Di menara sihir gesekan mulai terlihat disana sini, banyak penyihir yang mulai risau dengan kondisi yang semakin tidak ada stabilitas. Loka, orang yang saat ini menjadi Master Menara sihir untuk sementara sebenarnya juga sudah bekerja keras. Tapi karena dia yang paling muda dan bisa dibilang belum lama ada di menara sihir, banyak yang melihat ini untuk dijadikan bahan penilaian bahwa hasil kerjanya yang tidak pecus. Mereka terus bergosip dan menjelek jelekkan Loka di belakang. "Mulut manusia itu ada di depan, tapi kenapa mereka terus membicarakan ku dari belakang?" Loka yang qcuh tak acuh itu lama-lama juga merasa risih karena berbagai gosip tentang dirinya. "Apa ada penguntit yang seterusnya selalu mengawasiku?" Loka yang memindai dokumen tapi mulutnya terus berbicara. Arvel juga sedang membereskan beberapa berkas. "Yah, barangkali mereka adalah fansmu." Arvel terkekeh dan mencoba membuat lelucon atas kekesalan Loka."Halah..." Tentu saja Loka langsung menepis argumen sepihak dari
Di menara sihir, kelima orang itu bersitegang kembali. Memang sulit sekali akur satu sama lain, apalagi mereka punya masing-masing ambisi yang berbeda. Masing-masing punya keahlian sihir dibidang keahlian yang berbeda beda, tapi tetap saja punya ego bahwa keahliannya yang paling menonjol dan paling bagus sehingga suka sekali merendahkan satu sama lain. Hanya Arvel dan Loka saja yang tak terlalu perduli dengan perihal tersebut. Karena jika dalam suatu misi kadang selalu ada misi gabungan dimana para penihir akan dikumpulkan dengan kemampuan yang berbeda."Jadi maksudmu kematian guru karena memakan cookies?" Donald bertanya dengan maksud meremehkan. "Cookies itu penyebab terputusnya aliran mana dalam tubuh?" Ada manusia yang terlahir tanpa mana dan itu baik-baik saja, tapi unuk penyihir yang terbiasa punya banyak mana lalu tiba-tiba mananya terputus, itu seperti berhenti memberikan asupan oksigen untuk tubuh. "Tolong berikan penjelasan yang masuk akal," katanya lagi mengejek temuan Kev
Karena setiap pertemuan selalu berakhir dengan ricuh, pertemuan yang dijadwalkan hanya memakan waktu satu jam saja pasti selalu berakhir dengan 3 sampai 4 jam. Itu adalah waktu yang lama dan sangat menguras tenaga. Loka dan Arvel saling bertukar pandang, mereka tahu bahwa seharusnya pertemuan ini sudah selesai dan mereka harus segera pergi ke mansion Ansel. Tapi ketiga murid Rodeo yaitu Donald, Ben dan Kevin sangat tidak bisa dilawan atau bantah argumennya. Mereka bertiga terus berdebat hingga membuat kepala Loka pusing. "Kau tahu, kalian berdua terkuhat mencurigakan," bisik Kevin kepada Arvel. Arvel lalu membalas bisikan Kevin dengan tatapan saja. Kevin punya insting yang bagus, jadi Dia pasti bisa melihat kedekatan Arvel dan Loka yang kian hari semakin tak terpisahkan. Pertemuan itu pun akhirnya bubar dan dijadwalkan besok lagi dengan harapan akan ada temuan baru lagi pastinya. ***Loka dan Arvel sampai di kediaman Ansel tepat tengah malam lebih 15 menit. Mereka menyampaikan perm
Setelah semalam melihat dua orang penyihir yang berasal dari menara sihir, Elia sulit memejamkan matanya. Dia banyak berpikiran dan menebak alasan dua orang itu berkeliaran di mansion Ansel dan langsung dipandu oleh pemilik rumah besar ini."Padahal aku selalu bilang untuk tidak menghakimi orang lain sebelum mencari kebenarannya," gumam Elia di ranjangnya. Dia jelas-jelas berprasangka buruk terhadap Vania. Makanya dari pada berprasangka dia ingin mecari tahu kebenarannya, mengingat Marquess Bioni sangat berambisi untuk membuat menara sihir ada dibawah kaki kerajaan. Menara sihir dan penghuninya harusnya netral dan tidak melakukan kontak kedekatan, bahkan semua kegiatan penyihir meskipun mereka diberi kebebasan harus tercatat kalau mereka harus mengunjungi bangsawan beserta keperluannya. Dua orang penyihir yang semalam Elia lihat jelas memiliki kedekatan dengan Vania dan sepertinya tak memiliki catatan kunjungannya ke kediaman Ansel.Matanya pedih karena dia benar-benar tidak bisa tidu
