Home / Romansa / Suddenly Married / Sebuah Perhatian

Share

Sebuah Perhatian

Author: Lanlia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Walaupun Wanti dan Nuni sempat kecewa mendengar kabar Zidny yang ternyata tak hamil, tetapi mereka tetap mengkhawatirkan Zidny, karena terkena asam lambung. 

"Zid, kamu beneran udah nggak apa-apa, kan?" tanya Wanti. 

"Nggak pa-pa, kok, Ma." 

"Kamu istirahat dulu aja, Sayang. Zidan, bawa istri kamu ke kamar," suruh Wanti, diangguki Zidan. 

Zidan lalu membimbing istrinya itu menuju ke kamar. 

"Beneran udah nggak pa-pa? Minum obat dulu, ya," ucap Zidan. 

"Emangnya obat tadi jadi Pak Zidan ambil? Bukannya dikasih lagi ke dokternya?" tanya Sansan heran. 

"Rugi, Zid. Obatnya, kan, dibeli." 

Sansan memutar bola matanya. Sebenarnya Sansan takut meminum obat, daridulu ia selalu menghindarinya, maka dari itu Sansan jarang sakit. Walaupun demam, ia hanya memilih untuk istirahat saja dan minum air hangat. 

Setelah sampai kamar. Sansan duduk di ranjang, sedangkan Zidan mengambilkan air unt

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suddenly Married   Terbongkar

    Mengingat tentang hal semalam Zidan jadi semakin penasaran apa yang terjadi dengan orang tua Zidny. Kenapa mereka tak hadir saat pernikahan putrinya? Ke mana mereka sekarang? Zidan pun berniat menanyakan tentang itu pada Nuni—di luar sepengetahuan istrinya.Pagi ini Zidan menyuruh Zidny untuk tetap beristirahat dulu saja di kamar, walaupun istrinya itu berkata sudah sembuh, tetapi Zidan tetap menyuruhnya tetap di kamar saja.Sebelum berangkat ke kantor, Zidan menghampiri Nuni terlebih dahulu. Ia berjalan ke kamar Nuni dan mengetuk pintu.Tak lama kemudian pintu terbuka, menampakkan Nuni yang sepertinya baru selesai mandi."Eh, Nak Zidan. Ada apa, Nak?""Mama mana, Nek?" tanya Zidan."Wanti ke warung, beli bahan masakan. Ada apa, Nak?""Sebenarnya ada hal yang ingin Zidan tanyakan, Nek. Boleh bicara dengan Nenek sebentar?" tanya Zidan sopan."Boleh, Nak. Kita bicara di mana?"

  • Suddenly Married   Pindah

    Sansan tak menggubris. Ia masih diam tak berkutik, sampai seseorang di balik pintu itu masuk dengan kunci cadangan."Nak ....""Kenapa Nenek menceritakan semuanya?" tanya Zidny tanpa menatap muka Nuni. Ya, yang datang adalah Nuni, semua orang di rumah ini memang mempunyai kunci cadangan setiap kamar ataupun pintu depan."Maaf, Nak, tapi ....""Aku nggak mau dikasihani, Nek. Aku nggak mau ada orang yang tahu penderitaanku selama ini."Nuni pun mendekat ke arah Sansan. Ia duduk di tepi ranjang. Sansan yang melihat itu segera bangkit dan duduk bersandar di kepala ranjang. Namun, ia sama sekali tak menoleh ke arah Nuni, Sansan menatap ke luar jendela."Zidan suami kamu, Nak.""Aku nggak peduli, Nek." Air mata Zidny pun meluncur. Ia mengusap matanya pelan."Maaf, Nak ...." Nuni menunduk, ia jadi merasa bersalah.Sansan menatap ke arah Nuni. Oh, tidak! Apakah Nuni ... menan

