Bab 35: Badai Fitnah Bakal Bermula.
Suasana pesta pernikahan yang diadakan di hotel lima bintang kelihatan sangat meriah dengan kehadiran ramai tetamu yang memegang status tinggi dan memiliki kekayaan di atas rata-rata. Tetamu yang hadir turut membawa hadiah yang sudah pasti nilainya mahal dan eksklusif.
Rizky menapak perlahan menuju ke aula hotel lima bintang yang penuh dengan tetamu VIP dan puluhan wartawan cetak. Dia turut membawa hadiah buat mantan tunangannya itu. Hadiah yang tidak seberapa tetapi mempunyai nilai sentimental terhadap dirinya. Biarpun Rizky mengetahui satu kenyataan pahit yaitu kehadirannya akan mengundang sinis dan berita hangat dari para wartawan dan pihak media, dia tidak peduli sama sekali. Karena niatnya hanya satu yaitu dia mahu meraikan hari bahagia Hani dan Arvin dengan lapang dada. Dia tidak mahu ada dendam mahupun benci terhadap mereka berdua lagi. Cukuplah segalanya berakhir di sini. Rizky teBab 36: TerjebakPagi menggantikan malam. Rizky baru keluar dari kamar mandi. Setelah sholat Subuh, dia tidak tidur semula. Dia terus membuka situs (web portal) berita online untuk melihat apa-apa berita berkaitan dengan dirinya karena baru semalam dia berikan rekeman video dan info penuh tentang diri Safiyya kepada Pak Gunawan.Bibir Rizky menyeringai sinis saat dia melihat banyak berita mengenai pertunangannya dengan Safiyya. Malah, beberapa situs berita online turut menunjukkan gambar Safiyya dan rekaman video lamaran Rizky pada Safiyya di Pantai Ancol. Tak lupa juga, situs berita turut menyebut Safiyya sebagai anak konglomerat terpandang di Malaysia karena bapa dan abangnya memiliki perusahaan gergasi di beberapa buah negara."Sekarang, kita tunggu dan lihat bagaimana reaksi kamu dan keluargamu, Fiya. Apa kamu masih nekat untuk tetap menolak lamaranku?" desis Rizky.****"Papa, Papa!" teriak Jasmine kepada Papanya den
Bab 37: Kemarahan VivianPintu ruangan kerja Safiyya terbuka luas dan kelihatan satu sosok tubuh berdiri di depan pintu dengan raut wajah penuh amarah dan rambut yang tidak terurus membuatkan kerja Safiyya terhenti."Apa kau sudah gila, Fiya?" Ucap Vivian separuh berteriak.Vivian menutup pintu kamar dan berjalan menuju ke meja kerja Safiyya."Shhh. Perlahankan suaramu itu, Vivy." Rayu Safiyya.Safiyya memijit dahinya. Kepala dan otaknya sudah sakit karena terlalu banyak berpikir. Dia sudah tidak tahu bagaimana lagi untuk menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Dan sekarang, Vivian datang ke ruangan kerjanya hanya untuk melampiaskan kemarahan terhadap dirinya."Apa benar kau sama Rizky sudah bertunangan? Ada satu video tular (viral) di media sosial dan itu video Rizky sedang melamar dirimu, Fiya!" desak Vivian.“Iya, aku tahu Vivy. Aku juga tidak tahu bagaimana video itu menjadi p
Bab 38: Terpaksa Berbohong.Safiyya duduk berhadapan dengan orang tuanya dan Abang Mikail. Mereka berempat berada di ruangan khas keluarga untuk berbincang mengenai masalah Safiyya dan Rizky. Safiyya yang merasa bersalah hanya mampu menundukkan kepalanya dan matanya menekur permaidani yang dibeli Umi Hafizah dari negara Turki."Kenapa Fiya tak beri tahu pada Umi bahawa Rizky melamar Fiya untuk menjadi istrinya? Jika Fiya beri tahu pada Umi dan Abah, masalah ini tidak akan muncul. Fiya dan Rizky juga tidak akan dihujat oleh netizen di media sosial," kata Puan Sri Hafizah. Suara lembut wanita itu berhasil memecah suasana sunyi setelah mereka berempat berdiam diri selama lima menit."Fiya tidak bermaksud untuk merahsiakan perkara ini dari pengetahuan keluarga. Fiya tak tahu bagaimana cara yang tepat untuk memberi tahu Umi dan Abah. Fiya mohon maaf pada Umi dan Abah jika perkara ini sudah menjatuhkan air muka keluarga
