Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Vania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa lelah setelah bekerja selama 6 jam. Dalam hitungan detik, kedua bola mata Vania tertutup rapat. Ia menjemput mimpi indahnya bersama para pangeran tampan.
Tok....tok...tok.... Seseorang telah mengetuk pintu kamarnya. Vania dengan malas membuka matanya, lalu menurunkan kakinya dari atas ranjang melangkah menuju pintu.
Cek lek suara pintu terbuka.
"Vania, kamu enggak kuliah ya ?" Ucap Siska dengan suara cemprengnya
"Aku masih ngantuk Sis, kamu ngapain tengah malam datang ke kamarku ?" Sahut Vania. Ia berpikir kalau saat ini masih malam.
"Hellowww.....ini bukan malam lagi nona, tapi sudah jam 7 pagi, bahkan anak-anak kost sudah berangkat ke kampusnya masing-masing" ucap Siska sambil menjentikkan jari di depan wajah Vania.
Vania refleks membuka matanya dengan sempurna "ya Tuhan" ucap Vania. Tanpa sadar ia langsung menutup pintu kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.
"Vania, Vania" geram Siska. Ia terkejut karena Vania tiba-tiba menutup pintunya tanpa aba-aba.
.............Vania langsung berlari masuk ke dalam kampus tanpa mengucapkan terima kasih kepada Siska. Tetapi Siska tidak kesal, sebab ia tahu kalau Vania sudah terlambat.Vania menghembuskan napasnya dengan kasar, hatinya sedikit lega karena dosen belum ada di ruangan. "Untung saja dosennya belum masuk" ucap Vania kepada dirinya sendiri sambil mengelus dada.
"Hay, kamu anak baru ya ?" Suara imut dari arah punggung Vania. Ia memutar tubuhnya untuk melihat orang yang baru saja menyapanya.
"Iya kak, saya baru masuk" sahut Vania dengan ramah
"Jangan panggil aku kakak. Mungkin kita satu umur" protes wanita cantik itu "oh ya, kenalin, namaku Regina Putri"
Vania menjabat tangan Regina "namaku Vania Wahyuningsih, tapi biasa dipanggil Vania"
"Ow, namaku cantik, sama dengan wajah kamu" puji Regina.
"Terus aku manggil kamu siapa ?" Tanya Vania. Ia tidak mau sembarang memanggil nama orang.
"Panggil saja Regina. Nanti kita sama ke kantin ya" ajak Regina
"Tapi...."
"Enggak apa-apa, jangan takut. Aku sudah dengar dari teman-teman kalau kamu dapat hukuman dari Tia saat pertama kali masuk kampus. Hal itu tidak akan terulang lagi jika kamu bersamaku" Regina berusaha menenangkan Vania. Memang benar, Tia tidak pernah mengganggu Regina, sebab Regina teman dekat Rico, pria incaran wanita kampus.
"Oky kalau begitu"
...............Sementara Alex sedang berada di kafe Permata, ia sengaja membuat janji dengan klien di sana. Matanya mencari wajah wanita yang sudah membuat jantungnya dak dik duk selama beberapa hari ini. Tetapi sudah hampir 60 menit mereka di sana, ia belum juga melihat wajah cantik Vania. "Apa dia tidak masuk kerja" ucap Alex yang membuat klien yang duduk di hadapannya mengerutkan keningnya karena bingung"Maksud bapak ?" Tanya pria itu
"Ha....oh tidak, itu sekretaris saya tidak masuk kerja hari ini" dalih Alex
"Oh, karena kerja sama kita sudah dil, jadi saya pamit duluan pak Alex"
"Oh iya pak, silahkan" setelah kliennya pergi, Alex sengaja meminta menu lagi, berharap kalau Vania yang akan datang melayaninya. Tetapi lagi-lagi harapnya musnah, karena yang datang waiters lain.
"Hm...saya pesan minuman ini saja"
"Baik pak" jawab waiters itu dengan sopan
"Eh...mbak"
"Iya pak" waiters itu menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya untuk melihat Alex
"Kafe ini masih butuh karyawan ?" Tanya Alex.
"Sepertinya tidak lagi pak, soalnya dua hari ini sudah ada 5 karyawan baru" jawabnya
"Oh...Oky" Alex hanya berpura-pura bertanya lowongan kerja, ia hanya ingin memastikan kalau Vania kerja di kafe ini.
