Ivanna’s POV Apa yang terjadi? Mengapa aku berada di ruangan ini, sementara sebelumnya yang terakhir kali kuingat adalah aku sedang berada di ruang rahasia tempat Ayden menyimpan dua feral yang merupakan diriku di masa lalu.Kini aku sudah berada di bungker dengan jarum infus terpasang di sana. Kantong berisikan cairan merah tergantung pada sebuah tiang yang menetes setiap beberapa waktu. Aku mengedar pandangan ke seluruh ruangan, tak menemukan Jax di sana. Hanya Ayden yang tengah duduk di sebuah kursi, tampak sibuk dengan sesuatu di hadapannya. Aku berusaha bangkit, tetapi dengan cepat Ayden menoleh dan menghampiri. “Jangan bangun dulu, Ivanna. Kau masih lemah,” ucapnya, membantuku untuk kembali berbaring dan meninggikan bantal. “Begini saja. Apakah sudah nyaman?” Aku tersenyum samar sembari mengangguk dan berterima kasih. “Di mana Jax?” tanyaku. Ayden tak tampak terlalu memerhatikan, karena di pangkuannya sudah ada laptop yang membuatnya kembali sibuk. Sesekali ia menoleh padak
IvannaAku yang tak mengerti akan perkataannya, beringsut bangkit dan membenarkan dudukku agar bisa menyimak perkataan wanita itu. Atau mungkin Ayden dan Jax berniat menambahkan. “B-bagaimana mungkin? Apakah ia seorang manusia? Aku tak pernah bercinta dengan manusia beberapa waktu sebelum berubah menjadi vampir,” tegasku, sebelum Dokter Avery sempat memberi penjelasan. “Tidak, tentu saja. Bayimu bukan manusia, karena tidak mungkin. Ia manusia abadi. Atau mungkin seorang vampir. Kami belum bisa memastikan, tetapi yang pasti ia bukan feral. Karena feral sama sekali tidak memiliki detak jantung maupun aliran darah.” Aku mendesah lega mendengar penjelasan singkat dari Dokter Avery, meski pasti masih ada potongan puzzle yang belum mereka berikan padaku, setidaknya satu hal telah kuketahui. “Dan mengenai koneksi antara kau dan tubuhmu di masa lalu, kami masih belum mengetahui apa pun. Namun, aku dan Ayden pasti akan mengusahakan semampu kami. Dan kau, tetap jauhi masalah, okay? Karena k
Jax’s POV Entah apa yang Gabby pikirkan hingga ia mengakui di hadapan Ayden tentang segala perbuatannya. Dan Ayden pun tak tampak marah atau menghabisinya. Entahlah. Mungkin hal itu sempat terpikir oleh Ayden, tetapi tak diwujudkannya karena ia sendiri terlanjur terpatri pada Gabby. Dan mengenai ide mereka untuk memindahkan Ivanna, aku sedikit setuju, tetapi perempuan keras kepala yang tengah mengandung bayiku ini rupanya tak setuju dengan ide itu. “Apa maksudnya kau tidak akan ikut, Dok? Bukankah hanya kau yang bisa memeriksa kondisiku?” tanya Ivanna dengan intonasi meninggi dan otot wajah mengetat. “Tenang saja, Ivanna. Ada seorang anggota klan-ku yang akan merawatmu di sana. Aku akan sering berkunjung, tetapi hanya jika Jason tidak mengikutiku.” Kali ini Gabby yang berusaha memberikan pengertian pada Ivanna yang tampak mulai melunak.“Ivanna, ini demi kebaikanmu dan bayimu. Bagiku kau memang lebih aman berada di tempat ini, tetapi itu sebelum aku tahu apa tujuan Jason. Pantas s