Bab 39: Godaan Rizky.Langit malam di Jakarta penuh dengan bintang dan bulan yang bersinar terang. Rizky sedang bermain gitar di taman bunga di rumah orang tuanya. Tangannya ralit memetik tali gitar dan baru saja bibirnya ingin menyanyikan sebuah lagu, ponselnya berdering keras dan ada satu panggilan telepon tertera di layar ponselnya."Siapa sih? Mengganggu aja," sungut Rizky dengan sebal karena waktu istirahatnya diganggu.Lelaki itu melihat layar ponselnya. Tertera nama dan nomor Safiyya, bakal istri halalku. Seringai sinis bersalut dingin terus tersungging di bibirnya. Rizky hanya membiarkan panggilan telepon dari Safiyya sehingga deringan ponselnya terhenti. Namun, sekali lagi ponsel Rizky berdering keras. Akhirnya, Rizky mengalah dan dia menjawab panggilan tersebut."Iya, ada apa wahai tunanganku yang tercinta? Aku lagi sibuk nih," bicara Rizky dingin."Jangan boh
Bab 40: Putra Kodok Panggil Hujan.Rizky menghabiskan sisa-sisa tawanya dengan hati senang. Dia sangat gembira karena berhasil membuat Safiyya merasa sebal padanya. Entah kenapa, dia suka sekali mendengar suara dan melihat wajah kesal gadis itu. Benar-benar satu hiburan pada diri Rizky. Apa dia sudah gila? Tidak, dia masih waras. Rizky tersenyum manis secara tiba-tiba. Atau mungkin dia menjadi gila semenjak dia bertemu kembali dengan Nur Safiyya di Jakarta?Sejak enam tahun yang lalu, dia sudah tertarik dengan gadis bertubuh langsing dan tinggi itu. Hanya saja waktu itu dia memilih untuk menjadi pria paling bajingan buat Safiyya dengan meninggalkan gadis malang itu di Bristol tanpa kabar berita apa pun.Rizky kembali memetik tali gitar dan mula menyanyikan satu lagu. Lagu yang pernah dia nyanyikan buat Safiyya pada enam tahun lalu yaitu Menunggumu. (Penyanyi: NOAH *dulu dikenal sebagai band Peterpan)
Bab 41: Pertemuan Keluarga.Hari yang dinantikan keluarga Tan Sri Ibrahim telah tiba. Mobil mewah yang membawa keluarga Tuan Syahputra Wijaya berhenti di halaman rumah agam keluarga Tan Sri Ibrahim. Tan Sri Ibrahim segera keluar dari rumahnya menuju ke mobil dengan langkah kaki tergesa-gesa. Wajahnya kelihatan berseri-seri penuh gembira. Tuan Syahputra Wijaya pula segera keluar dari perut mobil untuk menyapa bakal besan yang dia tidak pernah kenal yaitu Tan Sri Ibrahim.Sebetulnya, Tuan Syahputra Wijaya sering mendengar tentang kehebatan perusahaan Tan Sri Ibrahim tetapi dia belum pernah bertemu muka dengan lelaki itu karena Tan Sri Ibrahim tidak pernah menghadiri mana-mana pesta bisnis. Hanya putranya, Mikail yang sering memenuhi undangan sebagai wakil ayahnya itu.Namun, langkah Tan Sri Ibrahim dan Tuan Syahputra Wijaya terhenti secara tiba-tiba saat netra mereka bertemu pandang antara satu sama lain. Mata
Bab 42: Segalanya Sudah Terlambat.Mikail sedang duduk di kafe sambil menyedut Chocolate Cream Frappuccino. Pria itu melihat jam tangannya. Baru jam 1 petang. Setelah menunggu selama sepuluh menit, akhirnya Zafril muncul di hadapannya."Mika! Maaf, Bro. Aku terlambat. Ada hal kerja," ucap Zafril sebelum duduk di hadapan Mikail."Tak apa. Aku tahu kau sibuk. By the way, kenapa kau nak jumpa dengan aku? Atau kau nak bincang tentang projek baru?" Soal Mikail bertalu-talu."Bertenang, Bro. Aku nak jumpa kau sebab aku nak bincang tentang Safiyya," jawab Zafril dengan ragu."Oh, aku pikir kau nak bincang pasal kerja. Ha, kau nak cakap apa tentang adik aku itu?" Tanya Mikail dengan serius."Sebenarnya aku nak hantar rombongan keluargaku untuk meminang Safiyya. Itu pun, jika kau izinkan," kata Zafril dengan tenang.&nb