"Minumnya ambil untuk kamu saja, biar aku yang bayar" lanjut Alex kepada waiters itu. Ia bangkit dari kursinya melangkah menuju kasir untuk membayar tagihannya. Setelah itu baru ia pergi meninggalkan kafe dan kembali ke kantor.
...................Satu Minggu telah berlalu. Di mana hari ini Vania tidak masuk kampus dan tidak bekerja sebab hari ini adalah hari Sabtu. Tetapi siang ini Regina mengajaknya untuk nongkrong di kafe. Vania sudah bersiap-siap, ia mengenakan celana jeans warna hitam dan baju kaus lengan pendek warna pink. Saat ia akan pergi, tiba-tiba Rati sang ibu kost memanggilnya."Vani, Vania" panggil Rati yang baru muncul dari dapur.
Vania menghentikan langkahnya "ibu buk"
"Tunggu sebentar Vani, ini ada telepon dari ibu kamu"
Jantung Vania tiba-tiba berdegup kencang saat mendengar Rati mengatakan kalau ada telepon dari ibunya. Ia berpikir sesuatu yang buruk telah terjadi kepada adiknya Dita. Ia berlari menghampiri Rati dan meraih ponsel dari tangan ibu kostnya itu.
"Hallo buk" ucap Vania
"Hallo sayang. Bagaimana kabarmu ?" Balas dari seberang sana
"Aku baik buk, ibu dan Dita bagaimana ?" Vania balik bertanya kepada ibunya.
"Ibu baik sayang, tapi adik kamu Dita, sedang dirawat di ruang sakit"
"Ada apa dengan Dita buk ?" Tanya Vania dengan cemas. Kedua mata indahnya sudah mengeluarkan cairan bening yang hangat.
"Tadi malam Dita mengeluh sakit di bagian dadanya. Tapi setelah pagi, Dita muntah dara sayang. Itu sebabnya ibu membawanya ke rumah sakit"
"Ibu dapat uang dari mana, untuk membawa Dita ke rumah sakit"
"Ibu pinjam dari tetangga, tapi katanya harus dibayar bulan depan"
"Syukurlah. Ibu enggak usah pusing masalah uang yang ibu pinjam. Vania akhir bulan ini sudah gajian buk. Mudah-mudahan cukup untuk membayar utangnya"
"Kamu kerja apa nak ?"
"Aku kerja di kafe buk" jawab Vania
"Terus bagaimana dengan kuliahmu ?"
"Ibu enggak usah cemas. Aku bisa mengatur waktu buk. Vania masuk kuliah pukul 8 pagi sampai pukul 2 siang. Terus Vania masuk kerja dari pukul 7 sampai pukul 1 malam" Vania menjelaskan waktu kuliah dan kerjanya.
"Ya ampun sayang. Apa enggak terlalu capai" cemas Santi. Ia merasa kasihan kepada putrinya itu.
"Enggak buk, saya kerjanya santai saja. Pokonya ibu tenang saja"
"Pokonya jangan terlalu memaksakan diri ya sayang. Ibu takut kalau kamu jatuh sakit karena terlalu lelah. Jika kamu sakit ! Siapa yang akan mengurus kamu ?" Pesan Santi kepada Vania.
"Iya buk. Ibu enggak usah cemaskan Vania. Vania di sini memiliki teman-teman yang baik dan memiliki ibu kost yang baik. Mereka semua sayang sama Vania buk" Vania berusaha menenangkan hati ibunya. Ia tidak ingin jika ibunya bertambah pusing memikirkan dirinya.
"Syukurlah sayang, ibu tenang mendengarnya. Kalau begitu ibu tutup teleponnya dulu. Jaga dirimu baik-baik nak"
"Iya buk, ibu juga jaga diri baik-baik ya" sahut Vania sebelum memutuskan sambungan teleponnya. Setelah itu ia mengembalikan ponselnya kepada Rati sang ibu kost.
"Terima kasih buk. Vania sekalian pamit ya buk" ucap Vania.
"Iya Vani. Hati-hati di jalan" sahut Rati.
"Iya buk"
Saat Vania keluar dari pintu ia sudah melihat mobil Regina terparkir di luar dan Regina sedang berbicara dengan pak penjaga kost. Ia melangkah menghampiri teman barunya itu.
