Home / Romansa / Surat Dari Venus / BAB 14 - Hujan Di Malam Hari

Share

BAB 14 - Hujan Di Malam Hari

Author: Aster Chronos
last update Last Updated: 2022-03-03 00:17:04

Aksa membulatkan matanya, ketika mendapati Ran yang muncul di balik pintu rumahnya. Pakaian yang ia berikan pada gadis itu, wujud aslinya telah berubah. Kaos hitam berlengan panjang, menjadi lengan pendek dengan model crop top. Celana training panjang menutup mata kaki, menjadi di atas mata kaki.

Ran menutup pintu rumah gurunya itu sesuai intruksi. Kemudian ia berjalan dengan langkah panjang, menghampiri gurunya.

“Emm bajunya tadi sangat besar di badan saya Pak, jadi saya ubah sesuai style saya, karena saya merasa tidak pede mengenakannya. Saya akan ganti harga bajunya, apakah tidak masalah?”

“Cantik,” balas Aksa singkat, lalu masuk ke dalam mobil.

Ran bengong di tempatnya, dan menatap ke satu arah yang sama.

Kemudian Aksa menurunkan kaca mobilnya dan berkata, “Ayo masuk.”

Dengan gugup Ran berlari menuju pintu mobil yang berada di seberang, lalu masuk ke dalam. Ketika ia memposisikan diri duduk di kursi mo

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Surat Dari Venus   BAB 15 - Kode Rahasia 612

    “Syukurlah tidak ada luka serius pada tubuh Sunny. Hasil rontgen pada bagian tulang rusuk Sunny juga bagus, tidak ada yang patah. Rasa nyeri di perutnya terjadi akibat dinding perut yang tadi terbentur, dan luka pada kaki juga tangan bisa diobati dengan obat luar secara rutin setiap dua kali sehari,” jelas dokter pada Ran dan Aksa. Ran hanya diam menatap Sunny sembari menggenggam tangan mungil gadis itu dengan air mata yang masih mengalir. Sambungan telepon yang Ran terima tadi adalah kabar dari saksi tempat Sunny mengalami kecelakaan. Ia dan Pak Aksa langsung bergegas menuju TKP setelah mendapatkan kabar itu. Mereka sampai tepat waktu ketika ambulance dan polisi datang untuk menyelidiki. Ternyata dari cctv salah satu toko yang ada di jalan itu menunjukkan Sunny dikejar oleh dua orang bermotor, kemudian terjadi keributan antara mereka. Salah satu motor terlihat menyenggol motor yang Sunny kendarai, hingga Sunny terjatuh dan tidak sadarkan diri. "Baik, terimak

    Last Updated : 2022-03-04
  • Surat Dari Venus   BAB 16 - Amplop Cokelat

    Dokter Indra, dokter yang tadi merawat Sunny, dengan gugup memimpin Aksa dan polisi tadi menuju ke ruangannya.Di sepanjang koridor rumah sakit itu, beberapa perawat dan pasien yang lewat menatap penuh dengan kesinisan. Keributan beberapa waktu lalu membuat pasien di IGD panik dan ketakutan. Satpam saja tidak berani melerai, karena mengetahui siapa yang saat itu sedang dihadapinya.Sesampainya di ruangan yang dituju, dokter Indra membukakkan pintu untuk Aksa dan polisi itu."Maaf hanya ini tempatnya Tuan," kata dokter Inda kepada Aksa."Tidak masalah, ini hanya sebentar," jawab Aksa, kemudian bergegas masuk dengan sangat siap atas segala opininya.Sebelum Aksa mencapai tengah ruangan, langkah kakinya seketika terhenti. Ia disambut oleh seorang pria bersetelan jas rapi, yang sedang duduk di kursi tamu dengan menyilangkan kakinya. Pria itu menatapnya dengan senyuman angkuh dan meremehkan."Kemari duduklah Aksa," ujar pria itu.Aks

    Last Updated : 2022-03-05
  • Surat Dari Venus   BAB 17 - Bahagia

    "Makasih Pak untuk tumpangannya," kata Ran pada sopir yang dikirim Aksa untuknya dan Sunny."Sama - sama, mari saya bantu," balas sopir itu sembari membantu Sunny keluar dari mobil.Sunny dan sopir itu berjalan menuju rumah Sunny. Sedangkan Ran mengikuti di belakang sembari membawa helm dan tas yang Sunny bawa. Motor Sunny sedang dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan.Nenek Mariyati yang sudah dikabari sejak di jalan tadi tetap kaget melihat keadaan Sunny yang sedikit pincang dengan perban di kepala. Wanita paruh baya itu lantas menghampiri Sunny dan membantu pak sopir untuk membawa gadis itu ke dalam rumah.Sunny memilih menginap di rumah Ran sampai ia pulih. Jika ia pulang dalam keadaan itu, akan menambah kekhawatiran Ibunya yang sudah memiliki banyak beban. Dan beruntung Ibunya memperbolehkan untuk menginap di rumah Ran, tanpa meminta penjelasan detail, sekalipun itu kali pertama ia menginap di luar.Dengan terburu - buru Ran membukakan pin