  • Suddenly Married   Mulai Mencintai

    Zidan terdiam saat melihat tamu yang datang adalah Reni—mantan kekasinya. Untuk apa wanita itu datang kemari?"Hai, Mas Zidan. Apa kabar?" sapa Reni. Namun, Zidan hanya diam saja. Reni tampak berbeda, tumben sekali wanita itu tidak memakai make up dan juga ia berkacamata."Ada apa?" tanya Zidan tak ingin basa-basi."Aku ke sini hanya mau pamit. Sekalian mau minta maaf sama kamu," ucap Reni lembut. Zidan tetap tak berkutik."Maafin kesalahan yang pernah terjadi di antara kita, ya, Mas. Aku tau, aku udah nyakitin hati kamu. Ak--aku minta maaf." Reni lalu mendekati Zidan dan memegang kedua tangan pria itu sembari minta maaf. Zidan sempat terkejut saat wanita itu tiba-tiba menggenggam tangannya."Aku akan pindah ke Bandung. Mungkin ... untuk selamanya. So, kita pasti nggak akan ketemu lagi, Mas," ucap Reni. Ia menghela napas sembari menundukkan kepala. "Ak--aku ... boleh minta satu permintaan sebelum pergi, nggak?" t

  • Suddenly Married   Tiket Liburan

    Muka Sansan tiba-tiba merona, saat mengingat kejadian di kantor Zidan tadi. Ia tak menyangka jika Zidan menciumnya, apa suaminya itu tak mengerti keadaan, bahwa ia sedang marah.Sansan meletakkan tangan di dada kirinya. Detak jantung itu masih berdetak lebih cepat. Sansan jadi senyum-senyum sendiri jadinya."Kamu kenapa, sih, Sayang? Dari tadi Mama perhatiin melamun, terus senyam-senyum."Sansan tersadar dari lamunannya dan menatap Wanti sebentar. "Ehm ... ngg--nggak ada, kok, Ma. Hehe."Wanti tersenyum singkat. Sansan merasa ibu mertuanya itu tengah menggodanya. Ah, Sansan jadi salah tingkah."Mama ada sesuatu buat kamu.""Hah, eum ... apa, tuh, Ma?"Wanti lalu beranjak dari sofa dan mengambil sesuatu di dalam lemari. Setelah itu, Wanti kembali duduk di hadapan Sansan."Nih." Wanti menyodorkan dua buah tiket ke arah Sansan yang membuat wanita itu mengerutkan kening heran.

  • Suddenly Married   Mimpi Berujung Cinta

    "Ingat, Zidan. Kamu harus jaga Zidny, jangan sampai dia telat makan. Kalau kamu mau pergi ke luar, harus bilang dulu sama dia. Jangan berkeliaran, jangan lupa beliin Mama dan Nenek oleh-oleh, oh, ya, yang paling penting, kamu harus buat Zidny bahagia di sana. Yang terakhir ... jaga kesehatan, jaga mata, jaga hati. Hm ... satu lagi, kamu harus kabarin Mama kalau udah sampai, jangan buat Mama khawatir. Terus pesan Mama, lama-lama aja di sana, nggak pa-pa. Udah itu saja."Zidan yang sedang mengikat tali sepatunya hanya diam, sembari menghela napas. "Udah kelar pidatonya, Ma?""Zidan! Kamu harus dengar Mama.""Iya, Ma, iya."Sansan terkikik pelan. Ia pun mencium punggung tangan Nuni dan Wanti, bergantian."Mama dan Nenek nggak usah khawatir, kami pasti jaga diri baik-baik," ucap Sansan sambil tersenyum."Kalau ada apa-apa, langsung kabarin ya, Sayang.""Iya, Ma."Sansan menarik kopern

  • Suddenly Married   Pantai Padang

    Sore di tanah Padang. Zidan dan Sansan memilih ke pantai, untuk bersantai.Pantai Air Manis termasuk pantai di Kota Padang yang meskipun tidak luput digerus ombak, masih terasa luas dan landai. Saking luasnya, mobil pengunjungpun bisa hilir mudik di pasirnya yang membentang lega, padat putih dan bersih. Tidak heran jika banyak pengunjung yang juga memanfaatkannya sebagai arena berolahraga seperti bermain bola dan lainnya. Anak-anak juga terasa nyaman bermain membuat istana pasir, membenamkan badan ke dalam pasir dan banyak lagi kegiatan yang mengasyikkan dapat dilakukan.Pantai Air Manis juga pantai yang masih rimbun oleh pohon kelapa. Sehingga, terlihat indah dan menciptakan area bersantai yang teduh selain pondok-pondok istirahat yang disediakan warga sekitar.Pantai Air Manis juga terkenal dengan legenda Malin Kundangnya. Legenda yang mengisahkan seorang anak durhaka yang berubah menjadi batu akibat kutukan ibu kandungnya. Di s

