Akhir-akhir ini Vania jadi suka meminum kopi daripada teh. Minuman yang awalnya pahit itu membuatnya selalu terjaga dan meningkatkan konsentrasinya. Jam tidurnya jadi lebih larut dan jam bangunnya harus jadi lebih pagi. Vania jadi punya jadwal yang sangat ketat. Sudah 5 hari ini Dia selalu dilayani Hara di pagi hari, Vania merindukan Ani yang banyak bicara dan bergosip. Ani memperlakukannya dengan sopan tapi secara bersamaan juga santai, seperti mengobrol dengan teman sebaya tapi dengan tidak mengurangi rasa ketidaksopanan.Saat Hara masuk kamar Vania hendak melayani mandi paginya, Vania mencari tahu kabar Ani lewat Hara."Hara, apakah kamu tahu pelayan yang bernama Ani?"Hara yang sibuk menyiapkan gaun dan aksesori yang akan dipakai Vania pagi itu menjawab dengan santai. "Apakah Ani yang Nyonya maksud Ani Selamor, wanita yang berambut coklat dan punya bintik-bintik di area sekitar hidung""Ya benar, apakah kamu mengenalnya?," Vania menjawab dengan kegirangan."Ya Nyonya, Dia adalah
Saat membuka mata, Vania langsung tersenyum."Hari yang indah...," ucap Vania sambil mengerang dari kasurnya. Karena badannya bergerak menggeliat, selimutnya turun.'Rasanya aku ingin mengucapkan selamat pagi untuk Count Robert dan Countess Reta, silakan nikmati hari-hari terakhir anda di kediaman Ansel dengan damai.' Layaknya orang gila, Vania tersenyum sendiri.***Saat suasana masih terlalu pagi, di depan kamar tempat Count Robert dan Countess Reta tidur, tepatnya di lantai 2 suara berisik dan mengganggu mulai terdengar. Mulai dari suara logam bergesekan dan suara orang yang sedang bertengkar sangat keras. Itu cukup mengganggu sehingga bisa membangunkan orang yang sedang tertidur. Adegan orang yang bertengkar diluar hanyalah pura-pura yang sudah mereka rancang. Semalam, para pelayan sudah mendapatkan arahan dari Hara dan Ani untuk bisa mengusir Count Robert dan Countess Reta pergi, yaitu dengan membuatnya tidak betah tinggal di mansion. Jadi apapun yang dilakukan para pelayan hari
Saat sarapan, Vania sudah mendapatkan kabar dari Hara bahwa operasi pertama mereka berlangsung sukses. Vania sarapan dengan hati gembira. Entah mengapa rasa makanannya jauh lebih enak, sehingga Dia makan dengan lahap. Hari ini, Dia sangat menanti-nanti kabar selanjutnya dari Ani.Pelayan Sira dan Reva sengaja dipilih Hara karena perawakan mereka yang menggoda. Keduanya masih muda tapi juga sangat berani. Itu karena perawakan mereka yang bagus tapi tidak dengan kedudukannya, sehingga mereka sering mendapatkan pelecehan dari laki-laki. Setelah bekerja di kediaman Ansel, mereka merasa mendapatkan perlindungan. Majikan mereka sangat baik dan jauh dari kata bajingan hidung belang. Duke juga selalu menindak tegas pelayannya apabila terbukti melakukan kesalahan. Setelah merasa diayomi, pelayan tersebut menaruh kesetiannya dengan bangga pada kediaman Ansel."Operasi selanjutnya ada di ruang makan," kata Vania kepada dirinya sendiri.Karena sangat senang, Vania merasa hampir bisa menyelesaikan
Vania sudah menyelesaikan hampir setengah dokumen yang tertumpuk untuk Dia cek dan teliti lalu mencapnya. Perasaan berbunga-bunga ini rasanya sangat menyenangkan. Meski Dia sulit bersosialisasi tapi berkat Hara dan Ani, Dia bisa tahu kalau para karyawan di kediaman Duke sangat menghormati dan menghargainya.Di sisi lain, Count dan Countess tengah dalam suasana buruk. Dunia mereka tampak suram ditambah hubungan keduanya yang memanas karena kejadian tadi pagi. Reta sebenarnya sadar kalau suaminya sama seperti lelaki pada umumnya yang akan tergoda juga dengan wanita muda, tapi karena kondisi keuangan County Zergnet sangat memprihatinkan, suaminya tidak bisa bermain mata. Jangankan untuk menghidupi gundik, untuk menghidupi istri dan anaknya saja Dia kelabakan. Tapi berkat kebaikan Elis yang mau membiayai sekolah anaknya Lalisa, pengeluarannya jadi berkurang. Dulu sebelum Elis meninggal, Dia adalah sumber keuangannya, Dia bisa dengan mudah meminjam uang dengan jumlah yang besar tanpa harus