Jax POV“Ivanna, ingat kalau kondisimu masih di ujung tanduk. Baik Ayden maupun Gabby belum yakin apakah yang kita lakukan ini sudah tepat atau tidak,” jawabku.Aku tak bermaksud untuk memupuskan kebahagiaan yang kini tengah merekah di hatinya. Aku hanya ingin menjadi realistis, bahwa memang Ivanna sedang berada dalam bahaya. Terlepas apakah kami berada di daratan maupun lautan. “Kata-katamu jahat sekali!” sergahnya, terdengar kesal. Ia melepaskan rengkuhanku lantas berjalan menjauh. Aku tak ingin terlalu banyak bicara selain mengejar perempuan keras kepala yang kini telah berdiri di tempatnya. “Maafkan aku, sayang. Aku hanya ingin kau aman. Berada di lautan seperti ini tidak menjamin keselamatanmu. Justru akan menimbulkan masalah baru. Bagaimana jika mereka berhasil menghidupkan feral itu?” “Maka bekukan aku, agar aku tidak mati! Atau apa pun namanya, seperti yang Jason lakukan dengan diriku di kehidupanku sebelumnya,” celetuknya, yang justru membuat pemikiran lain timbul saat itu
Ivanna’s POVAku terbangun di atas ranjang yang nyaman dengan suasana kamar yang tak pernah terbayang akan semewah ini. Jax tak pernah mengatakan bahwa dirinya seorang miliarder, karena yang kutahu ia hanyalah bawahan dari kakaknya yang gila.Jax sudah tak ada di sampingku, tetapi tak berapa lama, ia kembali dengan wajah dan tubuh segar dengan aroma tubuhnya yang khas yang seolah sudah melekat di rongga hidungku hingga akan sulit untuk melupakannya.Aku bahkan ingat bagaimana aroma Jax begitu berbeda ketika aku masih menjadi feral.Menurut penjelasan Ayden, memang tubuh dan pikiranku dikendalikan oleh venom yang menjangkiti pusat saraf yang menyebabkan perubahan perilaku menjadi brutal dan penghancur. Namun, ada sedikit ruang di otakku yang tersisa dan di sana masih bisa mencerna, siapa orang-orang yang begitu kukenali sebelumnya.Satu-satunya, tentu saja Jax.“Kau sudah bangun,” ucapnya, kemudian memberikan kecupan mesra. Bibirnya yang semual dingin, kini terasa menghangat seketika s
Ivanna's POVAku mengedikkan bahu sembari mencebik. “Aku tak tahu pasti. Bukankah perhitungan manusia berbeda dengan vampir? Omong-omong, apakah di sini ada ruangan khusus untuk bersalin?”Jax mendengkus, lalu mengambil ponsel dari saku jas yang ia kenakan. Ia lantas menekan deretan angka yang tertera di layar dan menempelkan benda itu di telinganya.“Gabby, apakah kau sudah tahu usia kandungan Ivanna?” tanya pria itu, terdengar tak sabar. Ia lantas menekan tombol loudspeaker sehingga aku bisa ikut mendengar percakapan antara Jax dan Dokter Avery.“Mengapa kau tanyakan itu? Apakah Ivanna sudah merasakan mulas? Di mana dia? Apakah aku bisa bicara dengannya?”“Aku di sini, Dok.”“Ivanna, apakah kau sudah merasakan sesuatu pada kandunganmu?” tanya wanita itu kali ini terdengar seperti Jax. Ternyata tak hanya senyuman yang bisa menular, tetapi juga rasa cemas.“Uhm, kurasa belum. Memangnya bagaimana rasanya? Apakah seperti jika kita akan buang air besar?”“Aku tak tahu pasti, karena aku t
Jax’s POVSekali lagi aku melakukan kebodohan. Seharusnya bukan Ivanna yang melindungiku, melainkan sebaliknya. Dan kini aku tak tahu di mana keberadaannya.Aku tak henti merutuki kebodohanku, menghancurkan para lycan dengan tangan kosong yang masih terborgol, dan berhasil mengalahkan mereka semua tanpa terkecuali. Tak hanya melemparkan ke lautan, melainkan benar-benar menghancurkan mereka hingga lumat baru melemparkannya untuk jadi makanan para hiu. Kecuali satu orang yang tak berhasil kudapatkan, yaitu Damon.Ia melarikan diri dengan melompat ke laut, lalu menghilang. Dan karena aku tak ingin keparat itu menemukan Ivanna, aku mengejarkan, menceburkan diri dan berenang hingga ke dasar demi bisa menemukan Ivanna tetapi tetap tak bisa kutemukan keberadaan kekasihku itu.Aku terduduk lemah setelah berusaha mencarinya, bahkan hingga paru-paruku seakan meledak di bawah sana, tak ada tanda-tanda keberadaan Ivanna di mana pun.“Jax!” Sebuah suara mengejutkanku, tetapi aku masih gamang dan e