  • Suddenly Married   Tersenyumlah

    Pagi ini matahari tampak malu-malu menampakkan sinarnya. Rintik hujan seakan mengalun membuat dua pasangan suami istri yang sedang terlelap itu semakin nyaman berada di selimutnya.Setelah selesai salat subuh berdua, Sansan dan Zidan memilih untuk tidur kembali, karena hari hujan.Sansan memejamkan matanya, merasakan elusan tangan Zidan yang menari-nari di pipinya. Perlahan Sansan membuka matanya, menatap sosok Zidan yang berada di sampingnya. Suaminya itu tengah tersenyum manis. Sansan pun membalas senyumnya."Mau sarapan di sini atau di luar?" tanya Zidan."Di sini aja, kan, masih hujan.""Oke."Zidan lalu menyingkapkan selimutnya. Menatap ke arah balkon, hujan masih deras."Ya udah, aku mandi dulu." Zidan turun dari ranjang, lalu segera masuk ke kamar mandi. Sansan mengerutkan keningnya, tadi subuh mereka bukannya sudah mandi? Ah, ternyata Zidan memiliki hobi mandi. Apa ia tak dingin? Apala

  • Suddenly Married   Oleh-oleh

    Setelah hujan seharian, akhirnya Sansan dan Zidan memilih untuk berjalan-jalan pada malam hari saja.Salah satu objek wisata yang tak boleh dilewatkan di Padang adalah Jembatan Siti Nurbaya.Objek Wisata Gunung Padang yang terkenal dengan kisah Siti Nurbaya itu, selain memiliki pesona alam yang elok, di satu sisi pemandangan alam laut lepas dan suara debur ombak, di sisi lain pesona alam Kota Padang dilihat dari ketinggian bukit Padang. Konon, dikisahkan di sana ada sebuah ceruk yang diyakini sebagai makam Siti Nurbaya .Selain objek wisata Gunung Padang dengan icon kisah Siti Nurbaya itu, pemerintah Kota Padang mengabadikan nama Siti Nurbaya pada sebuah jembatan yang membentang di atas Muara Batang (sungai) Arau dan Gunung Padang yang sekarang terkenal dengan jembatan Siti Nurbaya.Jembatan Siti Nurbaya ternyata tidak hanya berfungsi sebagai sarana penghubung dari Kota Tua Kota Padang ke objek Wisata

Latest chapter

  • Suddenly Married   Penyesalan

    Zidan tak bisa membendung air matanya. Di depannya terdapat gundukan tanah yang masih bewarna kemerah-merahan, bersama papan nisan yang baru saja ditancapkan.Zidan mengusap air matanya. Penyesalan memang datangnya di akhir, jika datang di awal, mungkin Zidan tidak akan menangis di sini sekarang."Maaf," lirih Zidan mengusap papan nisan itu."Maafin aku, Zid," lirihnya. Gigi Zidan gemertak, tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.Seseorang yang sangat ia cintai, yang Zidan harapkan hidup bahagia bersamanya, ternyata dengan cepat meninggalkan Zidan.Isakan Zidan terdengar jelas. Air matanya berlinang deras. Hanya menangis yang mampu Zidan lakukan sekarang.Apakah ia sudah gagal? Zidan gagal sebagai ayah. Ia terlalu bodoh."Maafin aku, Zid. Maafin aku, nggak bisa nyelamatin anak kita. Gara-gara aku, anak kita tidak jadi lahir dengan selamat!"Bayi Zidan dan Sansan tak berhasil diselam

  • Suddenly Married   Kebencian

    Sansan hanya bisa terbungkam, tak dapat berbicara. Benarkah seorang Raqibta, sepupu yang paling dekat dengannya ternyata membencinya selama ini?Apa salah Sansan? Apa yang sudah diperbuat Sansan sampai Raqib membencinya?Mobil Raqib menepi untuk berhenti. Keduanya sama-sama tak membuka suara, keheningan pun melanda."Kenapa lo bisa benci sama gue?" tanya Sansan.Raqib tertawa pelan. "Lo masih tanya kenapa?""Gue bahkan masih anggap omongan lo tadi bercanda, Ra. Lo nggak nge-prank gue, kan?" tanya Sansan yang masih setengah percaya."Buat apa gue buang-buang waktu nggak jelas gitu. Gue ulangi sekali lagi. Gue ... benci sama lo!" Nada bicara Raqib pun berubah dratis, tak seperti biasanya.Air mata Sansan lolos begitu saja. Ia menepuk-nepuk pipinya, memastikan sekali lagi apakah ini mimpi buruknya, akan tetapi Sansan harus menerima pahitnya kenyataan jika ini semua adalah nyata."Gue

