkan Rania di London. Namun, dengan lembut gadis bermata teduh itu menolak keinginan sang nenek.“Rania janji Nek, suatu hari nanti Rania akan datang ke sini dan

  • Syahadat Cinta   Puisi dari Seberang

    “Wau, kamu benar-benar susah ditebak ya,” Rania memberikan tepuk tangan ketika Robert mengeluarkan kue bolu yang dibuatnya dari dalam oven.“Maksud kamu?”“Ya aku kira kamu seorang pebisnis yang tidak suka pergi ke dapur atau melakukan pekerjaan wanita seperti ini, tapi ternyata aku salah sangka, bahkan kue buatan mu lebih bagus dari kue milik ku,” Rania memandang dua kue yang ada di atas meja dapur.“Bagus di luarnya belum tentu enak kan, siapa tahu kue milikmu lebih enak,” Robert berusaha membesarkan hati Rania.“Em iya juga sih, tapi menurut ku kue milikmu juga lebih enak” Rania memandang kue miliknya dengan pandangan aneh.“Kalau begitu kita buktikan saja dulu.”Robert memotong kue miliknya dan mencicipinya, begitu pula dengan Rania. Namun, baru mengunyah kue miliknya, Rania langsung berlari ke washtafel dan memuntahkannya

  • Syahadat Cinta    Kesan Lain

    Usai mandi dan sarapan Rania memilih untuk menonton televisi di ruang keluarga tanpa disangka Robert pun sedang berada di ruang keluarga, namun pria itu tidak sedang menonton siaran televisi, ia sedang memandangi layar laptop miliknya.“Kamu sedang apa?” Rania menyapa Robert.“Eh kamu Ran, sejak kapan di situ.”Rania memutar bola matanya kesal, “Robert,,,Robert aku tanya apa kamu jawab apa,” keluh Rania.“Iya,,,iya aku dengar kok pertanyaan kamu. Aku sedang mengecek laporan kantor dari sekertarisku.”“Oh begitu, pantas saja serius banget. Kalau aku nonton tv terganggu atau tidak?”“Tidak kok, tonton saja ini sebentar lagi juga selesai.”Rania pun mengambil remot tv yang tergeletak di atas meja. Gadis itu terus memencet-mencet tombol remot untuk mencari saluran yang menarik, namun tidak juga mendapatkan siran yang menarik. Robert menyadari bahwa R

  • Syahadat Cinta   Sang Pengganggu

    Rania terbangun ketika mendengar Adzan Subuh dari hp miliknya. Dengan mata yang masih setengah tertutup ia melihat jam dinding yang terpajang di dalam kamar yang ditempatinya. Rania berjalan dengan gontai menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri dan mengambil air wudu.Usai menyelesaikan urusannya di dalam kamar mandi, Rania pun mengambil mukenahnya yang diletakkan di atas sofa kamar, ketika Rania sedang menggelar sajadahnya, tiba-tiba seseorang mengetuk pitu kamar tidurnya.“Rania, kamu sudah bangun sayang?” suara Nenek Ainun menyertai ketukan tersebut.Rania menggeletakkan sajadahnya yang belum tergelar dengan sempurna begitu saja, kemudian berjalan kearah pintu kamar. Ia membuka pintu itu dengan perlahan, sosok Nenek Ainun yang sedang menggunakan mukenah berdiri tegak di balik pintu.“Nenek,,,” Rania tersenyum melihat sang nenek.“Kamu sudah salat Rania?” Nenek Ainun memperhatikan cucunya dari kepala hingga k

DMCA.com Protection Status