    Last Updated : 2022-03-06
  • Surat Dari Venus   BAB 18 - Menjadi Debu

    "Ran!" Mendengar namanya dipanggil, Ran menoleh. Ternyata suara itu berasal dari Kinan yang berada di seberang jalan, sedang melambai kepadanya. Ran tersenyum kepada Kinan sembari berjalan mendekat ke pinggir. Ia menengok kearah kanan dan kini untuk memastikan jalan kosong, tidak ada kendaraan yang lewat. Kemudian ia menyeberangi jalan itu menghampiri Kinan yang begitu bahagia melihatnya. "Tumben berangkat pagi, Ran," ujar Kinan dengan nada mengejek sembari menyenggol lengan Ran. Ran mencubit lengan Kinan dengan kesal. "Ihhh ngeselin!" tukasnya. Kinan tertawa. "Aku harus ke kelas Sunny dulu untuk mengantarkan surat ijin, jadi harus berangkat pagi," jawab Ran kemudian. Kinan menghentikan langkahnya dan menatap Ran bingung. Ran yang menyadari Kinan tidak berjalan di sebelahnya, ikut menghentikan langkah dan menoleh ke belakang. Kinan mempercepat langkahnya menghampiri Ran, lalu berkata, "Apa yang terjadi?" Ran men

    Last Updated : 2022-03-06
  • Surat Dari Venus   BAB 19 - Blue Sapphire

    Ran dan Kinan turun dari bus sembari bergandengan tangan. Tidak ada obrolan dari mereka berdua sampai tiba di rumah Ran. Pukul 07.00 tadi kepala sekolah memberi pengumuman resmi, setelah rapat diselesaikan dengan mufakat. Kegiatan belajar mengajar sementara akan dihentikan karena lingkungan sekolah masih berstatus TKP dan penyelidikan polisi. Jadi untuk melindungi tempat penyelidikan, sekolah ditutup sementara agar bukti yang ada tidak rusak. Selain itu, Pak Andi selaku satpam yang tewas di lokasi kejadian, belum ditemukan. Setelah pengumuman itu, seluruh siswa kembali pulang ke rumah. Beberapa menyambutnya dengan santai, bahkan bahagia karena sekolah libur. Beberapanya lagi merasa prihatin dan cemas. Sehingga, dalam beberapa hari ke depan mungkin tragedi di sekolah itu akan selalu menjadi pembicaraan yang hangat. "Jadi sampai kapan sekolah libur?" tanya Sunny setelah mendengar penjelasan Ran barusan soal sekolahnya. "Gak tau... mungkin setelah jasad

    Last Updated : 2022-03-07
  • Surat Dari Venus   BAB 20 - Postcard

    PLAK!!!Sebuah suara tamparan menggema, dari tangan pria berumur empat puluh tujuh tahun, dengan tongkat di tangannya. Tubuhnya bergetar akibat amarah yang bergejolak dalam dirinya. Tatapannya penuh kekecawaan, atas seorang pemuda yang ada di hadapannya itu.Pemuda itu hanya diam menatap pria yang merupakan ayahnya itu. Padahal ia mengunjungi rumah itu hanya jika mau, tetapi disambut dengan tidak baik. Sebuah rumah dengan gemerlap kemewahan yang menjadi kegelapan baginya. Sebuah rumah bak istana, seperti sekotak kardus yang menghimpit tubuhnya.Salah seorang pemuda lagi yang duduk di sofa ruang tengah hanya tersenyum tipis, sembari menyeruput kopi dengan tenang. Seolah tidak terjadi sesuatu."Kamu bertindak seenaknya pada istrimu! Meninggalkan perusahaan demi bekerja di sebuah sekolah biasa, dan memilih tinggal sendiri. Apa itu tidak cukup?" ujar Baron sembari memukulkan ujung tongkatnya tepat ke dada put