  • Suddenly Married   Kejujuran

    Kejujuran itu menyakitkan jika diungkapkan, tetapi juga pahit jika disembunyikan. ~Lanlia***Beberapa bulan kemudian ....Kini, kandungan Sansan sudah memasuki bulan ke-9. Ia sudah sering marathon dan memperbanyak gerak, agar nanti proses persalinan lebih lancar.Rumah tangga yang dijalani Sansan dan Zidan tentunya tidak selalu berjalan mulus. Apalagi saat Sansan baru mengetahui, jika suaminya itu sangatlah pencemburu.Saat itu, Sansan tak sengaja bertemu dengan teman SD-nya yang laki-laki dan dilihat oleh Zidan, suaminya itu langsung cemburu dan mendiamkannya selama dua hari. Padahal teman cowok Sansan itu hanya mengundangnya ke acara pernikahannya.Sansan kadang tertawa melihat Zidan yang sangat posesif, akan tetapi jika terlalu cemburuan jugalah tak baik. Harusnya mereka saling percaya saja, kan?"Zid, kandungan kamu sudah besar, ya, udah kayak sembilan bulan aja. Padahal tiga bulan lagi b

  • Suddenly Married   Happy Birthday

    Sansan tersentak dari tidurnya. Entah kenapa suasana tampak mengusiknya yang sedang terlelap. Mata Sansan mengerjap. Gelap! Pantas saja. Dirinya, kan, tak bisa tertidur jika mati lampu.Sansan meraba ke samping. Kosong! Ke mana Zidan? Kenapa suaminya itu tak berada si sebelahnya? Namun, Sansan tak sengaja menyentuh sesuatu di bantal Zidan. Tiba-tiba ada cahaya yang menerangi kamar. Lampu kelap-kelip pun tampak mengelilingi seisi kamar. Sansan pun terduduk di atas kasurnya.Apa yang terjadi? Sansan masih terheran-heran. Ia pun terkejut menatap lantai kamar yang sudah berserakan kelopak mawar merah. Sansan pun berniat turun. Ia juga terkejut, karena melihat pintu balkon kamarnya terbuka.Kaki Sansan pun tergerak untuk melangkah ke arah balkon. Ia seperti menatap bayangan seseorang di sana. Jangan-jangan maling, pikir buruk Sansan.Saat dirinya sampai di balkon. Tidak ada siapa-siapa. Sansan menatap ke langit malam yang bertabur binta

  • Suddenly Married   Oh, Ternyata

    Apa yang terjadi semalam? Kenapa bisa ada Sansan palsu? Ini semua ternyata sudah menjadi rencana dari Sansan sendiri.Setelah Zidan selesai menelepon kemarin. Sansan sangat panik. Ia tak tahu harus berbuat apa dan memikirkan apa yang akan terjadi nanti malam jika Zidan tahu rahasianya.Namun, selang beberapa menit, ketukan pintu memecahkan lamunan Sansan. Ia pun segera ke ruang depan untuk melihat siapa tamu yang tak diundang itu datang.Mata Sansan melebar saat mengetahui siapa yang datang. Refleks Sansan pun memeluk seseorang itu."Raqib," lirih Sansan pelan.Ya, yang datang ke rumahnya tiba-tiba itu adalah Raqibta. Ada apa Raqib datang kemari? Bukannya ia sudah kecewa dan tak ingin bertemu Sansan lagi? Setelah pernyataan yang diungkapkan Sansan dulu, Raqib sama sekali tak menghubungi Sansan lagi, bahkan nomor Sansan dibloknya. Mereka putus kontak.Maka dari itu, melihat Raqib datang kemari, membuat Sans

  • Suddenly Married   Apa yang Terjadi?

