Pria itu lalu melerai pelukan dari keponakannya sendiri dan kembali menatap wajah imut Ayu lebih dalam.“Sayang, alhamdulillah Om bisa bertemu dengan kamu,” ucapnya dengan bahagia.“Maksudnya, Om bukan papah Ayu tetapi wajahnya Om sama dengan Papah Ayu,” jelasnya bingung.“Iya Non, beliau ini adalah saudara kembarnya Papahnya Non Ayu namanya Om Suratmin,” jelas Mbok Jum semringah.Seketika semuanya terkejut karena wajahnya begitu mirip dengan Suratman. Pak Arlan yang tadi sempat terkejut dan panik tiba-tiba merasa lega karena bukan Pak Suratman bosnya di kantor.“Apa, yang benar saja ternyata wajah Suratman seperti ini, terlalu tampan untuk dinikmati,” ucap Bu Stela dalam hati.“Jadi maksudnya Om adalah Om Ayu, tetapi Mbok Jum atau papah dan mamah nggak pernah cerita kalau Ayu punya Om yang mirip wajahnya dengan papah,” celetuknya bingung.“Nanti Om ceritakan ya Sayang, soalnya Om baru pulang dari luar kota, dan baru pulang, dan sekarang Ayu nggak boleh sedih lagi, kan sudah ada Om di
“Bagaimana pendapat kalian?”“Sudah saya bilang pasti ada sesuatu yang salah, saya tahu kalau Ayu tidak akan melukai orang karena dia anak yang baik.”“Walaupun dia hanya diasuh oleh Mbok Jum, itu sudah membuktikan kalau didikannya tidak salah, belia mampu membuat karakter Ayu tidak membuat menjadi nakal seperti anak kalian yang katanya sayang.”“Bagaimana Pak Arlan, Bu Stela, kalian sudah dengarkan apa yang dikatakan putri kalian, apa begini cara didikan kalian?”“Ternyata kalian memanfaatkan orang tua Ayu untuk bisa mengambil keuntungan juga dan ini tidak bisa dibiarkan.”“Katakan Kania, apakah orang tuamu yang menyuruh kamu berbuat seperti ini atau hanya inisiatif kamu saja bersama teman-temanmu?”“Jangan berbohong Kania, ingat jika kamu berkata jujur tidak akan membuatmu rugi, dan kamu bisa mendapatkan pahala karena kamu bukan anak pembohong,” jelas Suratmin.“Sebenarnya ... sebenarnya Om, Ma ... mamah yang menyuruh Kania, dan Mamah mereka juga begitu Om, makanya nggak salah dong
Terus kenapa Om nggak pernah ke rumah Ayu?” “Jangan bilang kalau Om dilarang untuk bertemu Ayu, iya kan?” selidik Ayu cemberut.“Ayu, kamu masih terlalu kecil untuk memahami semuanya, kelak jika kamu dewasa kamu akan mengerti.”“Satu hal yang harus kamu ingat tidak ada orang tua yang ingin anaknya masuk jurang ataupun membenci anaknya sendiri, hanya ada hal-hal yang belum bisa kamu pahami.”Tetaplah kamu menyayangi kedua orang tuamu, biar bagaimanapun mereka tetap orang yang sudah melahirkan dan memberikan hidup untuk Ayu.”“Papah dan Mamah sangat sayang dan mencintai Ayu, buktinya mereka sibuk mencari uang hanya untuk Ayu, agar nanti di masa akan datang Ayu bisa sekolah lebih tinggi dan membahagiakan orang tua Ayu,” jelas Suratmin panjang lebar.“Ayuk pulang keburu terlalu siang, apalagi panasnya full banget nih.” Suratmin mengajak Ayu dan Mbok Jum ke rumah kontrakannya.“Iya Om, Ayu mau!” Gadis kecil itu sangat bersemangat untuk datang ke rumah Om nya yang dia baru tahu kalau papa
Ayu dibuatnya terkejut karena saat menginjakkan rumah Hanin masuk begitu rapi, walaupun sederhana dan tidak banyak perabotan sehingga ruang tamu itu terlihat luas.Bahkan saat memasuki kamar Hanin yang kecil, dia tidak merasa risih ataupun minder. Ayu pun sangat menyukai kamar Hanin yang begitu harum, bersih dan rapi.“Ini kamarmu?”“Iya, maaf ya kamarku pasti tidak sebagus dengan kamarmu di rumah, tetapi bagiku ini sudah lebih baik, dan aku sudah terbiasa begini,” jawab Hanin merendah.“Dari kecil Ibu sudah membiasakan aku untuk belajar membersihkan kamar sendiri, agar nanti kalau sudah besar tidak merepotkan ibu,” jelasnya lagi.“Jadi kamu sendiri yang membersihkan kamar ini?”“Iya!”“Sekarang kamu pakai pakaian ini saja!”Hanin mengambilkan pakaian dari lemari pakaiannya. Lagi-lagi Ayu dibuatnya terkejut saat melihat tumpukan pakaian Hanin yang tersusun rapi.“Ini kamu juga yang melipat pakaian ini?”“Awalnya Ibu sih, tetapi setelah belajar lama-lama aku terbiasa merapikan semuanya