    Last Updated : 2022-03-08
  • Surat Dari Venus   BAB 21 - Kebun Binatang

    Terlihat anak - anak berseragam sama, bernyanyi dengan kompak dalam barisannya. Dua orang wanita yang berada di depan dan belakang barisan, membimbing perjalanan mereka mengelilingi kebun binatang. Beberapa orang yang melewati anak - anak itu tersenyum kagum. Keceriaan anak - anak itu mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain pula. Barisan itu pun berhenti di depan sebuah kandang harimau berwarna oranye bergaris dengan corak putih, yang begitu cantik. "Ini adalah harimau siberia ya teman - teman. Mereka biasanya tinggal di iklim yang dingin. Bulu yang tebal itu melindungi mereka dari hawa dingin," jelas wanita yang membimbing barisan depan. Anak - anak yang tadinya berbaris rapi, mulai berpencar meninggalkan barisan untuk melihat harimau itu lebih jelas. Namun ada salah satu anak yang menatap harimau itu dengan tidak tertarik. "Apakah kau tidak menyukainya, Ran?" tanya seorang anak laki - laki. "Aku ingin melihat rusa," jawabnya.

    Last Updated : 2022-03-09
  • Surat Dari Venus   BAB 22 - Nenek Lampir

    "Permisi!!!" Ran, Kinan dan Sunny menoleh bersamaan, ketika mendengar teriakan itu. Kemudian mereka saling menatap dengan bingung. "Siapa yang bertamu selarut ini?" ucap Ran. Kinan lantas berdiri, "Bundaku," katanya kemudian berjalan keluar kamar. Ran dan Kinan pun mengikuti Kinan dari belakang. Terlihat Nenek Mariyati yang ikut terbangun karena teriakan itu, telah membukakan pintu. Nampak wajah penuh amarah dari Bunda Kinan yang memandang mereka dengan tidak suka. Setelah Kinan mencapai pintu utama rumah, lengannya langsung ditarik oleh Ibundanya dan dibawa ke mobil. Namun Kinan meronta dan berusaha melepaskan diri hingga terjadi keributan. "Jika kamu tidak patuh, jangan harap bisa temui teman - temanmu itu!" ujar Bunda Kinan. "Aku udah dewasa Bunda, toh aku selama ini tidak menolak semua kehendak Bunda tentang perjodohan dan semuanya," balas Kinan kemudian menarik napas panjang, "Aku juga tidak membuat onar, dan mereka

    Last Updated : 2022-03-14

Latest chapter

  • Surat Dari Venus   BAB 60 - Penebusan

    Terdengar ledakan dahsyat dari dalam hutan, membuat langkah Ran, Sunny dan Grace terhenti. "Ben meledakan gubuk agar tidak meninggalkan bukti," gumam Grace. Ran menatap tajam Grace, lalu berkata penuh dengan penekanan, "Kejam sekali kalian." Grace tidak berani mengangkat pandangannya pada Ran, karena merasa bersalah. Ia juga merasa malu setelah menjadi bagian dari kejahatan itu, yang akhirnya menjadikannya korban. Dari balik semak Adit dan Angga berlari kearah mereka dengan tergesa-gesa. "Guys kenapa kalian berhenti! Ayo lari!" teriak Adit dari kejauhan. Lalu, Ran, Sunny dan Grace melanjutkan langkahnya. Terdengar suara tembakan beberapa kali dari arah kejauhan, membuat mereka panik, sampai berlari tak tahu arah. Hanya mengandalkan insting untuk memilih jalan mana yang mudah dilewati, karena mereka terjebak dengan ilalang yang membutakan arah. "Tinggalkan saja aku disini! Kalian kabur saja," ujar Grace semakin merasa bersalah, karena menjadi beban. "Tutup mulutmu brengsek!" Be

  • Surat Dari Venus   BAB 59 - Menembak Langit

    "Sialan!!! Ulah siapa ini?" Gerutu Ben sembari membanting pecut yang ia pegang, penuh emosi karena lampu seketika padam di tengah kegiatan yang ia lakukan. Kemudian terdengar sirine alarm kebakaran yang membuat panik orang-orang dalam ruangan itu. Ben lantas bangkit dari tempat tidur dan meraih jubah mandi yang tergantung di dekat pintu dan memakainya. Ia keluar dari ruangan dengan langkah penuh amarah sembari meneriakkan nama anak buahnya. Empat orang pria yang merupakan teman-teman Ben, menyusul pria itu keluar ruangan. Meninggalkan Sunny dan Grace. Sunny memanfaatkan keadaan itu dengan bergegas melepas ikatan tangan dan kakinya. Dengan tubuh telanjang di tengah kegelapan, ia memungut pakaiannya yang berceran di lantai. Sedangkan Grace yang masih terkuai lemas di tempat tidur, hanya bisa menangis menahan perih di kulitnya, akibat pecut yang diayunkan oleh Ben sejak tadi. "Grace ayo kabur dari sini," tukas Sunny. "Aku tidak bisa menggerakkan kaki," ujar Grace. Sunny mengeluarka