Saat menjelang siang, Vania memperkenalkan asistennya yaitu Andrew Anderson, laki-laki berusia 28 tahun yang sebelumnya juga asisten sekaligus ajudan mendiang Duke Gama. Andrew memberikan salamnya kepada calon Raja Kerajaan Merden ini. Dalam pertemuan tersebut, Andrew yang banyak bicara dan memimpin, sebagai orang yang sudah bekerja dibawah mendiang Duke selama lebih dari 5 tahun, dia sudah hafal segala seluk beluk wilayah Ansel.Sepanjang Andrew berbicara, Elia hanya menganggukkan kepalanya seolah takjub dengan wilayah Ansel. "Senang sekali bertemu dan mendengar cerita Tuan Andrew," Elia tersenyum. Sosok Elia memang terlihat rendah hati dan juga bermartabat. Andrew yang sudah terbiasa menerima pujian itupun tersenyum dan dengan segala hormat menunjukkan kepribadiannya yang ramah dan tidak sombong, "Saya yang sangat senang bisa bertemu dengan Yang Mulia, apalagi Yang Mulia memberikan kunjungan khusus ke wilayah Ansel ini," Andrew masih membungkuk untuk memberika rasa hormat dan syuk
Vania kembali ke ruang makan dan duduk kembali dengan tenang. Situasi terlihat santai karena Andrew bisa mengajak Elia untuk berbincang dan mengalir. "Sebelumnya maafkan saya karena tidak bisa mendampingi Yang Mulia," Vania memulai pembicaraan dan memberinya alasan mengenai kepergiannya. Lalu dia juga berpamitan kembali karena ada hal yang harus Dia selesaikan terlebih dahulu, Vania berpesan agar Putra Mahkota dan juga Andrew untuk makan dengan santai dan menikmati hidangan tanpanya. "Saya akan segera kembali saat urusan saya selesai," ucap Vania lalu pamit undur diri lagi dari meja makan.***Di ruangan khusus mansion Ansel, Jehu tengah menunggu Vania. Hatinya senang akan bertemu dengan wanita yang tengah menarik perhatiannya, tapi kedatangannya kali ini bukan karena urusan remeh, tapi karena urusan penting. Urusan ini juga bersifat rahasia, jadi Jehu tak bisa menganggap pertemuan ini untuk memuaskan dirinya sendiri. Jehu tak lama menunggu, tiba-tiba saja Vania datang lewat
Urusan mansion sudah ditangani Jeff.Urusan wilayah sudah ditangani Andrew.Urusan Kesha yang kini prioritasnya bahkan ditangani oleh banyak orang, mulai dari dua orang penyihir, seorang peneliti ramuan yaitu Erick Jamamiel dan bahkan temannya Amel rajin mengiriminya surat yang berisi makalah atau artikel terkait mana dari luar negeri. Sekarang kasus kematian Kakak dan Iparnya yang tiba-tiba saja disimpulkan oleh kasus pembunuhan. Vania berharap kalau ini semua mimpi dan akan berakhir saat dia terbangun nanti. Sayangnya harapan itu sia-sia. Semuanya adalah kenyataan. Semua kemalangan itu tiba-tiba saja menimpa dirinya.Jehu menatap Vania lagi dengan iba. Wajah garang Vania tiba-tiba saja menjadi pucat seakan semua darahnya terkuras. "Maaf kalau kedatangan saya membebani Duchess," Jehu meminta maaf dengan tulus, dia juga tidak mau kalau berita itu menganggu Vania, tapi temuannya adalah hal yang tidak ditemukan oleh penyelidik, jadi mana mungkin dia akan bungkam dan membiarkannya begitu
"Grr...grrr....grrrr...." erangan hewan dalam kurungan jeruji yang sudah dipasang sihir pengaman itu memenuhi ruangan bawah tanah tersebut. Mulutnya menganga memperlihatkan taring dan air libur yang menetes. Pemandangan itu terlihat seram sekaligus menjijikkan. Ada puluhan spesimen hewan hidup yang seperti itu. Pemiliknya adalah kepala penelitian dan pengembangan sihir dibawah komando seorang Marquess. Dia punya obsesi dan ambisi yang mengerikan sehingga bisa disebut hal tersebut tidaklah normal. "Tuan... spesimen di sel no 6 mengalami kejang dan mati dalam kurun waktu 30 detik," kata salah seorang penelitinya memberikan laporan perkembangan."Yah... tidak masalah, langsung ganti dengan hewan baru, stok mana kita melimpah," katanya memberikan instruksi. Ruangan bawah tanah itu luas dan terbagi menjadi beberapa bagian, tempat eksperimen, tempat menyimpan mana, tempat para hewan yang akan dijadikan eksperimen dan satu laboratorium besar. Dia membangun itu semua hanya dengan modal propo