Jax's POV“Gabby seperti biasa mendatangi Jason di mansionnya, kemudian memeriksa kondisi Ivanna dan memberikan vaksin palsu yang isinya adalah multivitamin biasa yang tak akan memberikan efek pada tubuh yang dimatikan. Terlebih Ivanna adalah seorang Feral.” “Mari kita jangan memakai nama Ivanna untuk menyebut Ferals itu. Siapa nama perempuan itu dulunya?” sergahku. Aku tak suka nama Ivanna dipakai untuk memanggil wanita yang bukan pemilik nama sebenarnya hanya karena ia merupakan Ivanna di masa lalu. “Oh, baiklah. Nama wanita itu adalah Bethany,” jawab Ayden lalu kembali melanjutkan. “Bethany tentu saja tidak merespon segala serum dan vaksin yang Gabby berikan, melainkan justru memberikan reaksi dalam bentuk lain. Perempuan itu menggerakkan jemarinya, menempelkannya pada permukaan tabung.” Tak mungkin untuk tidak terkejut setelah mendengar penuturan Ayden. Aku hanya mematung untuk sesaat sebelum Gabby mengambil alih penjelasan Ayden. “Aku berpikir, bisa saja apa yang dilakukan ole
Jax's POV Aku dan Ivanna saling bertatapan, begitu pula Gabby yang terlihat tak percaya apa yang baru saja ia dengar. “Kehamilanmu adalah hadiah dari Amethyst, Sang Dewi Bulan, untukmu dan Dokter Davidson, karena kalian telah menolong kami,” lanjutnya. Aku bisa melihat air mata bahagia menetes dari sudut mata Gabby. Ia telah lama menantikan seorang bayi, karena menurutnya, dirinya tak mungkin bisa mengandung. Vampire tak mungkin mengandung, meski Ayden adalah seorang hybrid yang masih mungkin memiliki organ dan sel hidup dalam tubuhnya untuk bereproduksi, tetapi tidak dengan Gabby.Itu sebabnya ia mengusahakan dengan eksperimen yang telah hancur akibat perbuatan Jason. “Aku sangat bahagia mendengarnya. Selamat, Gabby!” Ivanna turut meneteskan air mata dan memeluk Gabby dengan erat, begitu pula lainnya bergantian mendekap wanita berambut merah itu. “Lalu bagaimana dengan embrio yang Jason bawa saat itu?” tanya Ivanna tampak ingin tahu. “Dia tak pernah tumbuh, Ivanna. Aku melihatny
Jax’s POVAku bisa merasakan nagamaki yang menembus punggung Jason semakin mengoyak tubuhnya, termasuk juga tubuhku. Jason menarikku mendekat dan seolah tak membiarkanku hidup sementara dirinya harus berakhir di tangan wanita yang selama ini ia anggap lemah.Ivanna berhasil menaklukkan apa yang selama ini membuatnya gentar. Pertemuan dengan Bethany dan Jason, adalah hal paling menakutkan baginya.Jason mendekapku cukup lama. Bola mata kelabunya menatapku dengan tatapan bengis, penuh kebencian. Aku masih ingat perkataannya yang terdengar sebagai ancaman seolah aku akan takut dan memilih untuk berpihak padanya.“Kau tidak akan pernah bisa lari, Jax. Aku akan terus memburumu dan keturunanmu di kehidupanku selanjutnya,” ujarnya, kemudian menyeringai.“Mungkin. Jika kau memang terlahir kembali, aku akan dengan senang hati menghadapi dan membunuhmu dengan tanganku sendiri,” jawabku sebelum kemudian mendorong Jason menjauh dan berusaha menopang tubuhku sendiri agar tak terjatuh.Aku masih in