"Hay, Na" sapa Vania. Ia manggil Regina dengan singkatan Na
"Eh, Vania. Kita jalan sekarang yuk" ajak Regina.
Kedua gadis cantik itu masuk ke dalam mobil dan siap untuk membela jalan ibu kota. Regina sengaja mengajak Vania keliling kota Jakarta, ia ingin mengenalkan kota Jakarta kepada sahabat barunya itu.
Sepanjang jalan, Vania terkagum-kagum melihat bangunan-bangunan tinggi yang ada di sekitar kota Jakarta. Ia sudah 10 hari tinggal di Jakarta tetapi baru kali ini ia melewati pusat kota besarnya.
"Na, enak banget ya, kalau suatu saat kita bisa bekerja menjadi karyawan di gedung mewah seperti ini" Vania menunjuk bangunan tinggi yang ada di hadapan mereka.
"Sabar Vania, suatu saat kita pasti bisa bekerja di sana. Apa lagi kamu kan anak yang berprestasi tinggi. Tidak sulit bagimu untuk bekerja di perusahaan besar" puji Regina. Iya yakin kalau Vania akan mudah mendapatkan perkejaan di perusahaan besar yang ada di ibu kota Jakarta. Sebab Vania anak yang pintar dan cerdas. Hanya saja dia terlalu polos.
"Jangan menggodaku seperti itu dong Na" protes Vania "oh iya, orang tua kamu punya usaha apa si Na ?" Lanjut Vania
"Orang tuaku hanya punya usaha kecil-kecilan" jawab Regina.
"Tapi kamu enak, punya mobil sendiri, punya ponsel mahal, punya baju-baju bagus" puji Vania.
"Itu semua hasil kerja kerasku sendiri Vania" sahut Regina.
"Oh...jadi kamu kerja juga, biar bisa beli mobil ini"
Regiana menganggukkan kepalanya
"Kamu kerja apa Na ?" Tanya Vania dengan penasaran. Ia berniat untuk bekerja di tempat Regina. Bukan untuk mendapatkan uang banyak terus membeli mobil atau barang-barang mahal. Tetapi agar ia bisa membiayai pengobatan adiknya. Ia berharap bisa membawa Dita berobat ke Amerika.
"Suatu saat, aku pasti menceritakannya kepadamu. Untuk saat ini kita makan, minum dan santai" Regina memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah kafe, di mana ia biasanya nongkrong dengan teman-temannya.
*****Sementara di perusahaan Winata Grup. Alex sedang berkumpul dengan geng KUDAJIR yaitu Kumpulan Daddy Tajir."Lex, kamu sampai kapan hidup sendiri seperti ini ?" Tanya Andrian Mahendra, sahabat Alex sejak kecil. Memiliki perusahaan sama sepertinya."Iya, benar itu" timpal Biyan."Aku belum terpikir untuk mencari pengganti Santi" jawab Alex"Belum terpikir atau yang itu enggak hidup lagi" canda Andrian sambil memayungkan bibirnya ke arah bawa pusat Alex"Sembarangan lu ?" Protes Alex"Aku juga berpikir seperti itu. Sedangkan kita yang masih punya istri tetap aja ingin coba yang lain" timpal Biyan"Kalian berdua kan beda denganku" jawab Alex dengan santai."Ya jelas beda lah bro. Punya kami masih hidup dan norma. Kalau punya kamu mah, perlu diragukan" cibir Biyan."Ih....kalian benar-benar" geram Alex"Kalau memang punya kamu masih hidup dan norma ! Coba buktikan" tantang Andrian"Besok-
Dua hari telah berlalu, Vania belum juga mendapatkan uang untuk biaya operasi Dita. Ia sudah mencoba meminjam kepada Ferdy sang bosnya di kafe. Tetapi Ferdy justru meminta imbalan darinya, yaitu menikah sirih dengannya. Tentu saja Vania menolak permintaan Ferdy. Di saat itu juga ia sadar, kenapa Siska melarangnya untuk meminta bantuan kepada Ferdy.Vania mondar-mandir di kamarnya, ia sudah tidak tahu lagi dari mana bisa mendapatkan uang. Ia sudah mencoba untuk melamar sebagai pelayan di rumah orang kaya. Banyak yang menerimanya bekerja, tapi tidak satupun yang mau meminjamkan uang dengan jumlah sebanyak yang ia minta.Jalan satu-satunya, ia harus meminta bantu kepada Regina. Vania keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur untuk mencari Rati sang ibu kost. "Selamat pagi buk" sapa Vania"Pagi Vania" sahut Rati"Buk, aku boleh pinjam ponselnya sekali lagi" ucap Vania ragu-ragu.Rati menghentikan gerakan tangannya yang memotong kentan
