Sesampainya di rumah kedua orang tuanya, Dara turun dari taksi yang di tumpanginya dan melangkah berjalan menuju pintu rumah. Dara mengetok pintu dan mengucapkan salam.
"Assalamu'alaikum," kata Dara sambil mengetok pintu."Walaikumsalam," terdengar sahutan dari dalam, dan tak berapa lama pintu pun terbuka."Oalah, Non Dara. Mari masuk Non!" Kata Bik Sari, Asisten rumah tangga di kediaman orang tuanya."Iya, Bik. Terima kasih!" Ucap Dara, lalu ia pun berjalan masuk ke dalam rumah."Bunda sama Ayah, mana, bik?""Ada Non, di belakang lagi kasih makan ikan di kolam," sahut bik Sari."Oh, ya udah. Dara ke belakang dulu kalo begitu.""Eh, ini Bik. Tolong bawa ke dapur ya," Dara memberikan dua kantong plastik yang berisi buah-buahan. Tadi di tengah jalan Dara mampir ke toko buah dulu sebentar, ia membeli beberapa macam buah yang sering di konsumsi orang tuanya."Iya, Non." Bik Sari mengambil kantong plastik tersebut dan segera membawanya ke daUsai menyelesaikan sarapannya, Dara berniat kembali ke kamarnya."Yah, Bun, Dari balik ke kamar, ya!" Pamit Dara pada ayah dan bundanya."Ya, kok masuk kamar lagi?" Tanya Bunda"Dara ngantuk, Bun," sahut Dara"Kamu ini gimana, sih? Biasanya gak pernah begadang kok sekarang udah ngantuk aja.""Bunda kayak gak tahu aja, paling dia abis begadang telponan sama suaminya," timpal ayah.Boro-boro telponan, nomornya aja gak aktif, batin Dara."Udah ah, Dara ke kamar, ya!" Dara sudah akan berdiri dari duduknya, tetapi Bunda sudah bicara lagi."Kamu jangan di kamar terus dong, ikut bunda aja yuk ke arisan!" Dara memutar bola matanya, malas banget mesti ngumpul sama ibu-ibu teman arisan mamanya, pasti nanti ujung-ujungnya di sana dia bakal jadi bahan ghibah ibu-ibu arisan, mending dia tidur di rumah."Gak ah, Dara ngantuk, bye!" Dara langsung berjalan memasuki kamarnya dan tak menghiraukan panggilan bundanya. Mata Dara benar-benar mengan
Warning21+Harap bijak memilih bacaan!Mas Randy...," pekik Dara, lalu sedetik kemudian Dara menjerit histeris menangis."Huaa....""Hei, hei kenapa menangis? Ada yang sakit? Atau apa?" Tanya Randy kebingungan karena tiba-tiba istrinya menangis tanpa sebab."Huaa, mas Randy jahat...!" Teriak Dara, dan Randy semakin bertambah bingung apa salahnya, dan apa tadi, jahat?"Lho, saya salah apa?""Pokoknya mas Jahat...!" Ucap Dara, sambil mengusap air matanya, dan berjalan ke arah ranjang, dan Randy mengikuti langkah Dara."Sini, duduk dulu!" Randy menarik tangan Dara, dan menyuruh Dara agar duduk di sampingnya Dara menurut, tetapi wajahnya masih cemberut."Saya salah apa? Coba cerita!" Kata Randy, dengan nada lembut."Mas Randy jahat, kenapa nomornya mas Randy gak aktif, dan mas gak kasih kabar aku sama sekali, aku tuh khawatir sama mas," ucap Dara."Maaf! Sudah membuatmu khawatir ," Ucap Randy sambil t
Saat ini Dara dan Randy sedang menikmati makan siang mereka di sebuah Restoran. Tadinya Dara ingin delivery saja, tetapi Randy memaksanya untuk makan bersama di luar, dengan terpaksa Dara pun akhirnya menuruti keinginan suaminya itu."Randy...." sapa seorang perempuan cantik, sambil mengandeng tangan seorang anak lelaki berumur sekitar 3 tahunan.Sontak saja Dara dan Randy pun mengalihkan pandangan mereka pada perempuan yang baru saja menyapa Randy itu.Randy terkejut melihat sesorang yang baru saja menyapanya, " Sisil...." gumam Randy."Hai, kamu Randykan?" Tanpa permisi Sisil menarik salah satu kursi dan ikut bergabung dengan Dara dan Randy."Oh, iya. Hai Sil, apa kabar?" Kata Randy."Kabar baik, kamu sendiri gimana? Ini siapa?" Tanya Sisil, lalu menatap Dara."Oh, kenalkan Sil, ini Dara istri aku," ujar Randy memperkenalkan Dara."Kamu sudah nikah?" Tanya Sisil, kaget. Randy menganggukkan kepalanya."Oh, hai aku Sisil, teman SMAn