Ivanna's POV Aku bangkit perlahan, duduk dengan tegak dan meraih Ash yang semula kubaringkan di atas hamparan pasir. Tak ada tangis sedikit pun, seolah ia mengerti bahwa ibu dan ayahnya sedang berjuang untuk keselamatannya, maka ia tak ingin membebani kami dengan rengekan.Aku menyerahkan Ash pada Ivory, membiarkan wanita itu merengkuh putraku.“Aku tak tahu apakah ini keputusan benar, mempercayakan bayiku padamu. Namun, seperti kau percaya padaku, maka itu yang kulakukan. Aku percaya padamu. Tolong jaga Ash untuk kami. Aku akan kembali ke sana menolong Jax dan kawan-kawan lainnya. Aku akan kembali mengambil Ash setelah kekacauan ini selesai.”“Tenang saja, Ivanna. Kau bisa percaya padaku. Aku berjanji akan menjaga Ash, karena ia adalah jodoh Mackenzie. Tak mungkin aku melenyapkan jodoh putriku sendiri. Sekarang kembalilah, tolonglah Jax dan lainnya. Aku akan membantu kalian dari sini,” ucap Ivory yang membuatku tertegun sejenak mendengar apa yang barusan ia ucapkan.Ash berjodoh den
Ivanna’s POVGabby menatapku dengan tatapan yang tak mampu kuterjemahkan. Apa yang tengah ia pikirkan saat ini? Mengapa aku tak bisa membaca pikirannya, dan pikiranku seolah tak mampu menangkap sinyal darinya. Apakah ini karena perasaanku tengah kacau balau?Gabby tampak gugup dan tak bisa memberikan jawaban maupun menuruti keinginan Jason, untuk memberikan Ash pada Bethany yang sudah tampak begitu kelaparan. “A-aku ingin ke kamar kecil,” ucap Gabby yang membuatku terhenyak. Apakah ia berniat untuk melarikan diri di tengah kekacauan yang telah ia buat? Jax mengatakan padaku bahwa Gabby sempat berniat untuk mengkhianati kami. Apakah ini salah satunya?Mendengar perkataan Gabby, Jason tersenyum mengejek. “Kau ingin menipuku, huh?”Gabby menggeleng. Bahkan ketika Jason akhirnya mencengkeram wajahnya, perempuan itu sama sekali tidak memberi perlawanan. Ayden yang tampak geram dan berusaha melepaskan diri untuk bisa menyelamatkan kekasihnya, sementara aku dan Ash, nyawa kami di uju8ng tan
Ivanna's POV Bethany, jika aku tak salah mengenali, layaknya seekor anjing yang datang bersama tuannya. Jason mengikatnya tanpa ampun.“Halo, Ivanna. Apakah aku lupa mengatakannya, bahwa kau tak akan pernah bisa lari dariku. Ke mana pun kau pergi, aku akan selalu bisa menemukanmu.” Ia menoleh pada makhluk yang ada dalam ikatannya. “Benar begitu, kan, sayang. Kau boleh menyapa dirimu di kehidupan terakhir, Beth. Setelah ini, kaulah yang akan hidup dan dirinya hanyalah tinggal kenangan.”“Kami tak akan biarkan kau menyentuh Ivanna!” geram Gabby kemudian menerjang Jason yang dengan gesit selalu berhasil menghindar.Lalu giliran Ayden yang menyerang. Kekuatan keduanya imbang, tetapi bagaimana pun, Jason adalah lelaki yang licik. Ia menggunakan Bethany sebagai senjata untuk menghalau dan mempersulit posisi Ayden dan Gabby.“Kau harus menghabisinya, Ayden. Kita harus selamatkan Ivanna.” Aku masih mendengar suara mereka berdua tengah bercakap-cakap sembari sesekali kudengar suara denting be
Ivanna’s POVDi tengah kekacauan yang terakhir kali kulihat adalah sosok kekasihku yang telah siap dengan sahabat karibnya, nagamaki yang selalu tersemat di balik punggung. Jika Jax sudah mengetatkan genggaman di ujung pegangan nagamaki, itu artinya, pertarungan besar akan terjadi. Jumlah Feral yang datang, aku lupa tepatnya, tetapi aku tahu kalau mereka tak hanya satu, dua, atau sepuluh. Ratusan, jika aku boleh memperkirakan. Apakah Jax dan Max akan baik-baik saja menghadapi mereka?Ivory menarik lengan dan membawaku melarikan diri bersamaan dengan datangnya gerombolan makhluk liar itu. Aku merasa beruntung karena tak hanya aku yang ada di sana, melainkan Ayden dan Gabby yang bertemu dengan kami di sebuah persimpangan.Beruntungnya, Ash tak pernah jauh dariku. Ia masih berada dalam gendonganku setelah mendapatkan tanda keanggotaannya.“Ivy, akan kau bawa ke mana kami?” tanyaku, sembari mengikuti kecepatan wanita itu. Ivory sangat gesit dan lincah. Ia seolah sudah terbiasa melarikan