Perasaan terbakar karena kesal, geram dan entah berantah memenuhi pikiran Reta dan Robert. Sial, sungguh hari yang sial bagi mereka. Hari kamis, mereka mulai mengutuk hari kamis yang sial. Bahkan dari pagi sebelum mereka bangun hingga siang menjelang sore. Hari kamis akan menjadi hari yang akan selalu mereka benci seumur hidup.Reta merasa rasanya ada yang sedang mengisenginya dan mencoba bermain dengannya. Kesabarannya diuji sampai batasnya. Hidungnya kempas-kempis karena sedang emosi. Darahnya naik, mungkin jika berkepanjangan akan mempengaruhi kesehatannya. Dia memikirkan siapa dalang yang ada dibalik semua kejadian ini? Kenapa semua pelayan disini semua menghindarinya?. Bahkan ketika Dia bertemu dengan pelayan dan hendak memanggilnya, para pelayan itu langsung putar arah dengan langkah buru-buru. Reta diabaikan dan itu membuatnya jengkel."Brengsek..." katanya sambil menggenggam gaunnya di tempat duduk. Nafasnya tersengal-sengal, sepertinya denyut jantungnya melaju sangat kencang.
Malam itu para karyawan mansion dan para ksatria tengah mengadakan jamuan sederhana di paviliun belakang, hal tersebut adalah ide Vania. Ini adalah pertama kalinya para karyawan dan para ksatria berbaur menjadi satu. Perjamuan biasanya hanya diadakan untuk para bangsawan dan jarang sekali perjamuan ditujukan untuk karyawan yang lebih rendah dari majikannya.Dalam sambutan singkatnya, perjamuan tersebut diadakan untuk mengenang mendiang Duke dan Duchess. Masing-masing karyawan juga diberikan waktu untuk menyebutkan kenangan mereka kepada kedua mendiang. Suasana yang tadinya ramai menjadi hening, penuh haru dan hangat. Mengenang kebaikan orang yang berumur pendek adalah kesedihan yang tiada obatnya.Mereka adalah karyawan yang diperlakukan dengan baik dan hormat. Ada juga yang mereka dipekerjakan karena rasa kasihan seperti Eric, seorang anak yang berusia 14 tahun. Dia sudah bekerja disini 4 tahun lamanya. Sebelumnya Dia adalah yatim piatu yang hidup di jalanan, Gama yang sedang dalam
Itu adalah sarkasme dan memang bisa dibenarkan, jika itu adalah tamunya. Tapi mereka bukanlah tamu, mereka menetap di mansion atas kemauan mereka sendiri. Sebetulnya Vania tidak masalah jika mereka berdua ingin memperpanjang masa tinggal di kediaman Duke tersebut. Tapi masalahnya mereka adalah tamu yang congkak dan bertingkah seolah-olah seperti pemilik mansion. Gemar membentak dan menyiksa dan itu yang membuat Dia tidak suka. Vania yang menjunjung tinggi keadilan tidak bisa melihat hal tersebut."Tidak hormat?," tanya balik Vania, alisnya naik sebelah karena ucapan Robert sepertinya tumpang tindih dengan tindakannya."Piton..," panggil Vania kepada sang kepala koki."Iya Nyonya...," balas Piton. Kakinya melangkah mundur menuju majikannya. Vania melihat muka Piton yang sudah memerah karena tamparan, lalu tangannya yang juga memerah karena satu pukulan kayu ulin atau yang dikenal juga dengan kayu besi. Kayu ulin adalah kayu yang kokoh dan merupakan kayu import dari Kerajaan yang jauh.
