Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Vania belum juga masuk ke dalam kamar. Wanita cantik itu masih setia duduk di ruang tamu. Alex yang sudah tidak sabar lagi menunggu Vania, terpaksa harus menurunkan kaki dari atas tempat tidur dan melangkah untuk melihat Vania ke ruang tamu.
"Vania" panggil Alex dari pintu kamar
"I...iya om" sahut Vania
"Ini sudah larut malam. Kenapa belum tidur ?" Ucap Alex
"I...iya om, ini Vania mau masuk kamar" Vania bangkit dari sofa, ia melangkah ke arah Alex yang masih berdiri di bibir pintu.
"Om mau minta tolong, boleh ?" Ucap Alex saat Vania tiba di pintu kamar
"Boleh om, apa om ?" Jawab Vania
"Badan om terasa capai, bantu oleskan balsem dong" Alex melangkah menuju meja rias dan meraih balsem dari sana lalu memberikannya kepada Vania.
Vania memejamkan mata saat Alex membuka kausnya. "Harus buka baju ya om ?" Ucapnya
"Kalau bajunya enggak dibuka, gimana kamu mau mengol
Setelah Alex masuk ke dalam kamar mandi, Vania bergegas ke luar dari kamar, ia melangkah menuju kamar mandi yang ada di ruang tamu. Vania mengguyur tubuhnya di bawah tetesan air shower, ia mengusap seluruh tubuhnya dengan kasar sambil meneteskan air mata. Ia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri."Aku sudah kotor" ucap Vania berkali-kali. Vania sudah 18 tahun ada di dunia ini, tapi baru kali ini ia disentuh pria. Selama ini Vania tidak pernah pacaran ataupun dekat dengan pria. Alex lah pria yang pertama mencium bibirnya dan menyentuh dadanya.Saat ke luar dari kamar mandi, Vania melihat Alex tidur di atas sofa. Ia melangkah dengan lembut menuju kamar, agar tidak membangunkan Alex. Ia menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya dari dalam kamar.Ting-nong ting-nong suara nyaring ponsel Alex yang terlalu di atas meja rias membangunkan Vania dari tidurnya. Ia menurunkan kaki dari atas tempat tidur lalu melangkah menuju meja rias untuk meraih ponsel Alex. Tanpa memperh
Satu bulan telah berlalu, hubungan Vania dengan Alex masih tetap jalan di tempat. Pria tampan satu anak itu, tidak pernah lagi menyentuh Vania. Ia selalu teringat dengan tetesan air mata yang mengalir dari sudut mata wanita cantik itu. Tetapi selama satu bulan ini, Alex selalu datang menemui Vania, dan menginap tiga kali dalam satu Minggu, tetapi mereka tidur terpisah. Vania tidur di kamar utama sedangkan Alex tidur di kamar yang satu lagi."Vania" panggil Alex. Saat ini mereka sedang menonton televisi di ruang keluarga."Iya om" sahut Vania"Om besok berangkat ke Bali. Enggak apa-apa kan om tinggal dulu selama beberapa hari ini ?" Ucap Alex. Besok pagi Alex akan berangkat ke Bali bersama Andrian. Mereka ada meeting di Bali sesama pengusaha."Iya om, enggak apa-apa" sahut Vania"Atau kamu mau ikut ? Soalnya Andrian bawa Regina" ajak Alex."Enggak usah om. Lain kali saja" tolak Vania. Ia bukan tidak mau ikut, atau tidak ingin melihat Ba
Satu hari, Vania hanya berdiam diri di apartemen, wanita cantik itu sibuk mempelajari bagaimana cara menggunakan ponsel Android yang baru diberikan Alex kepadanya tadi pagi."Ini gimana caranya" ucap Vania sambil menekan salah satu aplikasi yang ada di ponselnya. Saat ia sedang sibuk memikirkan caranya, tiba-tiba ponselnya berderingTing-nong ting-nong suara nyaring ponsel"Ya Tuhan, ini ponselnya kenapa ?" Vania bingung sendiri. Ia tidak mengerti kalau panggilan yang masuk ke ponselnya adalah panggilan video call."Ini digeser ke atas atau ke bawah ya ?" Ucap Vania "terus kenapa nama yang muncul sugar daddy ? Ini kan ponsel baru, tapi kok ada namanya ya ?" Ucapnya."Coba geser ke bawah saja dah" Vania menggesernya ke arah bawah "lah kok jadi kembali seperti tadi" ucapnya karena kembali ke profil utama. Tentu saja kembali ke layar utama, orang Vania mematikan panggilannyaHanya berselang 1 menit, ponselnya kembali berdering "yah, dia berbuny