Dua hari telah berlalu, Vania belum memberikan jawaban kepada Regina, sementara dokter yang menangani Dita sudah berkali-kali menghubunginya, menanyakan kapan Dita akan dioperasi. Dokter selalu mendesak Vania karena Dita saat ini sedang kritis. Anak malang itu sudah dua kali kritis dalam satu Minggu ini.Vania meraih ponsel dari atas meja belajarnya, lalu menghubungi Regina. Ia mengatakan kalau dia bersedia menjadi sugar baby. Walaupun Vania belum mengerti apa itu sugar baby, tetapi keputusannya sudah bulan.Setelah sambungan teleponnya terputus, Regina mencoba menghubungi Daddynya.Tu...tu...tu.... "Ayo angkat dong sayang" ucap Regina. Sudah tida kali ia menghubungi Andrian tetapi tidak satupun yang terhubung. Dengan rasa tidak sabar, Regina meraih kunci mobil dari atas meja rias, lalu pergi ke kafe di mana biasanya kumpulan Daddy Tajir itu biara nongkrong.Benar saja, saat tiba di sana, ia sudah melihat mobil Andrian dan Alex ada di parkiran kafe. Sebel
Jantung Vania semakin berdegup kencang saat mereka tiba di parkiran kafe. Ia begitu sulit untuk melangkahkan kakinya, bahkan Regina samapi mendorongnya dengan lembut agar kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan khusus yang sudah di booking tadi pagi.Mata Vania menyapu seluruh ruangan yang cukup luas itu, ia penasaran seperti apa wujud calon sugar Daddynya. Tetapi tiba-tiba keningnya mengerut karena di ruangan itu tidak ada siapa-siapa."Re, mana orangnya ?" Tanya Vania kepada Regina."Ih....sudah enggak sabar lagi ya ?" Cibir Regina"Bukan, bukan begitu" bantah Vania"Terus ?""Aku hanya bertanya saja, enggak ada maksud lain" jawab Vania"Oke deh, enggak usah cemberut gitu dong ! Aku hanya bercanda Vania. Aku juga ingin secepatnya bertemu dengan mereka, agar kamu bisa segera menerima uangnya" bujuk Regina. Ia tahu kalau Vania buru-buru ingin bertemu dengan sugar Daddynya karena ingin mendapatkan uang."Emang, uang
Satu bulan telah berlalu, Vania masih tinggal di kost Ikatan Hati. Ia juga jarang bertemu dengan Alex, karena pria tampan itu datang ke kost Ikatan Hati saat ia masih di kampus. Tetapi saat ini Vania sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Alex di sebuah tempat."Vania, kamu mau ke mana ?" Tanya Siska saat Vania keluar dari kamar."Aku ada tugas kampus Sis" jawab Vania dengan berbohong. Tentu saja dia berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakannya kepada Siska kalau ia ingin bertemu dengan Alex."Ow, kamu pergi dengan siapa ?" Tanya Siska. Ia berniat ingin mengantar Vania."Aku dijemput Regina Sis" jawab Vania."Oh, baiklah. Jika kamu butuh bantuan hubungi aku ya?" Ucap Siska."Baik sahabatku. Kalau begitu aku pergi dulu. Sepertinya Regina sudah datang" setelah berpamitan kepada Siska dan Rati sang ibu kost, Vania melangkah menghampiri Regina yang sudah menunggu di parkiran.Sepanjang perjalanan menuju tempat di mana Alex menunggun
Tepat pukul 5 sore, Vania sudah selesai mandi. Saat ini ia sedang berdiri di balkon sambil mengeringkan rambut dengan handuk."AW..." Jerit Vania saat tangan kekar tiba-tiba melingkarkan di pinggangnya dari belakang."Kamu sudah mandi Vania" bisik Alex tepat di telinga Vania.Vania memutar tubuhnya, matanya membulat melihat Alex, jantungnya berdegup tidak menentu, darahnya mengalir kencang seperti sengatan listrik, seluruh tubuhnya tiba-tiba gemetar. "O..o..om, kenapa bisa masuk ?" Ucap Vania dengan gugup sambil berusaha melepaskan tangan Alex dari pinggangnya.Alex meraih sesuatu dari saku celananya "om punya satu kuncinya. Jadi om bisa masuk kapan saja" ucap Alex sambil menunjukkan kunci yang berbentuk kartu ATM itu."Oh..." Sahut Vania dengan tersenyum."Maaf karena aku sudah memelukmu tanpa meminta izin" ucap Alex. Ia merasa bersalah karena sudah memeluk VaniaHehehehe Vania terkekeh "tidak apa-apa om" ucap Vania sambil ters