Sejak tahu Dara tengah mengandung anaknya Randy kini menyuruh Dara untuk berhenti bekerja, tetapi Dara tak mau, dan ia tetap ingin bekerja dengan alasan ia merasa bosan jika harus berdiam di rumah, dan tak punya teman, lagian kandungannya juga tak bermasalah, jadi dengan terpaksa Randy menuruti keinginan Dara, dari pada nanti istrinya itu ngambek dan berakhir ia disuruh untuk tidur di luar.Randy tetap memperbolehkan Dara bekerja, tetapi di kantor Dara tak boleh mengerjakan pekerjaan berat, dan Randy menyuruh kepala Bagian di devisi Dara untuk tak memberikan Dara pekerjaan yang berat, jadilah Dara lebih banyak nganggur, cuma duduk-duduk aja di depan meja kerjanya, ia jadi tak enak pada teman-temannya yang lain, yang sekarang banyak menatapnya tak suka.Kedua orang tua Dara sangat senang dan turut berbahagia mendengar kabar kehamilan Dara, sayang sekali saat ini mereka tidak bisa datang dan mengucapkan kata selamat secara langsung pada anak dan menantu mereka itu atas
Sudah beberapa hari ini Randy sering pulang larut malam karena banyak pekerjaan di kantor yang harus segera diselesaikan dalam waktu singkat, seperti saat ini jam sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari dan ia baru saja pulang dari kantor.Randy memasuki kamarnya dengan pelan takut mengganggu tidur istrinya. Randy mendekati Dara yang saat ini tengah tertidur pulas, Randy mengusap pelan perut Dara, lalu ia mengecup singkat kening Dara sebentar, Randy melangkah masuk ke dalam kamar mandi, tubuhnya terasa gerah dan ia butuh mandi untuk menyegarkan tubuhnya.Dara terbangun dari tidurnya saat mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.Ceklek..Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok suaminya yang baru saja selesai mandi, saat ini Randy hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya."Mas," panggil Dara, dengan suara yang terdengar parau."Loh, sayang kok bangun, bobo lagi, gih!" Ucap Randy, ia pun mendekat ke arah ranjang."Emm,"
Sesampainya di depan rumah, Randy memarkirkan mobilnya dan segera turun dari mobil tanpa menoleh kepada Dara. Brugh....Randy menutup pintu mobil dengan kencang, Dara yang masih berada di dalam mobil pun terlonjak kaget mendengar suara pintu mobil yang ditutup kasar oleh Randy.Setelah Randy hilang dari pandangan, Dara pun perlahan membuka pintu mobil, dengan pelan ia menggerakan kakinya."Auuhh....!" Dara merintih menahan sakit kakinya.Kakinya terasa sangat sakit, tetapi ia harus segera keluar dari mobil ini dan masuk ke dalam rumah menyusul suaminya, untuk menjelaskan tentang kesalahpahaman ini.Dengan pelan dan tertatih Dara berjalan memasuki rumah sambil berpegangan pada dinding, kadang ia merintih karena sakit.Saat ia sudah berada di undakan tangga, terlihat Randy turun dengan tergesa. Sepertinya Randy ingin pergi keluar, dilihat dari penampilannya yang kini sudah berganti baju. Randy melewatinya begitu saja."Mas!" Panggil Dara, Randy
