Jax’s PoV Ivanna meloloskan desahan dari bibir ranumnya saat aku mengecupi setiap senti permukaan kulitnya. Dan ketika bibirku merayap turun makin ke bawah, tepat di dadanya, bermain sebentar di sana, desah itu berubah menjadi sebuah lenguhan.Aku memberinya bonus dengan memainkan lidahku di sana dan ia membalas dengan meremas rambutku. “Oh, maafkan aku, Jax. Itu hanyalah gerakan refleks karena kau—sudahlah, ayo kita lanjutkan lagi “ ucapnya dengan suara serak khas yang seksi dan membuatku makin menggila setiap mendengarnya.Aku jatuh cinta dan tergila-gila dengan segala yang Ivanna miliki. Dan itu berlangsung selama ribuan tahun hingga akhirnya sang cupid memberi kesempatan bagiku untuk mendapatkan hatinya sekarang, di reinkarnasi ketiganya. Aku melakukan seperti yang ia minta. Permainan berlanjut, kecupanku makin merembet ke bawah dan makin bawah. Tepat di bagian inti miliknya.Aku tak bisa menahan gejolak hasrat yang sudah memaksaku untuk menuju ke sajian utama. Bergantung, apak
Ivanna’s PoVJax menatapku intens dengan sepasang bola mata indahnya yang sewarna safir itu. Aku seketika hanyut seolah ia tengah menghipnotisku dengan sorot matanya yang tajam tetapi penuh cinta terhadapku. Aku tahu itu.Aku memang memaksanya untuk bercinta sekali lagi dan ia harus langsung menggigitku agar rasa sakitnya tersamarkan dengan nikmat pergumulan kami. Namun, ia terus melakukan kesalahan yang membuatku kesal.Kesal karena aku mendambakannya terus-menerus. Aku tak pernah cukup dengannya dan meski sekujur tubuhku terasa remuk redam, tetapi aku menikmatinya.“Jax, ayo lakukan sekarang. Aku siap untuk risiko apa pun yang harus kutanggung setelah aku menjadi vampir sepertimu,” desakku agar pria itu segera menggigitku. Setelah lama tertegun, ia kemudian meraih pinggulku dan mendekatkan wajahnya padaku.“Bagaimana kalau kita nikmati hidup sebelum aku menggigitmu? Karena aku tak bisa menjamin kalau kau masih mencintaiku nanti
Jax’s PoV“Jax, hentikan, Jax! Jax, sadarlah! Kau bisa membunuh Ivanna jika kau teruskan mengisap darahnya!” Suara itu terdengar lamat-lamat di telingaku. Aku tak bisa mengembalikan diriku menjadi Jax yang tak akan pernah menghisap darah manusia, sampai kemudian satu pukulan mendarat di pelipisku.BUGH!!!Entah sejak kapan Ayden berada di sini. Meski memang aku yang menghubunginya untuk datang agar bisa mengendalikanku untuk tidak menghabiskan darah Ivanna nantinya, tetap saja, menyadari kedatangannya aku cukup terkejut.Terlebih ketika ia menarik kerah bajuku dan hendak melayangkan pukulan lain yang mungkin bisa membuatku tewas karena ia memakai sarung tangan berduri yang menjadi senjata andalannya.“Ayden, stop! Oke, aku sudah berhenti menghisap darahnya sejak tadi. Mengapa kau masih menyerangku?!” teriakku yang membuat lelaki itu melepaskan cengkeramannya dariku.“Maafkan aku, teman. Aku hanya cemas kalau kau menghis