Hari yang panjang dan melelahkan serta penuh kurasan energi itu sudah berlalu. Badan Vania rasanya sangat lelah. Kepalanya juga rasanya cenat cenut, itu mungkin akibat Dia terlalu mencurahkan semua emosinya hari ini. Suaranya bahkan serak karena sepanjang malam tadi Dia mengeluarkan suaranya dengan setengah berteriak tegas, bahkan urat di lehernya sampai keluar ketika Dia berbicara dengan Count dan Countess of Zergnet. Matanya terlihat kuyu dan lelah. Itu adalah hari dimana semua orang terkena darah tinggi dan senam jantung secara bersamaan. Puji Dewa tidak ada yang sakit karena serangan jantung dan kaget. Itu adalah perang saraf antara orang dewasa yang punya kekuasaan. Perang yang hanya bisa dimenangkan jika posisi seseorang lebih tinggi, dengan syarat bukan sebagai tersangka. Karena Vena yang menjunjung tinggi keadilan bagi seluruh umat manusia pasti tidak mau juga menyalahgunakan posisi dan wewenang. Baru kali ini Dia bersyukur dilahirkan sebagai anak seorang Duke dan terlebih sek
Elia benar benar peduli dengan kondisi Kesha sehingga dia dia dia melakukan teleportasi dengan portal untuk kembali ke istana. Semalaman dia perpustakaan mencari banyak hal mengenai mana. Akhirnya dia teringat gulungan perkamen yang membahas soal mana. Setengahnya sudah diartikan oleh orang bayaran kepercayaannya. Gulungan itu belum dibacanya dan hanya dilihatnya sekilas waktu itu.Elia membaca dengan serius. "Ketemu!" Elia kegirangan.Dia segera menggulung perkamen tersebut dan membawanya kembali ke kediaman Ansel. Dia kembali ke kamarnya dengan perasaan sumringah. Elia tak sabar untuk bertemu pagi dan membawakan kabar baik ini kepada Vania. Saking antusiasnya, Elia bahkan tidak tidur lagi. Dia hanya tiduran di ranjang menatap langit langit kamar. Keesokan paginya, Elia sudah menunggu di meja makan. Dia orang no 1 yang datang paling awal. Benar, paling awal. Sampai-sampai sang kepala Koki yaitu Piton sibuk untuk membuatkan makanan ringan sembari menunggu jam makan
Elia juga berpikir sejenak, dia ingin membantu karena dia sudah terlanjur tahu. "Bagaimana kalau Tuan penyihir bekerja sama untuk menerjemahkan perkamen gulungan sihir yang saya temukan?"Tiba tiba saja, hal itu membuat Loka dan Arvel melongo.Ajakan itu sangat tidak bisa dipercaya, "Saya bersungguh sungguh," melihat kesungguhan tersebut, Arvel langsung menjawab, "Terimakasih atas tawarannya Yang Mulia, sungguh tawaran yang sangat berarti bagi kami para penyihir," Arvel yang menatap Loka pun seperti berbicara lewat matanya. Menerjemahkan perkamen gulungan sihir bagi para penyihir merupakan anugerah, informasi kuno yang bahkan belum ada dibuku biasa nisa ditemukan, jadi Arvel dan Loka pasti tidak akan melewatkan ajakan yang sangat menggiurkan.Disini orang yang paling tidak percaya adalah Vania, bukankah Kerajaan hendak melakukan merger? mengambil alih menara sihir, tapi dengan sikap Elia yang santai seolah dia tidak ada masalah apa apa dengan isu yang sudah beredar santer tersebut.T