Sinar matahari yang menembus masuk ke dalam kamar melalui kaca jendela, membangun Vania dari mimpi indahnya. Ia sudah membuka mata, lalu menutupnya kembali saat mengigat kalau hari ini adalah hari Sabtu, yang artinya ia tidak masuk kampus. Tetapi saat ia menyadari kalau ranjang yang ia tiduri saat ini terasa empuk dan jauh berbeda dengan tempat tidur yang biasa ia pakai di kost ! Vania kembali membuka matanya. Ia refleks bangkit dari ranjang "kenapa aku bisa ada di sini ? Bukannya aku tadi malam tidur di sofa" ucap Vania. Ia menurunkan kedua kakinya dari atas ranjang lalu ke luar dari kamar. Langkahnya terhenti saat bola mata indahnya melihat Alex tertidur di atas sofa. "Om Alex benar-benar tampan ya ? Dia masih terlihat muda, padahal kata Siska, anak om Alex sudah seusiaku" ucap Vania kepada dirinya sendiri. Ia begitu mengangumi ketampanan pria yang sedang tertidur di sofa itu. Vania kembali masuk ke dalam kamar, ia meraih selimut lalu membawanya ke lu
Jantung Vania mulai berdegup tidak menentu setelah Regina dan Andrian pergi. Ia melihat benda bulat yang tergantung rapi di dinding menunjukkan pukul 10 malam. Vania berdoa dalam hati semoga Alex tidak akan masuk ke dalam kamar. Tetapi doa Vania tidak dikabulkan oleh yang kuasa, justru ia belum selesai berdoa, Alex sudah muncul dari balik pintu."Kamu belum tidur?" Sapa Alex"Belum om, ini mau tidur" jawab Vania. Ia naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya di sisi ranjang de
"apa ?" Ucap Alex untuk memperjelas."Iya pak . Kami sudah menemukan semua bukti-bukti" Semuanya hanya diam mematung saat polisi membawa Donna ke kantor polisi. Mereka tidak tahu harus berkata dan berbuat apa, karena bukti video dan rekaman pembicaraan Donna sudah di tangan pihak kepolisian, dan semua itu hasil kerja keras Wiranto. Pria paruh baya itu lah yang sudah melaporkan Donna dan memberikan bukti. Ia masih menyimpan rekaman Cctv waktu Donna merusak rem mobil suaminya sendiri, dan hari itu juga suaminya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematian. Wiranto juga mendapat ponsel milik Susan ditempat kejadian kecelakaan dua Minggu yang lalu, di dalam ponsel itu terdapat rekaman perbicangan antara Susan dan Donna. Di sana jelas terdengar kalau Donna yang meminta Susan untuk melakukan tindakan berbahaya itu. Semua itu dilakukan Wiranto untuk memberikan kenyamanan pada anaknya terutama kepada Vania. Ia tahu kalau Donna sejak dulu mencintai Alex, dan wanita licik itu pasti melaku
"benarkah tidak ada yang tersisa sedikitpun cinta untukku ?" Tanya Donna.Alex menggelengkan kepala. "Benar, aku bukanlah pria yang tepat untukmu dan percayalah, Tuhan pasti sudah menyiapkan seorang pria untukmu yang jauh lebih segalanya dariku" ucapnya dengan lembut. Lalu ia melangkah untuk pergi.Setelah membuka pintu, Alex terkejut karena matanya langsung beradu dengan mata Vania. Wanita cantik yang sedang mengandung itu berdiri tepat di depan pintu dengan berlinang air mata. Hatinya pedih bagaikan teriris sembilu mendengar semua perbincangan Alex dan Donna."Sayang..." Ucap Alex. Ia langsung memeluk Vania dengan erat dan membawanya masuk ke dalam kamar."Abang, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Tante Donna ?" Vania bertanya setelah mereka tiba di kamar.Alex menatap sayu Vania. "Sayang, dua Minggu yang lalu aku membuat janji dengan Donna dan kami bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor Winata. Saat pertemuan itu, aku sengaja memberikan harapan kepada Donna, ba