Ivanna’s PoVAku tertegun saat melihat apa yang ada dalam genggamanku. Rambutku sendiri, tak hanya rontok satu atau dua helai, melainkan nyaris seluruhnya.Apakah ini masih efek penyakitku? Ataukah memang seperti ini tahap setelah menerima gigitan dan menjadi seorang vampir—yang dengan kata lain, aku masih akan mengalami gejala penyakitku sampai serum itu berhasil menyebar ke seluruh tubuhku?Jax menghampiriku dan memastikan apakah pertanyaanku mengenai gejala ini adalah dikarenakan efek serum, ataukah hanyalah penyesuaian. Aku tidak tahu pasti.Aku bahkan tak ingat berapa lama aku tak sadarkan diri sebelum akhirnya membuka mata setelah Jax menggigitku.Ia memandangi gumpalan rambut dalam genggamanku. “Ivanna, apa yang terjadi?” tanya pria itu sembari mengambil ponselnya dan tampak menekan beberapa nomor di layar.Aku meraih benda itu dari tangannya, kemudian memandangi dan membelai rahang tegasnya yang mulai ditumbuhi bu
Jax’s PoVIvanna tak lagi seperti Ivanna yang kukenal. Ada banyak hal yang berbeda. Ia tidak merespon ketika namanya kupanggil bahkan berulang kali. Tak hanya itu. Perubahan fisik pun terlihat sangat signifikan dan itu membuatku cemas. Dan kemarin adalah ke sekian kalinya ia hilang kesadaran dan berubah menjadi sesuatu yang mulai membuat otakku memikirkan hal yang tidak-tidak.“Apa yang terjadi padaku?” tanya gadis itu, setelah untuk ke sekian kalinya pingsan dan kini ia telah kembali memperoleh kesadarannya. Aku meraih jemarinya yang masih terikat di ranjang.Ia menatapku dengan tatapan berbeda, seolah kami tak lagi saling mengenal. Kedua bola mata indahnya itu terbelalak liar seolah merasakan teror yang tak bisa kubaca dan kurasakan.Apa yang dilakukan oleh Dokter Avery memang sudah seharusnya ia lakukan. Ia seolah tahu kalau gejala yang Ivanna alami adalah sesuatu hal yang tidak wajar.Meski akan wajar jika mengetahui penyakitn
Jax’s PoV Aku bergegas kembali ke rumqah sakit untuk menemui Dokter Avery dan meminta Ayden untuk datang. Jika memang benar Ivanna sedang dalam proses untuk berubah menjadi feral, ia tak boleh sampai melarikan diri.Saat bulan darah, kekuatan feral akan semakin meningkat, ditambah lagi saat itu adalah waktunya mereka untuyk mencari mangsa. Berdasarkan pernyataan Jason, itu artinya nyawa Ivanna sedang berada dalam bahaya. “Apa yang terjadi, Jax? Sepertinya sangat urgent,” komentar Ayden saat tiba di rumah sakit. Ivanna masih belum sadarkan diri setelah berubah menjadi makhluk setengah mengerikan itu. “Apakah kau sudah tahu kondisi Ivanna?” Aku balik bertanya. Ia menggeleng, kemudian mengeluarkan senter kecil dari saku jasnya dan memeriksa mata juga gigi Ivanna. “Hmm ... aku seperti pernah mengenali kondisi seperti ini,” ucapnya yang kemudian terhenti saat Dokter Avery muncul dan menyapa kami serta melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap Ivanna dan mengatakan hal yang sama seper
Jax’s PoV Aku berhasil menemukan di mana Gabby dan Ayden membawa Ivanna setelah menghadapi ancaman dari Jason yang nyaris membuatku gentar. Demi Ivanna, aku akan lakukan apa pun.Meski kemungkinan sembuhnya kecil, tetapi aku setuju agar Ayden menjadikan Ivanna sebagai bahan percobaan. Pilihannya tetap tiga; berhasil menjadi vampir, mati, atau tetap menjadi feral yang bahkan jauh lebih ganas. Dan persentase kemungkinan keseluruhannya sama besar. Aku tak masalah. Aku percaya pada dua orang ini. Dan selama percobaan, aku yang bertugas melindungi mereka. “Alat ini sebagai neurotransmiter yang akan membantu kinerja neurotransmiter alami dalam tubuh Ivanna yang mungkin tak lagi berfungsi,” tutur Gabby sembari memasangkan peralatan di beberapa titik di tubuh Ivanna. “Yang kupikirkan saat ini, Ivanna mengalami ini adalah dikarenakan fungsi senyawa tubuhnya yang tidak stabil dan pada akhirnya berhasil dikuasai oleh venom feral yang ada di dalam tubuhnya.” Aku mengernyit mendengar penjelasa