Rico sudah berkeliling kota Jakarta untuk mencari alamat Vania, ia sudah berkali-kali menanyakan di mana alamatnya, tetapi Vania hanya menjawabnya dengan menggelengkan kepala. Wanita cantik itu masih dalam pengaruh obat yang ia minum. Jalan satu-satunya, Rico menghubungi Regina, ia tidak mungkin membawa Vania ke kostnya atau ia tidak mungkin meninggalkan Vania di jalanan."Hallo kak Rico" sahut Regina dari seberang sana"Regina kamu di mana ?" Tanya Rico"Aku baru saja sampai di kost. Ada apa kak ?""Tolong bantu aku Regina" Rico menceritakan semuanya, dan meminta Regina untuk datang menemuinya.Hanya butuh 15 menit, Regina sudah tiba di alamat yang dikirimkan Rico. Sebelum membawa Vania kembali ke apartemen ! Regina berkali-kali mengucapkan terima kasih kepada Rico. Jika Rico tidak menolong Vania, entah seperti apa sekarang sahabatnya itu.Regina meminta bantuan kepada penjaga apartemen untuk membantunya membawa Vania ke atas. I
Vania membuka mata setelah sinar matahari masuk ke dalam kamarnya melalui sela-sela kaca. Ia beberapa kali menggeliat untuk menormalkan tubuhnya dari tidur panjang. Vania berteriak saat tangannya membuka selimut dan melihat tubuhnya polos tanpa sehelai benang. Ia refleks menutup kembali tubuhnya dengan selimut."Ya Tuhan apa yang sudah terjadi tadi malam antara aku dan om Alex ? Apa aku dan om Alex sudah ?" Ucapnya"Oh tidak, tidak. Itu tidak mungkin" ucap Vania menepis pikiran kotornya. Ia kembali membuka selimut dengan pelan untuk memastikan ada bercak darah atau tidak di atas seprai.Vania mengelus dada, setelah tidak menemukan adanya bercak darah atau noda di atas tempat tidur "syukurlah lah" ucapnya sambil menghembuskan napas lega"Tapi kenapa aku ada di sini ya ? Bukannya aku tadi malam sedang menghadiri pesta ulang tahun Tia ?" Ucapnya kembali setelah mengingat-ingat kejadian tadi malam."Kamu sudah bangun" suara Alex yang membuat Vani
Setelah kembali dari kampus, Vania tidak bisa tenang, ia berkali-kali melihat dirinya dari pantulan kaca. Tangannya selalu mengusap leher hingga dadanya. Pikirannya sudah melayang-layang hingga ke ujung langit. Ia juga yakin dan percaya dengan apa yang dikatakan Regina kepadanya, karena saat membuka mata tadi pagi ia tidak mengenakan pakaian, tubuhnya polos seperti bayi yang baru lahir.Tok....tok...tok.... Terdengar suara ketukan pintu. Vania sempat bingung, tidak biasanya ada tamu yang datang ke apartemennya. Tidak mungkin Regina yang datang, karena mereka barusan bertemu di kampus dan tidak mungkin Alex, karena pria tampan itu memiliki kunci sendiri.Vania melangkah untuk membuka pintu. Matanya membulat setelah pintu terbuka dan melihat wanita yang ada dihadapannya "Siska" ucapnyaTanpa menjawab Vania, Siska langsung memeluk sahabatnya itu, ia sudah begitu rindu kepada Vania, karena satu bulan terakhir ini, mereka jarang bertemu karena jadwal kampus yang berb