Singkatnya, Vania mengatakan kalau ini bukanlah urusan Elia yang terlihat sangat ingin tahu urusan kenapa ada banyak orang berkumpul untuk menangani Nona Muda Ansel, tapi Elia yang juga bersikeras hendak membantu itu malah menimbulkan tanda tanya bagi Vania. "Apakah perkamen tersebut sudah diterjemahkan?" Tanya Arvel penasaran."Belum, itu karena bahasanya sangat kuno sehingga sulit untuk tahu arti perkamen dan juga beberapa kegunaan alat sihir yang kegunannya juga belum jelas," balas Elia.Bahasa kuno terdahulu sangatlah langka sekarang, itu sebabnya hanya qda beberapa ahli yang bisa bahasa kuno dan kebanyakan yang bisa melangkah penyihir yang berdedikasi untuk mempelajari bahasa kuno tersebut. Jadi kalau di Kerajaan pasti juga bisa dipastikan orang yang ahli adalah orang yang punya kemampuan langka. "Kalau boleh tahu, siapa orang yang menerjemahkan perkamen tersebut?" kali ini Loka yang ternyata."Aku sendiri," sahut Elia bangga. Elia di didik Ibunya sangat keras karena sadar haru
Seseorang muncul dari balik pintu kamar yang terbuka, tapi ke empatnya belum menyadari kehadiran sosok tersebut karena mereka fokus dalam menangani Kesha yang masih lemas terbaring di kasur tersebut. Satu satunya orang yang sadar hanya Suri, sang Pengasuh.Mata Suri membelalak kaget, dia ingin memberitahu Duchess Vania, tapi Vania tampak serius memperhatikan ketiga orang yang sedang memegangi Kesha. Tapi Suri tak tahan, sehingga dia segera menghadap Vania dan membisikkannya sesuatu. Setelah Suri membisikkan sesuatu, Vania menoleh ke arah pintu berada. Saat wajahnya berputar dan mengenali sosok tersebut, tubuh Vania menegang.Sosok tersebut tersenyum ramah alih alih kaget dan penasaran. Dia sangat pandai berakting."Yang Mulia..." kata Vania cukup keras. Atas kalimat tersebut, ketiga orang yang tadinya sibuk memegangi tubuh Kesha pun kini menoleh. Mereka heran karena kenapa bisa Putra Mahkota datang ke lantai 5 dan memergoki mereka.Di sisi lain, Elia merasa tenang karena tamu misteriu
Setelah acara makan malam yang damai tersebut, Putra Mahkota berujar kalau Dia hendak beristirahat, maka dengan senang hati Vania mengantarkan Putra Mahkota ke kamarnya sembari mengobrol di jalan."Bulan depan akan ada kongres, saya harap Duchess bisa berpartisipasi,""Ya Yang Mulia," Vania tersenyum. Elia benar benar memperhatikan Vania, biasanya para Lady bangsawan akan senang terbar pesona atau berlagak merayunya karena Putra Mahkota yang tampan itu masih single dan posisi Putri Mahkota masih kosong. Tapi Vania berbeda, dia hanya menjalankan SOPnya sebagai Tuan rumah yang menyambut kunjungannya, tidak lebih. Semua perlakukannya formal dan seperti formalitas, bahkan tidak ada percakapan yang mengandung unsur pribadi. Setelah sampai di depan kamar tempat Putra Mahkota tinggal, Vania pamit undur diri. Elia tersenyum dengan perpisahannya tersebut.Setelah masuk kamar, wajah yang tadi tersenyum kini segera berubah jadi datar. "Siapkan operasi malam ini," ucap Elia. Di kamarnya sudah ad
"Kenapa tertawa?"Sontak Ani menghentikan aktivitas tertawanya, "Maafkan saya Tuan, saya hanya merasa lucu.""Lucu?""Benar, soalnya Tuan adalah orang pertama yang merasa risih karena diperlakukan seperti umumnya para bangsawan,""Yah, itu tidak salah. Saya lahir dan tumbuh sebagai orang biasa, lalu dibawa Master Rodeo ke menara sihir sejak usia dini. Di menara sihir juga para penyihir hidup mandiri, jadi kalau tiba-tiba dilayani seperti ini rasanya sangat aneh dan hidup seperti kutu kain yang hanya bisa makan dan tidur saja." Arvel menyelesaikan kalimatnya dengan penuh helaan nafas seakan sedang mengeluh karena tiba-tiba menjadi seorang bangsawan. Ani yang menyimak pernyataan Arvel hanya manggut-manggut. "Baiklah kalau begitu, karena sudah tidak ada keperluan. Silahkan beristirahat, saya perhatikan Nona banyak terjaga karena memperhatikan saya,""Tolong panggil saya Ani saja Tuan. Saya tidak pantas dipanggil Nona," Ani tersenyum ramah."Semua manusia terlahir sama, meskipun pada ak