Karena Vania selalu menolak untuk melakukan hubungan suami istri ! Akhirnya Alex masuk ke dalam kamar mandi. Ia berusaha menidurkan Alex junior dengan menggunakan sabun mandi.Tok...tok...tok..."Abang kenapa lama kali di dalam kamar mandi" teriak Vania dari balik pintu kamar mandi."Sebentar sayang, Abang lagi buang air besar" sahut Alex dari dalam sana."Ow... baiklah. Vania tidur duluan ya Abang" Vania kembali ke tempat tidur. Ia menarik selimut untuk menutup tubuhnya hingga leher. Sementara Alex di dalam sana sedang berusaha keras untuk mengeluarkan cairan kental yang sudah 4 hari ini tertimbun di dalam sana."Ow...." Erang Alex setelah sesuatu ke luar dari benda tumpul miliknya. Ketika ke luar dari kamar mandi, Alex melihat Vania sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. "I love you sayang. Kamu adalah separuh hidupku" Alex mengecup kening Vania dengan lembut. Setelah itu baru ia membaringkan tubuh di atas tempat tidur untuk menjemput mimpi indah....................Satu Minggu
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Susan sudah sadarkan diri. Saat ia membuka mata ! Orang yang pertama kali ia cari adalah Vania. Dengan susah paya ia membuka mulut agar bisa berbicara dengan dokter yang saat itu sedang memeriksa kondisinya.Walaupun dengan tata bahasa yang sulit untuk dimengerti ! Sang dokter bisa mengerti dengan ucapan Susan. Ia bergegas ke luar dari ruangan lalu menghampiri Vania yang duduk di kursi besi bersama Alex."Maaf nona" ucap sang dokter."Iya dok" sahut Alex dengan sigap."Sepertinya pasien ingin mengatakan sesuatu kepada nona pak" jawab dokter."Apa.....?" Ucap Vania dan Alex secara bersamaan. "Susan sudah sadarkan diri ?" Lanjut Alex."Sudah pak. Nona Susan sudah melewati masa kritisnya" "Kalau begitu apa kami sudah bisa menemuinya dokter ?" Tanya Alex."Silahkan pak, tapi jangan terlalu lama, karena pasien butuh istirahat"Vania dan Alex melangkah menuju ruangan Susan. Setelah pintu terbuka, Vania sengaja melepaskan genggaman tangan Alex dari
Setelah pertemuan itu, Wiranto tidak pernah datang lagi ke kantor Winata grup. Bahkan ia melayangkan satu lembar kertas sebagai tanda pengunduran diri. Tetapi Alex tidak menanggapinya, bahkan ia meminta sekretaris untuk menghubungi Wiranto agar datang menemuinya.Tok....tok....tok...."Masuk" suara Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" ucap Wiranto sambil menjulurkan kepala dari balik pintu."Silahkan duduk" Alex mempersilahkan Wiranto duduk di kursi tamu yang ada di hadapannya."Maaf jangan memanggilku pak. Sesungguhnya akulah yang memanggil anda bapak, karena anda adalah ayah kandung dari Vania yaitu istriku" ucap Alex."Terima kasih" jawab singkat Wiranto."Bapak tidak perlu sungkan kepada saya. Karena saya adalah menantu anda. Masalah surat pengunduran diri yang bapak kirimkan dua hari yang lalu ! Saya menolaknya. Jangan membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Aku harap bapak bisa bersifat profesional" ucap Alex dengan tegas."Baik, saya akan melanjutkan tugasku sebagai karyawan