“Bukan itu maksudnya, aku hari ini ada les piano jam dua siang dan ini sudah hampir jam dua, bahkan ... lima belas menit lagi,” sahutnya sedikit bingung.“Astagfirullahaladzim, Mbok juga lupa sangking asyiknya mengobrol di sini!” pekik Mbok Jum ikutan panik.“Hanin, aku pulang dulu dan baju ini aku pakai dulu ya nanti setelah dicuci aku kembalikan.”“Kalau kamu mau baju itu ambil saja.”“Apa , kamu nggak keberatan kalau baju ini buat aku?”“Nggak lah, anggap saja sebagai awal persahabatan kita, bagaimana?”“Baiklah, terima kasih banyak Hanin, aku sangat senang untuk hari ini, tetapi aku belum tahu apakah kita bisa bertemu lagi nanti atau tidak.” Wajah Ayu kembali redup dan menunduk“Kenapa nggak bisa?” tanya Hanin bingung.“Tenang saja selama ada Om, kalian bisa kok bertemu seperti ini,”“Sungguh, yang betul Pak?” Hanin sangat bersemangat.“Memang Bapak pernah bohong sama Hanin, nggak pernah kan?”“Terima kasih Pak, Bapak memang is the best!” Hanin memeluk erat bapaknya membuat Ayu ir
Seperti yang kamu dengar kalau putrimu Ayu tidaklah nakal tetapi teman-teman sekelasnya yang membuly dirinya gara-gara nama yang kamu berikan, dan sampai sekarang pun aku tidak tahu nama panjang, Ayu.”“Kamu kasih nama apa sih, sampai-sampai dia di bully, bukannya kamu bilang nama anakmu lebih bagus daripada anakku?” tanya Suratmin penasaran.“I-iya memang seharusnya nama putriku itu Kirana Salsabila, tetapi saat aku ingin menulis di buku KIA untuk pengajuan pembuatan akta kelahiran tiba-tiba aku menerima telepon dari temanku, namanya Wahyu, jadi aku tulis nama itu Wahyu Bakti Husada dan panggilannya Ayu,” jawabnya pelan.“Apa, kenapa sampai seperti itu, kenapa kamu nggak periksa lagi tulisanmu?” tanya Suratmin terkejut.“Ini semua salah kamu Mas, sudah aku bilang ganti nama anak kita tetapi kamu malas menggantinya dan sekarang sampai dia besar pun akan menjadi bahan olokan teman-temannya!”“Buktinya masih SD saja sudah membuat Ayu malu, bagaimana nanti dia kuliah apalagi menikah, dia
“Aku tidak tahu apa yang membuatmu masih membenciku, tetapi semoga seiring waktu kamu bisa mengenalku lebih dekat,” lirihnya dalam hati.Suratmin lalu menghampiri Ayu dan ingin berpamitan pulang.“Nduk, Om pulang dulu, pokoknya kalau masalah dengan sekolahmu sudah beres, kamu tidak perlu takut lagi, dan jangan mau di bully, ingat jangan pasrah dalam keadaan, jika kita bisa melawan untuk kebenaran, kenapa tidak?”“Yakin dalam diri Ayu sendiri kalau Ayu itu gadis yang kuat, dan selalu ada dilindungan orang-orang yang menyayangi Ayu!”“Ingat jangan membenci kedua orang tua Ayu, ya tetap sayangi mereka!”“Om pulang dulu, Assalamu’alaikum!”“Mbak Siska, saya pulang dulu,” ucap Suratmin tersenyum.“Iya, Mas, hati-hati di jalan,” sahut Siska membalas senyuman Suratmin.“Kenapa kamu begitu peduli sama dia, pastilah dia hati-hati di jalan,” sahut Suratman yang tidak suka istrinya basa-basi untuk saudara kembarnya itu.“Ya ampun, Mas, namanya juga basa-basi, apa salahnya sih?” tanyanya lagi kesa
“Ayu!” Ayu ... bangun, kamu kenapa?” “Ayu, jangan begini aku jadi takut nih!”“Mel, cepat panggil Bu guru!” terial Kania.Meli pun segera mencari Bu Guru Mira di ruang guru.“Bu Mira!” panggil Meli setelah sampai di depan ruang guru dengan ngos-ngosan.Napasnya masih belum tertata dengan baik, sehingga dia pun berbicara dengan terbata-bata.“Bu-Bu Mi-Mira ... Ayu, Bu!”“Meli, ada apa? Kenapa kamu lari-lari, dan ada apa dengan Ayu?” tanyanya bingung.“I-itu A-Ayu jatuh eh salah maksudnya pingsan, Bu!” teriak Mely.Seketika Mira terkejut bersama guru-gura lain. Mereka pun segera mengikuti arah Mely untuk membawanya ke sana.Dengan ditemani beberapa Guru yang lain, sampai di ruang kelasnya dan memang benar saja Ayu teman mereka sudah tidak sadarkan diri.Bu Mira lalu berusaha mengangkatnya dan membuat tempat tidur darurat dengan menggunakan kursi.Bu Mira lalu mengambil minyak kayu putih dan berusaha membangunkannya, tetap sia-sia, tubuhnya tidak bereaksi.Atas saran guru yang lain akhi