Randy terduduk lemas di depan pintu ruangan IGD, yang mana di dalam sana Dara sedang ditangani oleh tim Dokter. Tak jauh dari tempat Randy berada bik Surti duduk di sebuah kursi, ia juga sangat mengkhawatirkan keadaan istri majikannya itu.Randy sangat menyesali sikap kasarnya pada Dara tadi pagi, ia sangat marah dan merasa cemburu melihat Dara disentuh oleh lelaki lain sehingga ia tak bisa mengontrol emosinya dan membentak Dara.Randy mendongakkan kepalanya saat mendengar langkah dua orang yang mendekat kearahnya."Bagaimana keadaan, Dara?" Tanya Ayah yang sudah berdiri di depan Randy."Belum tahu, yah. Masih ditangani Dokter di dalam," jawab Randy dengan pelan."Apa yang terjadi pada Dara nak Randy?" Cecar Bunda. Randy menggelengkan kepalanya lemah, ia tak sanggup mengatakan pada kedua mertuanya kalau ini terjadi karena kesalahannya.Ah, kini Randy benar-benar menyesal, seandainya tadi pagi ia tak mengabaikan Dara, dan mendengarkan p
Sudah satu minggu berlalu pasca keguguran yang dialami oleh Dara, kini Dara sudah diperbolehkan pulang oleh Dokter. Randy membereskan beberapa pakaian kotor dan barang-barang lainnya ke dalam sebuah koper, sedangkan Bunda membantu Dara bersiap-siap. Tadinya Randy yang ingin membantu istrinya itu, tetapi Dara menolak. Selama Dara dirawat di rumah sakit, selama itu pula Randy berada di sana, untuk urusan kantor ia serahkan pada asistennya, jika ada hal yang sangat penting dan mendesak barulah Randy yang turun tangan.Selama berada di rumah sakit, Dara lebih banyak diam. Randy benar-benar merasa bersalah atas apa yang dialami oleh Dara, ia pun paham jika akhirnya Dara mendiamkannya, dan tak mau berbicara padanya.Tapi ia lebih suka jika Dara marah, mencacinya, bahkan memukulnya daripada didiamkan seperti ini. Randy berharap semoga Dara bisa memaafkannya.Randy menuntun Dara berjalan keluar dari rumah sakit, tadinya Randy ingin menggendongnya, tetapi Dar
Saat mobil melaju menuju rumah, suasana di dalamnya masih tenang. Baby Revan sudah tertidur nyenyak di pelukan Dara, mungkin kelelahan setelah imunisasi. Dara mengusap kepala bayi mereka dengan lembut, tatapannya penuh kasih sayang. Namun, di hatinya masih ada sedikit rasa cemas, meskipun imunisasi sudah selesai.Randy, yang sedang fokus mengemudi, sesekali melirik Dara dan Revan melalui kaca spion. “Kamu kelihatan masih tegang, Sayang. Apa yang kamu pikirkan?” tanya Randy, memecah keheningan.Dara menoleh, tersenyum lemah. "Aku masih memikirkan Revan. Takut dia demam nanti, atau rewel sepanjang malam," jawabnya jujur.Randy mengangguk, mengerti kekhawatiran istrinya. "Tenang saja. Kalau pun Revan demam, kita sudah siap obatnya. Lagi pula, aku di sini. Kita hadapi sama-sama, ya?" ucap Randy menenangkan.Dara menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya. “Iya, aku tahu. Cuma… aku selalu merasa khawatir kalau soal Revan. Dia anak pertama kita, Mas. Aku belum terbiasa,” ujarnya d
Pagi harinya, suasana rumah Randy dan Dara dipenuhi keceriaan. Sinar matahari menerobos tirai jendela, memberikan nuansa hangat di kamar mereka. Dara sedang menyiapkan keperluan Baby Revan untuk imunisasi hari ini. Di sisi lain, Randy tampak sedang berusaha menenangkan Revan yang rewel karena lapar."Mas, sudah siap? Revan sudah selesai mandi?" tanya Dara dari dalam kamar sambil memasukkan beberapa perlengkapan bayi ke dalam tas.Randy menoleh, menggoyang-goyangkan Revan yang berada di gendongannya. "Sudah, Sayang. Tapi dia sepertinya lapar lagi. Perlu disusui dulu, nih," jawab Randy dengan senyum sabar, lalu berjalan mendekati Dara yang sudah selesai merapikan barang-barang.Dara mengambil Revan dari pelukan Randy dengan lembut. "Iya, aku susui dulu sebentar ya. Setelah itu kita langsung berangkat," katanya, kemudian duduk di kursi dan mulai menyusui Revan.Randy berdiri di dekatnya, mengusap punggung Dara dengan lembut. "Ambil waktu saja, Sayang. Kita tidak perlu terburu-buru," ucap