Jax PoV Aku masih berada di pesta yang tengah berlangsung. Tak menarik bagiku untuk bergabung dengan mereka. Aku hanya memerhatikan dari sudut yang tidak berbaur dengan lainnya. Namun, dari sini saja aku bisa melihat dengan jelas apa saja yang tengah mereka lakukan. Bulan darah telah berbentuk bulat sempurna dengan permukaan berwarna merah pekat mirip seperti yang ada di film horor. Kami memang salah satu tokoh dalam film semacam itu, tetapi feral lebih mengerikan. Dan itulah yang sekarang tengah terpampang di hadapanku. Beberapa dari mereka mengikat feral pada sebuah tiang besi yang telah mereka sediakan di tanah lapang yang langsung tersinari cahaya kemerahan dari rembulan sepekat darah.Beberapa lainnya memegang sebuah obor di tangan mereka masing-masing. Aku tergelitik untuk tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya dan bergerak mendekat saat Jason maju di hadapan lainnya untuk memberikan semacam pidato sebagai pimpinan klan. “Selamat malam, saudaraku. Kita sudah berkumpul
Jax's POV Aku dan Ivanna saling bertatapan, begitu pula Gabby yang terlihat tak percaya apa yang baru saja ia dengar. “Kehamilanmu adalah hadiah dari Amethyst, Sang Dewi Bulan, untukmu dan Dokter Davidson, karena kalian telah menolong kami,” lanjutnya. Aku bisa melihat air mata bahagia menetes dari sudut mata Gabby. Ia telah lama menantikan seorang bayi, karena menurutnya, dirinya tak mungkin bisa mengandung. Vampire tak mungkin mengandung, meski Ayden adalah seorang hybrid yang masih mungkin memiliki organ dan sel hidup dalam tubuhnya untuk bereproduksi, tetapi tidak dengan Gabby.Itu sebabnya ia mengusahakan dengan eksperimen yang telah hancur akibat perbuatan Jason. “Aku sangat bahagia mendengarnya. Selamat, Gabby!” Ivanna turut meneteskan air mata dan memeluk Gabby dengan erat, begitu pula lainnya bergantian mendekap wanita berambut merah itu. “Lalu bagaimana dengan embrio yang Jason bawa saat itu?” tanya Ivanna tampak ingin tahu. “Dia tak pernah tumbuh, Ivanna. Aku melihatny
Jax’s POVAku bisa merasakan nagamaki yang menembus punggung Jason semakin mengoyak tubuhnya, termasuk juga tubuhku. Jason menarikku mendekat dan seolah tak membiarkanku hidup sementara dirinya harus berakhir di tangan wanita yang selama ini ia anggap lemah.Ivanna berhasil menaklukkan apa yang selama ini membuatnya gentar. Pertemuan dengan Bethany dan Jason, adalah hal paling menakutkan baginya.Jason mendekapku cukup lama. Bola mata kelabunya menatapku dengan tatapan bengis, penuh kebencian. Aku masih ingat perkataannya yang terdengar sebagai ancaman seolah aku akan takut dan memilih untuk berpihak padanya.“Kau tidak akan pernah bisa lari, Jax. Aku akan terus memburumu dan keturunanmu di kehidupanku selanjutnya,” ujarnya, kemudian menyeringai.“Mungkin. Jika kau memang terlahir kembali, aku akan dengan senang hati menghadapi dan membunuhmu dengan tanganku sendiri,” jawabku sebelum kemudian mendorong Jason menjauh dan berusaha menopang tubuhku sendiri agar tak terjatuh.Aku masih in