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Seorang pria melangkah masuk dari pintu utama bersama pak Asep sang sopir pribadi Alex. Pria itu mengenakan celana hitam, kemeja biru tua dan mengenakan topi yang menutupi setengah dari wajahnya.Sontak kedatangannya membuat jantung Susan berdegup kencang, seluruh tubuhnya gemetar dan dingin. Ia menatap tajam Donna sambil mengeratkan seluruh gigi. Ingin rasanya ia membunuh Donna saat ini juga.Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang mengandung 8 bulan itu mengerutkan kening melihat pria yang sedang melangkah dari pintu utama menuju ruang tamu. Ia merasa tidak asing dengan tubuh pria itu, hanya saja dia tidak bisa mengenalinya karena wajah pria itu tertutupi topi."Nah....itu dia sudah datang" Donna bangkit dari tempatnya, ia melangkah dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan pria itu."Mas Alex bisa bertanya kepadanya" ucap Donna setelah mereka tiba di ruang tamu dan duduk di atas sofa."Apa-apaan ini
Tepat pukul 7 malam, Alex dan Vania sudah tiba di kediaman Winata. Awalnya Vania menolak ajakan suaminya untuk berkunjung ke kediaman Winata, Vania takut bertemu dengan Susan. Tetapi karena Alex mengajak Dita juga ! Akhirnya Vania bersedia untuk ikut.Saat Vania melangkah masuk dari pintu utama ! Susan menyambut mereka dengan baik, ia bersikap manis dan ramah seperti tidak ada masalah diantara ia dan Vania."Hay Vania. Bagaimana kabarmu ? Sudah lama kita tidak bertemu" ucap Susan sambil menjabat tangan Vania dan mencium kedua pipinya. Susan juga melakukan hal yang sama kepada Dita. Tetapi berbeda dengan Alex, pria tampan itu justru menolak berjabat tangan dengan Susan. Alex menggenggam telapak tangan Vania sambil melangkah menuju ruang tamu. Ia malas melihat tingkah Susan yang berputar-putara manis. "Eh... ternyata ada mas Alex dan Vania" suara Donna terdengar dari tangga. Wanita licik yang satu itu mengenakan gaun mini berwarna hitam, dengan dada sedikit terbuka. Ia sengaja memamer
Setelah berpikir satu malam, akhirnya Alex menemukan cara untuk membuka mulut Donna. Ia meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Donna. Alex mengajak Donna untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya. Dan ajakan itu mendapat respon baik dari Donna.Tetap pukul 12 siang, Alex sudah meninggalkan kantor Winata grup, ia melangkah menuju kafe di mana ia membuat janji dengan Donna. Dan benar saja, ketika ia tiba di sana ! Donna sudah menunggu di ruang VIP yang sudah dipesan Alex beberapa jam yang lalu."Maaf sudah membuat kamu lama menunggu" ucap Alex setelah menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Tidak apa-apa mas, aku juga bari sampai" jawab Donna dengan lembut. "Oh iya mas, untuk apa mas memintaku datang kemari ?" Lanjut Donna.Alex tersenyum, ia menggenggam punggung tangan Donna yang terletak di atas meja. "Yang pastinya, kedatangan kamu kemari tidak akan sia-sia dan mengecewakan" ucapnya dengan lembut.Sentuhan lembut dari tangan Alex sanggup membuat seluruh bulu
Setelah tiba di kediaman Winata, Alex langsung memanggil nama Donna dari ruang tamu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya. Alex bukan hanya curiga dengan sikap perubahan Vania, tetapi ia juga curiga tentang kedekatan putrinya dengan Wiranto. Bayang-bayang kedekatan Tia dengan Wiranto sewaktu di kafe, masih berputar-putar di bayangan mata Alex."Donna, Donna" panggil Alex dengan suara lantang.Mendengar suara Alex yang begitu lantang ! Lantas mengundang semua yang ada di mansion megah itu ke luar dari kamarnya masing-masing."Alex, kamu kenapa berteriak seperti ini sayang ?" Ucap Felicia saat ke luar dari kamarnya."Eh....mama" Alex menjabat tangan Felicia dan mencium punggungnya. "Apa mama melihat Donna ?" Lanjut Alex sambil bertanya."Aku di sini mas ?" Sahut Donna yang sedang melangkah menuruni anak tangga menuju ruang tamu."Nah itu dia" Felicia menunjuk ke arah Donna."Don, aku ingin bertanya tentang Susan" ucap Alex tanpa basa-basi. Felicia menge