Kehidupan di rumah Randy dan Dara kini berubah. Kelahiran bayi mereka, yang diberi nama Revan Aditya Pratama, membawa kegembiraan dan kesibukan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Kehadiran Revan benar-benar menjadi pusat dunia mereka, terutama bagi Dara yang kini menjalani peran baru sebagai seorang ibu.Pagi hari di rumah itu selalu dipenuhi dengan suara tangisan bayi. Dara terbangun lebih awal dari biasanya, menggendong Revan sambil menyusui. Matanya terlihat lelah, namun terpancar sinar kebahagiaan setiap kali melihat wajah mungil putranya.Randy juga tak kalah sibuk. Kini, sebelum berangkat kerja, ia rutin membantu Dara mempersiapkan segala kebutuhan bayi. Ia memastikan popok, baju, dan peralatan mandi Revan sudah siap. Meskipun pekerjaan di kantor semakin menumpuk, ia selalu menyempatkan diri untuk terlibat langsung dalam merawat anaknya.# Randy sedang menggendong Revan yang rewel karena sulit tidur. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tamu sambil menggoyangkan badanny
Dua minggu berlalu sejak pertengkaran itu. Dara kini terlihat lebih ceria. Perutnya semakin membesar, dan ia merasakan bayi di dalam kandungannya semakin aktif. Setiap pagi, Randy tak pernah absen menemani istrinya berjalan-jalan keliling kompleks, meski kadang-kadang Dara terlihat lelah dan ingin tidur lebih lama. Namun, mereka tetap melakukannya demi kesehatan dan kelancaran proses kelahiran nanti.Pagi itu, Dara duduk di meja makan sambil menikmati sarapan bersama Bunda Ayu. Randy baru saja masuk ke dapur sambil mengenakan kemeja biru, siap berangkat ke kantor."Mas, nanti pulangnya cepat, ya," ucap Dara sambil menyuapkan roti ke mulutnya."Lho, emangnya kenapa?" tanya Randy sambil meraih segelas kopi."Aku mau ke dokter kandungan, kan ini udah bulan kesembilan. Kita harus periksa, mau tanya juga tentang proses lahirannya nanti," jawab Dara.Randy tersenyum. "Oh, iya, aku hampir lupa. Tenang aja, sayang, aku bakal pulang cepat, nanti kita langsung berangkat."Bunda Ayu yang duduk d
Dara berlari ke luar dari gedung kantor Randy. Saat ia akan menghentikan sebuah taksi yang lewat. Dari arah belakang Randy menarik tangannya."Lepas ….!" Teriak Dara, wajahnya terlihat merah."Tolong, jangan pergi, kamu sedang emosi! Beri aku waktu untuk menjelaskan semuanya!" Pinta Randy."Apa yang ingin kamu jelaskan? Aku sudah lihat dengan mata kepala aku sendiri perempuan murahan itu duduk di pangkuanku kamu, dan kamu sepertinya sangat menikmati," ucap Dara, ia mencoba menghempaskan tangan Randy yang masih menggenggam tangannya."Lepas ….!" pekik Dara saat Randy membawanya ke arah parkiran mobil, ia membuka pintunya dan menyuruh Dara untuk masuk."Gak, lepas, aku mau pulang sendiri!" Dara masih berusaha untuk melepaskan tangan suaminya dari lengannya.Randy yang sudah terlihat lelah dengan penolakan istrinya pun, memaksa Dara untuk segera masuk ke mobil. Apalagi terlihat beberapa karyawan melihat adegan drama rumah tangga tersebut. Ada yang berbisik-bisik dan juga ada yang menatap