Setelah 30 menit membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, Vania merasa ada yang aneh dengan dirinya, ia merasa gelisah tidak menentu, bahkan tanpa ia sadari tangannya meremas gunung kembar miliknya sendiri. Wanita cantik itu merasa sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Vania menurunkan kedua kakinya dari atas tempat tidur, ia melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci wajahnya, namun dengan mencuci wajah tidak merubah sedikit pun dengan apa yang ia rasakan saat ini."Apa yang terjadi denganku" gerutu Vania. Ia benar-benar resah dan tidak mengerti.Vania berusaha untuk menahan rasa aneh yang mendorong dari dalam tubuhnya, sampai seluruh keningnya mengeluarkan keringat. Tetapi semakin lama rasa aneh itu semakin kuat. Vania berlari ke luar dari kamar dan menghampiri Alex yang sedang duduk di sofa empuk sambil menonton di ruang keluarga. Tanpa rasa malu, Vania melumat bibir Alex dengan kasar, ia meraih tangan pria tampan itu lalu meletakkannya tepat d
Satu Minggu telah berlalu, di dalam satu Minggu ini Vania dan Alex jarang bertemu. Pria tampan itu sibuk mengurus perusahaan dan putrinya yang masuk rumah sakit. Mereka hanya berkomunikasi melalui telepon dan melepas rindu melalui video call.Saat ini Vania sedang duduk di sebuah kafe bersama Regina dan Siska. Ketiga wanita cantik itu sedang menikmati makanan ringan sambil berbincang-bincang."Kalian sudah tahu enggak, kalau anak om Alex masuk rumah sakit" ucap Siska di tengah-tengah perbincangan mereka."Su..." Vania menghentikan ucapannya. Ia hampir saja keceplosan. Untung saja Siska tidak memperhatikannya."Oh ya" sahut Regina dengan berpura-pura terkejut. Sebenarnya ia sudah tahu dari Vania dan kekasihnya Andrian"Iya, kalau tidak salah ! Sudah satu Minggu dirawat di rumah sakit" ucap Siska"Kamu tahu dari mana Sis ?" Tanya Vania"Tiga hari yang lalu, om Alex datang ke kost untuk memberikan jatah mingguan. Pas aku ke luar da
"apa ?" Ucap Alex untuk memperjelas."Iya pak . Kami sudah menemukan semua bukti-bukti" Semuanya hanya diam mematung saat polisi membawa Donna ke kantor polisi. Mereka tidak tahu harus berkata dan berbuat apa, karena bukti video dan rekaman pembicaraan Donna sudah di tangan pihak kepolisian, dan semua itu hasil kerja keras Wiranto. Pria paruh baya itu lah yang sudah melaporkan Donna dan memberikan bukti. Ia masih menyimpan rekaman Cctv waktu Donna merusak rem mobil suaminya sendiri, dan hari itu juga suaminya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kematian. Wiranto juga mendapat ponsel milik Susan ditempat kejadian kecelakaan dua Minggu yang lalu, di dalam ponsel itu terdapat rekaman perbicangan antara Susan dan Donna. Di sana jelas terdengar kalau Donna yang meminta Susan untuk melakukan tindakan berbahaya itu. Semua itu dilakukan Wiranto untuk memberikan kenyamanan pada anaknya terutama kepada Vania. Ia tahu kalau Donna sejak dulu mencintai Alex, dan wanita licik itu pasti melaku
"benarkah tidak ada yang tersisa sedikitpun cinta untukku ?" Tanya Donna.Alex menggelengkan kepala. "Benar, aku bukanlah pria yang tepat untukmu dan percayalah, Tuhan pasti sudah menyiapkan seorang pria untukmu yang jauh lebih segalanya dariku" ucapnya dengan lembut. Lalu ia melangkah untuk pergi.Setelah membuka pintu, Alex terkejut karena matanya langsung beradu dengan mata Vania. Wanita cantik yang sedang mengandung itu berdiri tepat di depan pintu dengan berlinang air mata. Hatinya pedih bagaikan teriris sembilu mendengar semua perbincangan Alex dan Donna."Sayang..." Ucap Alex. Ia langsung memeluk Vania dengan erat dan membawanya masuk ke dalam kamar."Abang, apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan Tante Donna ?" Vania bertanya setelah mereka tiba di kamar.Alex menatap sayu Vania. "Sayang, dua Minggu yang lalu aku membuat janji dengan Donna dan kami bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor Winata. Saat pertemuan itu, aku sengaja memberikan harapan kepada Donna, ba