Bab 43: Bagai Sang Bidadari Menunggu Sang Putra.Safiyya berjalan di antara Bunda Yasmin dan Umi Hafizah. Mereka segera masuk ke butik pengantin yang terkemuka di Kota Jakarta. Mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia ketika memilih busana pengantin muslimah buat Safiyya."Yasmin, gaun labuh ini menurutku sangat sesuai untuk Safiyya. Apalagi acara resepsi mereka berkonsepkan private garden party. Aku yakin, Safiyya akan kelihatan sangat cantik jika memakai gaun pengantin ini," ucap Puan Sri Hafizah dengan riang sembari menunjukkan satu gaun pengantin berwarna putih dengan butiran manik halus menghiasi gaun tersebut di bagian leher, lengan dan dada.Bunda Yasmin menghampiri Puan Sri Hafizah lalu dia melihat gaun pengantin itu."Iya, Izah. Saya juga merasa gaun pengantin ini cocok sekali buat Safiyya," setuju Bunda Yasmin. Ia juga kagum dengan kecantika
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 90: TerusirBRAKK!Tubuh Safiyya menegang sewaktu dia mendengar bunyi pintu kamar tidur dibanting dengan keras. Dia baru saja selesai berdoa setelah menunaikan salat Isya. Rizky langsung melabuhkan tubuh di atas ranjang. Matanya tajam merenung langit-langit kamar. Dadanya turun naik saat menarik dan membuang nafas.Selepas melipat dan meletakkan mukena di lemari, Safiyya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di samping Rizky yang masih berbaring. Wajah suaminya terlihat gusar dan urat lehernya bahkan terlihat jelas. "Ada apa kamu ke mari, Riz?" Perlahan Safiyya membuka bicara. Rizky bangkit dari pembaringan. "Kenapa? Kamu tak suka melihatku datang? Apa kamu menyembunyikan laki-laki lain di sini?"Tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan Rizky berhasil merobek hati Safiyya. "Aku bukan seperti kamu yang tak bisa menjaga hati, Riz. Langsung saja ke intinya. Tak usah bertele-tele."Rizky mendesah berat. "Hani keguguran.""Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un. Terus kondisi Hani se
Bab 89: Mengemis Restu Bunda"Keluar. Aku jijik melihat wajahmu," cerca Vivian seraya melempar bantal ke arah Roby. Jemarinya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya. "Duh, Sayang. Ternyata kamu masih galak seperti dulu." Roby terkekeh senang. "KELUAR!" Roby masih bergeming. Bibirnya mengukir senyuman mengejek. "Apa kamu lupa isi perjanjian kita? Kamu akan memuaskan dahaga batinku selama satu jam jika aku berhasil membujuk Tante Rafedah untuk membeberkan rahasia pernikahan siri Rizky dan Hani kepada Bunda Yasmin. Wanita tua itu bersetuju dan semuanya berjalan mulus. Kamu harus ingat, Vi. Aku sudah berhabis banyak uang semata-mata untuk membantumu." Nada suaranya terdengar dingin. Mata Vivian mendelik. "Membantuku? Yang benar saja. Kau sendiri tahu kalau aku melakukan ini demi Safiyya. Dia dalam kesusahan gara-gara ulah Rizky yang tak mau bercerai secara baik-baik. Fiya juga tak bisa mengurus gugatan cerai karena Mikail sialan itu tidak mau keluarga mereka dan keluarga Wij