Saat ini Randy tengah menatap istrinya yang sedang lahap memasukan satu persatu potongan buah mangga muda ke dalam mulutnya. Ia sendiri pun bergidik ngeri membayangkan rasa asam dari mangga tersebut."Enak?" tanya Randy."Hu'um, Mas mau?" tawar Dara, lalu Randy pun menggelengkan kepalanya dengan cepat."Gak, buat kamu aja!" sahut Randy sambil meringis."Yakin, gak mau? Ini enak lho, Mas!" "Gak, Sayang. Besok kamu pengen makan apalagi?" tanya Randy, seraya memeluk Dara dari belakang, lalu tangannya membelai lembut perut Dara yang kini sudah sedikit terlihat membuncit."Hmm, ya belum tau, Mas. Emangnya kenapa?" "Ya gapapa, biar Mas siap-siap aja nyariin apa yang kamu pengen," ucap Randy sambil terkekeh kecil."Oh, ya lihat aja besok!" "Kalo, emm, itu mau gak?" Bisik Randy di telinga Dara dengan nada menggoda. Tangan yang tadi membelai perut Dara pun kini sudah mulai naik merambat ke bagian dada istriny
Kini usia kandungan Dara sudah menginjak usia empat bulan. Randy membelai dan mengelus perut istrinya tersebut. Dokter kandungan pun mengatakan jika janin yang ada di dalam perut Dara kini sudah semakin kuat dan sehat.Saat usia kandungan Dara belum genap empat bulan, Randy belum berani menyentuh istrinya, karena kandungan Dara lemah, dan ia sendiri pun takut terjadi apa-apa dengan janin yang ada di kandungan Dara.Hingga kini usia kandungan istrinya sudah menginjak usia empat bulan, barulah Randy berani untuk menggauli istrinya tersebut."Mas kangen banget, udah lama kita gak begini," ucap Randy seraya mengecup bibir Dara dengan lembut."Hu'um," lirih Dara.Mereka baru saja selesai bercinta dan melepas rindu, setelah sekian lama menahan hasrat, akhirnya hari ini Randy kembali mendapatkan jatahnya."Mau mandi, apa mau lanjut lagi nih?" goda Randy, yang membuat wajah Dara menjadi bersemu merah."Mandiin," ucap Dara manja."Okay, tapi sekali lagi ya," Randy
Randy keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya, ia mengambil pakaian ganti yang tadi sudah disiapkan oleh Dara. Selesai menggunakan baju ia pun menghampiri istrinya yang tengah duduk di sofa sambil membaca novel. Randy duduk di samping Dara, "Sayang, tadi katanya mau kasih tau mas sesuatu," ucap Randy.Dara pun mengalihkan pandangannya pada Randy, kemudian menutup novel dan meletakkannya di atas meja. " Sini….!" kata Dara, ia menyuruh suaminya itu untuk duduk lebih dekat lagi."Hmm, kamu mau kasih tau apaan sih, Mas jadi penasaran," kini Randy sudah duduk mepet dengan tubuh Dara.Dara mengeluarkan sesuatu dari saku baju dan memberikannya pada Randy."Ini, … kamu hamil, Sayang?" pekik Randy, setelah ia melihat alat test kehamilan serta foto hasil USG yang di berikan oleh Dara tadi.Dara mengangguk seraya tersenyum ke arah Randy."Alhamdulillah, ya Allah. Terimakasi
Randy memarkirkan mobilnya di depan rumah, ia baru saja pulang dari kantor, lalu ia pun keluar dan berjalan masuk ke dalam rumah. Kini Randy dan Dara sudah kembali ke rumah mereka sendiri.Randy menaiki anak tangga sambil berlari, ia sudah tidak sabar ingin bertemu istri cantiknya. Sesampainya di lantai dua, dengan pelan ia membuka pintu kamar, kosong! Tetapi kemudian ia mendengar suara seseorang yang sedang muntah dari dalam kamar mandi. Randy pun bergegas menuju kamar mandi dan membuka pintunya, di sana terlihat Dara yang tengah berjongkok di depan wastafel dengan wajah yang nampak terlihat pucat."Sayang, kamu kenapa?" tanya Randy khawatir, ia pun mendekati istrinya tersebut dan langsung merangkul bahunya."Perut aku mual banget rasanya, Mas!" ucap Dara pelan, sambil melap mulutnya dengan punggung tangan. Tubuhnya terasa sangat lemas saat ini."Sekarang masih mual? Kita periksa ke dokter aja, yuk!" ajak Randy, ia sangat khawatir pada