    Malam ini, Zidny benar-benar sudah berada di taman. Ia pun hanya menunggu kedatangan Zidan yang katanya sebentar lagi sampai.Sebenarnya Zidny begitu deg-degan, tetapi ia berusaha menyembunyikannya dan mencoba terlihat biasa saja. Zidny tak boleh lengah.Taman ini begitu ramai. Orang berlalu-lalang dan terdapat banyaknya yang menjual berbagai makanan. Tak dipungkiri jika Zidny tergoda untul mencicipinya. Akan tetapi, ia sudah membawa bekal. Zidny membawa kue yang ia buat siang tadi—spesial untuk Zidan."Hmm ... kue ini, kan, emang untuk Mas Zidan. Nggak-nggak, aku harus beliin satu lagi!"Zidny lalu melangkah membeli beberapa makanan yang tampak di depan matanya, ada sate, bakso, cilok, dan somay."Nah, lengkap!" ucapnya. Ia pun kembali duduk di kursi yang dilengkapi meja itu."Mana, sih, Mas Zidan. Katanya bentar lagi," ucap Zidny kesal."Ini udah datang," ucap Zidan tiba-tiba sudah ber

  • Suddenly Married   Curiga

    Saat Zidan pulang, ia sudah melihat istrinya menangis. Buru-buru pria itu menghampiri Zidny dengan perasaan cemas."Zid, kamu kenapa?" tanya Zidan."Ngg--nggak pa-pa, kok, Mas.""Kamu ... ingat Nenek lagi, ya?"Walaupun bukan itu penyebab sebenarnya Sansan menangis, tetapi ia benarkan saja, agar Zidan tidak curiga."Ya udah, jangan sedih lagi, ya," ucap Zidan merengkuh badan istrinya itu ke pelukan."Baksonya mana?" tanya Sansan, karena Zidan masuk kamar tanpa membawa apa pun."Ada di dapur. Nggak mungkin aku bawa ke kamar. Ya udah, ayo makan dulu," ajak Zidan. Tangannya menyeka air mata istrinya yang masih berbekas di pipi."Penjualnya botak, kan?" tanya Sansan memastikan."Iya, botak. Nih, fotonya." Zidan memperlihatkan foto penjual bakso tadi yang sudah berkepala botak."Ih, kamu hebat!" Sansan berbinar-binar. Aneh sekali ngidam istrinya itu.

  • Suddenly Married   Ngidam

    Daritadi Zidan sudah berkeliling mencari tukang bakso. Ia mengacak rambut frustrasi. Sebenarnya sudah banyak penjual bakso yang ia temukan, tetapi penjualnya tidak ada yang botak. Sesulit inikah menjadi penjual bakso yang berkepala pelontos? Lagipula ngidam istrinya sangatlah aneh. Zidan menyesal menganggap ini hal yang mudah.Telepon Zidan berdering. Nama Zidny muncul di layar, buru-buru Zidan mengangkatnya."Halo, Zid?""Kamu ke mana aja, sih? Kok nggak pulang-pulang."Lah? Pertanyaan macam apa itu?"Aku lagi beliin bakso buat kamu.""Oh, iya. Terus, udah dapat belum, Mas?""Belum. Penjualnya berambut semua. Gapapa, ya, yang berambut?""Nggak mau!""Ya udah, aku keliling lagi, nih.""Oke, Mas."Telepon pun dimatikan. Zidan kembali memutar setir mobilnya. Ke mana lagi ia harus mencari penjual bakso yang tak berambut?Siapa pun t

  • Suddenly Married   Sayang

    Untuk merayakan atas kehamilan cucu pertama. Wanti mengadakan syukuran yang dihadiri teman-teman sosialitanya. Wanti sangat senang, karena sebentar lagi akan menjadi nenek. Ya, itulah yang ia nanti-nantikan sejak dulu. Makanya ia sangat nyinyir menyuruh Zidan untuk menikah."Wan, menantumu cantik, ya.""Iya, Wan. Keliatannya juga sholeh, ya. Duh, beruntung anakmu.""Menantumu juga keliatan lebih muda, ya."Sansan hanya bisa tersenyum malu-malu saat teman-teman mertuanya itu memujinya terang-terangan. Tiba-tiba Wanti merangkul bahu Sansan."Iya, dong. Menantu siapa dulu," ujar Wanti dengan sombongnya, membuat teman-temannya tertawa. Sansan hanya bisa tersenyum kikuk. Apakah mertuanya itu akan tetap seperti ini, jika rahasia itu terbongkar?"Eh, iya. Sudah berapa bulan itu kandungannya?" tanya Meri menatap perut Sansan yang sudah sedikit menonjol."Emm ...." Sansan kebingungan menjawab. Tidak mu

DMCA.com Protection Status