Ada banyak hal yang selalu Bruno Gelatrix lakukan. Sekuat itu adalah perintah alasannya yaitu Putra Mahkota Elia. Dari hal yang masuk akal sampai hal yang berbau mengancam nyawa semua dia kerjakan. Laki-laki yang bergelar Viscount itu suka rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh majikannya. Dia mengikuti Putra Mahkota dengan setia karena telah melihat kemampuan dan kebaikan hati Elia. Peran Bruno cukup urgensi dalam menyusun kekuatan Elia, anak dari Permaisuri dari Kerajaan asing. Kali ini Elia menyuruh Bruno untuk menyelidiki hubungan menara sihir dengan kediaman Ansel serta maksud dan tujuan kedatangan Jehu yang terkuhat mencurigakan dan misterius."Aku harus meminta kenaikan gaji!" gumam Bruno seorang diri. Semakin lama semakin banyak yang dia kerjakan. Pertarungan politik semakin tidak stabil, apalagi dengan Raja yang kini melibatkan Pangeran Jehu dalam menyelesaikan masalah Kerajaan membuat kubu Duke Ibet semakin merasa senang dan berada di atas angin. Meskipun Pengeran Je
"Grr...grrr....grrrr...." erangan hewan dalam kurungan jeruji yang sudah dipasang sihir pengaman itu memenuhi ruangan bawah tanah tersebut. Mulutnya menganga memperlihatkan taring dan air libur yang menetes. Pemandangan itu terlihat seram sekaligus menjijikkan. Ada puluhan spesimen hewan hidup yang seperti itu. Pemiliknya adalah kepala penelitian dan pengembangan sihir dibawah komando seorang Marquess. Dia punya obsesi dan ambisi yang mengerikan sehingga bisa disebut hal tersebut tidaklah normal. "Tuan... spesimen di sel no 6 mengalami kejang dan mati dalam kurun waktu 30 detik," kata salah seorang penelitinya memberikan laporan perkembangan."Yah... tidak masalah, langsung ganti dengan hewan baru, stok mana kita melimpah," katanya memberikan instruksi. Ruangan bawah tanah itu luas dan terbagi menjadi beberapa bagian, tempat eksperimen, tempat menyimpan mana, tempat para hewan yang akan dijadikan eksperimen dan satu laboratorium besar. Dia membangun itu semua hanya dengan modal propo
Urusan mansion sudah ditangani Jeff.Urusan wilayah sudah ditangani Andrew.Urusan Kesha yang kini prioritasnya bahkan ditangani oleh banyak orang, mulai dari dua orang penyihir, seorang peneliti ramuan yaitu Erick Jamamiel dan bahkan temannya Amel rajin mengiriminya surat yang berisi makalah atau artikel terkait mana dari luar negeri. Sekarang kasus kematian Kakak dan Iparnya yang tiba-tiba saja disimpulkan oleh kasus pembunuhan. Vania berharap kalau ini semua mimpi dan akan berakhir saat dia terbangun nanti. Sayangnya harapan itu sia-sia. Semuanya adalah kenyataan. Semua kemalangan itu tiba-tiba saja menimpa dirinya.Jehu menatap Vania lagi dengan iba. Wajah garang Vania tiba-tiba saja menjadi pucat seakan semua darahnya terkuras. "Maaf kalau kedatangan saya membebani Duchess," Jehu meminta maaf dengan tulus, dia juga tidak mau kalau berita itu menganggu Vania, tapi temuannya adalah hal yang tidak ditemukan oleh penyelidik, jadi mana mungkin dia akan bungkam dan membiarkannya begitu