  • Surat Dari Venus   BAB 58 - Hasrat Gila Pria Biadab (21+)

    WARNING!!! Isi Bab ini terdapat kekerasan seksual yang tidak cocok untuk anak dibawah umur. Mohon bijak memilih bacaan yang cocok dengan umur anda. ** "Kalian mengenal orang-orang itu?" tanya Ran. Adit dan Angga menggeleng bersamaan. "Melihat dari postur tubuh dan wajah kedua orang itu, sepertinya sudah berumur," kata Angga. "TOLONG!" Teriak seseorang yang membuat dua pria bertubuh kekar tadi masuk ke dalam gubuk. Sedangkan Ran, Angga dan Adit bergetar ketakutan mendengar suara pekikan yang begitu putus asa itu. "Apa sebenarnya yang mereka lakukan dalam gubuk itu?" tanya Adit. Tidak ada jawaban dari Ran dan Angga. Angga lantas menutup laptopnya, dan berjalan mendekat ke Adit. Kemudian ia membuka tas yang digendong oleh temannya itu, dan memasukan laptopnya. "Mumpung dua orang itu tidak ada, ini kesempatan kita mencari tahu," ujar Angga seraya menutup resleting tas kembali. "Benar ayo kita masuk," balas Ran. "Tunggu... apa kalian gak takut? Melihat dua orang tadi, sepertinya

  • Surat Dari Venus   BAB 57 - Gubuk Di Tengah Hutan

    Angga telah menyelesaikan surat izin mereka bertiga dan dikirim melalui email pada Aksa yang masih menjadi wali kelas.Sebuah kertas yang terdapat coretan dibentangkan di atas kasur. Ran, Adit dan Angga menatap kertas-kertas itu dengan seksama, agar tidak ada kesalahan dalam menjalankan misi mereka nanti. Sebuah misi yang menjadi pengalaman baru dalam hidup mereka, karena berurusan dengan anak-anak petinggi sekolah."Mereka adalah geng yang bisa melakukan kekerasan, kalian harus hati-hati nanti. Terutama kamu Ran, cewek harus tetap bersama kami," ujar Adit.Ran mengangguk."Baik, mari ganti pakaian yang nyaman, setelah itu kita menuju ke lokasi," kata Angga.Adit berjalan menuju kopernya, dan meraih sebuah jaket beserta masker, lalu memberikannya pada Ran. "Pakailah..""Terimakasih, aku kembali ke kamarku dulu untuk membersihkan diri."**Ran menghentikan langkahnya sembari menatap gedung hotel yang menjulang tinggi di belakangnya. Matanya berhenti di kaca jendela lantai 3, tempat dim

  • Surat Dari Venus   BAB 56 - Penyiksaan

    "Kamu memimpikan apa, sampai berteriak begitu?" tanya Adit. "Aku bisa minta kertas dan pulpen?" Adit mengernyitkan dahinya bingung. Namun ia tidak bertanya lebih dan meraih sebuah buku catatan kecil fasilitas dari hotel beserta pulpennya. Ia berikan dua barang itu pada Ran. Ran kemudian menulis ulang hal-hal yang Sunny tidak suka, dan mengurutkannya seperti di mimpi. "Apa ini?" tanya Adit bingung. "Coba kamu baca dari huruf awalnya, urut ke bawah." "Aku minta tolong..." gumam Adit. "Mungkin kamu bakal mikir aku gila. Semalam Sunny menyebutkan hal-hal ini. Awalnya aku pun merasa aneh, karena yang dia sebutkan random. Dia memintaku membuatkan puisi dari awalan kata hal-hal yang dia sebutkan ini." "Kamu memimpikannya," ujar Adit menebak. Ran menatap Adit kagum. "Bagaimana kau tahu?" "Bukankah tadi waktu kamu bangun, yang kamu teriakan nama Sunny? Sudah tentu yang kamu impikan gadis itu," jawab Adit, "Aku tidak menganggapmu gila, karena hal-hal seperti ini pernah terjadi padaku.