Karena Vania selalu menolak untuk melakukan hubungan suami istri ! Akhirnya Alex masuk ke dalam kamar mandi. Ia berusaha menidurkan Alex junior dengan menggunakan sabun mandi.Tok...tok...tok..."Abang kenapa lama kali di dalam kamar mandi" teriak Vania dari balik pintu kamar mandi."Sebentar sayang, Abang lagi buang air besar" sahut Alex dari dalam sana."Ow... baiklah. Vania tidur duluan ya Abang" Vania kembali ke tempat tidur. Ia menarik selimut untuk menutup tubuhnya hingga leher. Sementara Alex di dalam sana sedang berusaha keras untuk mengeluarkan cairan kental yang sudah 4 hari ini tertimbun di dalam sana."Ow...." Erang Alex setelah sesuatu ke luar dari benda tumpul miliknya. Ketika ke luar dari kamar mandi, Alex melihat Vania sudah tertidur pulas di atas tempat tidur. "I love you sayang. Kamu adalah separuh hidupku" Alex mengecup kening Vania dengan lembut. Setelah itu baru ia membaringkan tubuh di atas tempat tidur untuk menjemput mimpi indah....................Satu Minggu
Dua hari telah berlalu, di mana pagi ini Susan sudah sadarkan diri. Saat ia membuka mata ! Orang yang pertama kali ia cari adalah Vania. Dengan susah paya ia membuka mulut agar bisa berbicara dengan dokter yang saat itu sedang memeriksa kondisinya.Walaupun dengan tata bahasa yang sulit untuk dimengerti ! Sang dokter bisa mengerti dengan ucapan Susan. Ia bergegas ke luar dari ruangan lalu menghampiri Vania yang duduk di kursi besi bersama Alex."Maaf nona" ucap sang dokter."Iya dok" sahut Alex dengan sigap."Sepertinya pasien ingin mengatakan sesuatu kepada nona pak" jawab dokter."Apa.....?" Ucap Vania dan Alex secara bersamaan. "Susan sudah sadarkan diri ?" Lanjut Alex."Sudah pak. Nona Susan sudah melewati masa kritisnya" "Kalau begitu apa kami sudah bisa menemuinya dokter ?" Tanya Alex."Silahkan pak, tapi jangan terlalu lama, karena pasien butuh istirahat"Vania dan Alex melangkah menuju ruangan Susan. Setelah pintu terbuka, Vania sengaja melepaskan genggaman tangan Alex dari
Setelah pertemuan itu, Wiranto tidak pernah datang lagi ke kantor Winata grup. Bahkan ia melayangkan satu lembar kertas sebagai tanda pengunduran diri. Tetapi Alex tidak menanggapinya, bahkan ia meminta sekretaris untuk menghubungi Wiranto agar datang menemuinya.Tok....tok....tok...."Masuk" suara Alex dari dalam ruangan."Permisi pak" ucap Wiranto sambil menjulurkan kepala dari balik pintu."Silahkan duduk" Alex mempersilahkan Wiranto duduk di kursi tamu yang ada di hadapannya."Maaf jangan memanggilku pak. Sesungguhnya akulah yang memanggil anda bapak, karena anda adalah ayah kandung dari Vania yaitu istriku" ucap Alex."Terima kasih" jawab singkat Wiranto."Bapak tidak perlu sungkan kepada saya. Karena saya adalah menantu anda. Masalah surat pengunduran diri yang bapak kirimkan dua hari yang lalu ! Saya menolaknya. Jangan membawa masalah pribadi dalam pekerjaan. Aku harap bapak bisa bersifat profesional" ucap Alex dengan tegas."Baik, saya akan melanjutkan tugasku sebagai karyawan