Bab 88: Amarah Bunda YasminTiga bulan kemudian. Safiyya merenung mata Adit dengan tatapan tak percaya. "Apa benar—" Bicara Safiyya terhenti. Wanita itu menghembus nafas pelan. Dia masih tak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. Sementara itu, raut wajah Adit terlihat datar biarpun hati laki-laki itu diterpa rasa bersalah yang teramat sangat. Mau tak mau, dia terpaksa memberitahu kabar ini pada Safiyya sebelum wanita itu pergi ke pengadilan agama untuk memproses gugatan cerai."Benar, Fiya. Hani sedang hamil anak Rizky. Kandungannya sudah masuk tiga minggu."Safiyya bergeming. Lelucon apakah ini? Kenapa dia harus mendengar berita ini di saat hatinya sudah mantap dan dirinya sudah kuat untuk menggugat cerai dari Rizky? Safiyya tertawa kecil tetiba. Sesungguhnya dia mentertawakan nasibnya yang malang. Seketika, dia merasa cemburu dengan kebahagiaan keluarga kecil Rizky dan Hani. Tidak! Dia tidak boleh lemah apalagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Dia harus terima
Bab 87: Istri Kedua Rizky IqbalHani menyentak tangannya dari genggaman jemari Rizky ketika mereka sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Raut wajahnya terlihat bengis."Kenapa kamu maksa aku keluar? Aku belum selesai bicara dengan wanita munafik itu, Rizky!""Cukup, Hani. Aku tidak suka kamu marah-marah seperti ini. Aku memaksamu keluar karena aku tidak mau kalian terus-terusan bertengkar. Kamu sendiri lihat bagaimana kondisi Safiyya barusan. Kepalanya terluka! Kalau kesehatannya memburuk gara-gara kamu, papa dan bunda tidak akan pernah mau menerima kamu sebagai istriku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Rizky bersungguh-sungguh."Terus, bagaimana bisa kamu dan Safiyya berciuman? Apa kamu kembali suka padanya? Sadar, Rizky! Orang yang kamu cinta dan sayang itu hanyalah aku. AKU!" Hani membentak keras."Ciuman itu hanya sandiwara Safiyya semata-
Bab 86: Kotak Ingatan Yang TerbukaVivian sedang duduk di atas kursi lipat dengan santai sambil melihat dua jasad tanpa roh terbakar di hadapannya.Api telah memakan sekujur badan dua pria malang yaitu Black Ring dan Blue Ring. Asap mengepul ke udara lalu ditiup angin. Vivian sama sekali tidak khawatir karena kawasan terpencil ini terletak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jadi, tidak ada siapa pun yang akan memergokinya."Bagaimana bisa kalian menjadi pembunuh yang idiot? Benar-benar menjengkelkan. Blue Ring, seharusnya kau berusaha sebaik mungkin untuk melukai Safiyya agar permainan ini makin menyenangkan. Setelah itu, aku bisa menghancurkan Sarah. Malangnya, kau hanya psikopat bodoh yang dibutakan kesenangan sesaat. Yah, kau pantas mati dengan cara memalukan
Bab 85: Blue RingSetelah mendengar kabar duka tentang kematian Arvin Rafael dari Jasmine, Safiyya langsung bergegas mengajak Adit mencari tiket penerbangan ke Surabaya. Berkat bantuan Tuan Syahputra Wijaya, Safiyya dan Adit berhasil mendapatkan tiket pesawat.Tiba di bandara, seorang sopir pribadi menjemput mereka dan membawa mereka ke permakaman.Safiyya yang duduk di kursi mobil bagian penumpang berkali-kali menyeka air matanya menggunakan saputangan berwarna merah muda. Sejujurnya, amat sukar untuk dia menerima kabar kematian Arvin yang menurutnya sangat tiba-tiba."Relakan Arvin, Fiya. Dia telah berpulang ke alam baka. Rahasia rezeki dan ajal seseorang hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Ak
Bab 84: Berpulang ke Alam BakaMobil Arvin membelah jalan raya dengan kelajuan maksimal. Angin malam menerobos masuk jendela mobil yang sengaja dibiarkan tidak tertutup.Pria berwajah tampan itu berkali-kali mengesat air matanya tetapi cairan bening itu semakin buas menodai pipi.Dia memijit kasar pelipisnya ketika merasa kepalanya berdenyut sakit."ARGHHH! Dasar pelacur kotor! Hani, kau tunggu saja pembalasan Tuhan. Baik di dunia dan di akhirat kelak kau tidak akan pernah merasa bahagia!"Seakan belum puas melontarkan amarah, Arvin lantas memukul setir mobilnya kuat-kuat.