  • Surat Dari Venus   BAB 55 - Dimensi Tak Terbatas

    "Sikapmu tidak perlu terlalu jelas begitu, kalo orang lain sadar, akan timbul skandal. Menarik juga kisah cinta masa kecil yang bodoh masih kau pertahankan. Dia gadis itu bukan?" gumam Elina. Aksa tersenyum kecut. Kemudian ia mengeluarkan sebuah amplop berukuran kecil berwarna cokelat dari saku jas nya. "Kau juga, jangan terlalu jelas," balas Aksa sembari melemparkan amplop itu di meja. Elina menatap amplop itu cukup lama, kemudian menoleh pada suaminya. "Apa ini?" "Padahal setelah proyek berhasil, kita bisa bercerai seperti perjanjian. Kalo proyek rusak, itu akan jadi salahmu." Elina bergegas meraih amplop itu dan melihat isinya. Betapa terkejutnya ia melihat foto-foto yang ada di dalam amplop itu. Foto dirinya yang tertangkap basah sedang berkencan dengan seorang pria. Bahkan, fotonya yang sedang berciuman dan telanjang ada disana. Bibir Elina bergetar ketakutan. Ia langsung mengembalikan foto-foto itu ke dalam amplop, dan menatap Aksa tajam. "Tujuanku mendekati Raka hanya un

  • Surat Dari Venus   BAB 54 - Permainan Lempar Api

    Ran menghentikan langkahnya sembari mendongakkan kepala ke lantai dua. Ia tidak bisa mengabaikan sesuatu yang masih terasa ganjil dalam benaknya. Dadanya terasa sesak, dengan alasan yang dia tidak ketahui. Adit ikut menghentikan langkah dan menatap gadis itu. "Apa kamu merasa ada sesuatu yang mengganjal juga?" Ran mengangguk, dengan pandangan yang masih menuju lantai dua. "Kamu juga Dit?" "Yah apapun itu, biarlah jadi urusan mereka." "Kamu benar." "Yaudah ayo makan di pestanya Sunny, sebelum acara itu berakhir," kata Adit. Ran menatap pria itu. "Dit, makan di resto hotel aja ya, aku gak terlalu nyaman sama keramaian." Adit tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Kemudian mereka berjalan menuju restoran yang berada di sebelah lobi hotel. Pemandangan restoran itu langsung mengarah ke view kota Jogja, yang akan indah bila disaksikan malam hari. Jalanan yang begitu ramai dengan gemerlap lampu kota dan lampu kendaraan. Mereka mem

  • Surat Dari Venus   BAB 53 - Dibungkam Dalam Tempat Sampah

    "Sialan lu, kita hampir ketahuan!" ujar Ben kesal. PLAK!!! Sebuah tamparan mendarat di pipi Sunny. Sunny yang lemas, tak bisa melakukan apa-apa. "Udah ngechat Ran belum?" tanya Ben. "Barusan gua chat," jawab Grace sembari menunjukan ponsel Sunny yang berada dalam genggamannya. Ben menghembuskan napas kasar, sembari melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. Kemudian ia berkacak pinggang menatap ke arah luar jendela. Seketika terdengar suara langkah kaki seseorang dari jauh, yang membuat mereka bersiaga. Sunny yang sudah dimasukkan ke dalam tempat sampah besar, diletakkan di pojok ruangan. Kemudian Ben menarik Grace dalam pelukannya, dan mendorong gadis itu ke dinding. "Kalian kalo mau bermesuman jangan disini," ujar Adit. Jantung Ben dan Grace seolah disambar petir, mendapati kehadiran pria itu bersama Ran. "Kalian juga kenapa berduaan?" ujar Ben. Ran mendengus kesal. "Sialan kau Ben, menakutiku hanya untuk melindungi hubungan rahasi

  • Surat Dari Venus   BAB 52 - Arwah Pengantin

    Ran mendorong Aksa dengan sekuat tenaga, hingga pria itu terjatuh di lantai. Kemudian ia keluar dari kamar itu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hatinya bingung dengan kenyataan yang tadi ia lihat, bahwa pria itu telah menikah dengan seorang wanita. Pernyataan cinta tadi, membuat hatinya kian kesal karena merasa dipermainkan. Terjawab sudah semua teka-teki yang selama ini ia simpan sendiri di hati, kenapa pria itu menghilang tak berkabar. Ran tidak memilih lift untuk turun ke lantai utama. Ia menggunakan tangga darurat, menghindari Aksa yang mengejarnya. Napas Ran mulai tersenggal-senggal, ketiika ia sampai di lantai tiga. Kakinya pun terasa ngilu, akibat menuruni tangga menggunakan heels. Ia cukup menyesali keputusannya yang menggunakan tangga darurat. Menyiksa diri sendiri, hanya untuk seorang pria yang sama sekali tidak menghargainya. Ran melepas heelsnya, dan menuruni tangga tanpa alas kaki. Seketika saat ia mencapai lantai dua, terlihat sekelebatan se

DMCA.com Protection Status