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya yang ditunggu-tunggu telah tiba. Seorang pria melangkah masuk dari pintu utama bersama pak Asep sang sopir pribadi Alex. Pria itu mengenakan celana hitam, kemeja biru tua dan mengenakan topi yang menutupi setengah dari wajahnya.Sontak kedatangannya membuat jantung Susan berdegup kencang, seluruh tubuhnya gemetar dan dingin. Ia menatap tajam Donna sambil mengeratkan seluruh gigi. Ingin rasanya ia membunuh Donna saat ini juga.Berbeda dengan Vania, wanita cantik yang sedang mengandung 8 bulan itu mengerutkan kening melihat pria yang sedang melangkah dari pintu utama menuju ruang tamu. Ia merasa tidak asing dengan tubuh pria itu, hanya saja dia tidak bisa mengenalinya karena wajah pria itu tertutupi topi."Nah....itu dia sudah datang" Donna bangkit dari tempatnya, ia melangkah dengan penuh semangat untuk menyambut kedatangan pria itu."Mas Alex bisa bertanya kepadanya" ucap Donna setelah mereka tiba di ruang tamu dan duduk di atas sofa."Apa-apaan ini
Tepat pukul 7 malam, Alex dan Vania sudah tiba di kediaman Winata. Awalnya Vania menolak ajakan suaminya untuk berkunjung ke kediaman Winata, Vania takut bertemu dengan Susan. Tetapi karena Alex mengajak Dita juga ! Akhirnya Vania bersedia untuk ikut.Saat Vania melangkah masuk dari pintu utama ! Susan menyambut mereka dengan baik, ia bersikap manis dan ramah seperti tidak ada masalah diantara ia dan Vania."Hay Vania. Bagaimana kabarmu ? Sudah lama kita tidak bertemu" ucap Susan sambil menjabat tangan Vania dan mencium kedua pipinya. Susan juga melakukan hal yang sama kepada Dita. Tetapi berbeda dengan Alex, pria tampan itu justru menolak berjabat tangan dengan Susan. Alex menggenggam telapak tangan Vania sambil melangkah menuju ruang tamu. Ia malas melihat tingkah Susan yang berputar-putara manis. "Eh... ternyata ada mas Alex dan Vania" suara Donna terdengar dari tangga. Wanita licik yang satu itu mengenakan gaun mini berwarna hitam, dengan dada sedikit terbuka. Ia sengaja memamer
Setelah berpikir satu malam, akhirnya Alex menemukan cara untuk membuka mulut Donna. Ia meraih ponsel dari saku celana, lalu menghubungi Donna. Alex mengajak Donna untuk bertemu di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantornya. Dan ajakan itu mendapat respon baik dari Donna.Tetap pukul 12 siang, Alex sudah meninggalkan kantor Winata grup, ia melangkah menuju kafe di mana ia membuat janji dengan Donna. Dan benar saja, ketika ia tiba di sana ! Donna sudah menunggu di ruang VIP yang sudah dipesan Alex beberapa jam yang lalu."Maaf sudah membuat kamu lama menunggu" ucap Alex setelah menjatuhkan bokongnya di atas kursi."Tidak apa-apa mas, aku juga bari sampai" jawab Donna dengan lembut. "Oh iya mas, untuk apa mas memintaku datang kemari ?" Lanjut Donna.Alex tersenyum, ia menggenggam punggung tangan Donna yang terletak di atas meja. "Yang pastinya, kedatangan kamu kemari tidak akan sia-sia dan mengecewakan" ucapnya dengan lembut.Sentuhan lembut dari tangan Alex sanggup membuat seluruh bulu
Setelah tiba di kediaman Winata, Alex langsung memanggil nama Donna dari ruang tamu. Ia sudah tidak sabar lagi untuk segera mengetahui apa yang sebenarnya. Alex bukan hanya curiga dengan sikap perubahan Vania, tetapi ia juga curiga tentang kedekatan putrinya dengan Wiranto. Bayang-bayang kedekatan Tia dengan Wiranto sewaktu di kafe, masih berputar-putar di bayangan mata Alex."Donna, Donna" panggil Alex dengan suara lantang.Mendengar suara Alex yang begitu lantang ! Lantas mengundang semua yang ada di mansion megah itu ke luar dari kamarnya masing-masing."Alex, kamu kenapa berteriak seperti ini sayang ?" Ucap Felicia saat ke luar dari kamarnya."Eh....mama" Alex menjabat tangan Felicia dan mencium punggungnya. "Apa mama melihat Donna ?" Lanjut Alex sambil bertanya."Aku di sini mas ?" Sahut Donna yang sedang melangkah menuruni anak tangga menuju ruang tamu."Nah itu dia" Felicia menunjuk ke arah Donna."Don, aku ingin bertanya tentang Susan" ucap Alex tanpa basa-basi. Felicia menge