Jax's POV “Jax, apakah kau sudah gila? Aku sudah katakan kalau Ash berada dalam bahaya. Kau malah setuju untuk ikut dengan mereka.” Ivanna menyuarakan protes ketika mendengar permintaanku agar kami segera berkemas. “Aku tak menyangka kau menganggap perkataanku hanya bualan.”“Aku tak pernah berpikir demikian, Ivanna. Mengertilah!” Aku meraih wanita itu agar menghadap padaku. “Ivanna, dengarkan aku. Kita tidak memiliki pasukan dan Jason bisa menyerang kapan saja.”“Devon sudah menyerahkan klan-nya untukmu, bukan? Kita bisa memulainya jika kau mau.”Aku menggeleng. “Tidak semudah itu, Ivanna. Banyak yang harus kita lakukan dan persiapkan untuk membentuk sebuah klan yang kuat. Kita belum sebanding dengan Jason, kecuali kalau ia berani berduel melawanku, maka kupastikan aku akan menang.”Ivanna tampak gelisah. Wajah pucatnya yang biasanya masih merona, kini terlihat makin pucat. Ia tampak kelelahan setelah apa yang kami lalui selama beberapa hari terakhir. Aku tak ingin jika penderitaan
Jax’s POVAku membawa Ivanna untuk ikut denganku menuju ke ruang bawah tanah. Aku susdah mengatakan padanya, meski masalah ini bukanlah rahasia dan Max bahkan tak melarangku jika aku ingin menyampaikan pada Ivanna, tetapi tidak seharusnya kami datang ke ruang bawah tanah di malam hari seperti ini.Kekuatan feral akan meningkat di malam hari dan aku tak ingin sampai membuat kekacauan karena sikap keras kepala kekasihku ini. Namun, apa boleh buat?Kubiarkan ia melihat di sekeliling, di mana beberapa lycan tengah dikurung, tetapi dalam kondisi normal. Ivanna tampak tertarik dengan apa yang membuat Max dan member pack memutuskan untuk memenjarakan mereka.“Pastinya karena masalah yang cukup besar mereka mendapat hukuman sebagai efek jera,” jawabku saat Ivanna tampak tak mampu menahan diri dan sebelum ia berpikir bahwa pemerintahan yang Max jalankan terlalu ketat, aku memberikan penjelasan padanya.Tiba di satu sel yang tampak berbeda dibanding lainnya, langkahku terhenti dan ia pun melaku
Ivanna's POV Aku masih memikirkan perkataan Ivory mengenai penawarannya agar Jax menjadi warior bagi Alsenic pack dan kami menjadi bagian dari pack tersebut. Aku bahkan belum menyampaikan pembicaraan itu pada Jax. Ia tengah menyibukkan diri menimang Ash dan aku hanya memerhatikannya dengan banyak pikiran yang semrawut.Setelah berhasil menidurkan Ash, Jax membaringkannya di sebuah box bayi yang juga sudah tersedia lengkap di rumah ini, lalu menghampiriku yang sejak tadi termenung memandangi Jax dengan tatapan kosong.“Apa yang kau pikirkan?” tanya Jax setelah mengecup bibirku sekilas. Aku mendesah dan memaksa tubuhku untuk berbaring, sementara ia meraih kakiku dan memijitnya dengan lembut. “Lihatlah, kau sangat kelelahan. Katakan apa yang sedang kau pikirkan? Mungkin saja membaginya denganku pikiranmu bisa sedikit lebih tenang.”“Jax, apakah Max mengatakan sesuatu? Bukankah kalian tadi berjalan ke suatu tempat berdua? Apakah dia mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan politik atau