Ivanna's POV Aku bangkit perlahan, duduk dengan tegak dan meraih Ash yang semula kubaringkan di atas hamparan pasir. Tak ada tangis sedikit pun, seolah ia mengerti bahwa ibu dan ayahnya sedang berjuang untuk keselamatannya, maka ia tak ingin membebani kami dengan rengekan.Aku menyerahkan Ash pada Ivory, membiarkan wanita itu merengkuh putraku.“Aku tak tahu apakah ini keputusan benar, mempercayakan bayiku padamu. Namun, seperti kau percaya padaku, maka itu yang kulakukan. Aku percaya padamu. Tolong jaga Ash untuk kami. Aku akan kembali ke sana menolong Jax dan kawan-kawan lainnya. Aku akan kembali mengambil Ash setelah kekacauan ini selesai.”“Tenang saja, Ivanna. Kau bisa percaya padaku. Aku berjanji akan menjaga Ash, karena ia adalah jodoh Mackenzie. Tak mungkin aku melenyapkan jodoh putriku sendiri. Sekarang kembalilah, tolonglah Jax dan lainnya. Aku akan membantu kalian dari sini,” ucap Ivory yang membuatku tertegun sejenak mendengar apa yang barusan ia ucapkan.Ash berjodoh den
Ivanna’s POVGabby menatapku dengan tatapan yang tak mampu kuterjemahkan. Apa yang tengah ia pikirkan saat ini? Mengapa aku tak bisa membaca pikirannya, dan pikiranku seolah tak mampu menangkap sinyal darinya. Apakah ini karena perasaanku tengah kacau balau?Gabby tampak gugup dan tak bisa memberikan jawaban maupun menuruti keinginan Jason, untuk memberikan Ash pada Bethany yang sudah tampak begitu kelaparan. “A-aku ingin ke kamar kecil,” ucap Gabby yang membuatku terhenyak. Apakah ia berniat untuk melarikan diri di tengah kekacauan yang telah ia buat? Jax mengatakan padaku bahwa Gabby sempat berniat untuk mengkhianati kami. Apakah ini salah satunya?Mendengar perkataan Gabby, Jason tersenyum mengejek. “Kau ingin menipuku, huh?”Gabby menggeleng. Bahkan ketika Jason akhirnya mencengkeram wajahnya, perempuan itu sama sekali tidak memberi perlawanan. Ayden yang tampak geram dan berusaha melepaskan diri untuk bisa menyelamatkan kekasihnya, sementara aku dan Ash, nyawa kami di uju8ng tan
Ivanna's POV Bethany, jika aku tak salah mengenali, layaknya seekor anjing yang datang bersama tuannya. Jason mengikatnya tanpa ampun.“Halo, Ivanna. Apakah aku lupa mengatakannya, bahwa kau tak akan pernah bisa lari dariku. Ke mana pun kau pergi, aku akan selalu bisa menemukanmu.” Ia menoleh pada makhluk yang ada dalam ikatannya. “Benar begitu, kan, sayang. Kau boleh menyapa dirimu di kehidupan terakhir, Beth. Setelah ini, kaulah yang akan hidup dan dirinya hanyalah tinggal kenangan.”“Kami tak akan biarkan kau menyentuh Ivanna!” geram Gabby kemudian menerjang Jason yang dengan gesit selalu berhasil menghindar.Lalu giliran Ayden yang menyerang. Kekuatan keduanya imbang, tetapi bagaimana pun, Jason adalah lelaki yang licik. Ia menggunakan Bethany sebagai senjata untuk menghalau dan mempersulit posisi Ayden dan Gabby.“Kau harus menghabisinya, Ayden. Kita harus selamatkan Ivanna.” Aku masih mendengar suara mereka berdua tengah bercakap-cakap sembari sesekali kudengar suara denting be
Ivanna’s POVDi tengah kekacauan yang terakhir kali kulihat adalah sosok kekasihku yang telah siap dengan sahabat karibnya, nagamaki yang selalu tersemat di balik punggung. Jika Jax sudah mengetatkan genggaman di ujung pegangan nagamaki, itu artinya, pertarungan besar akan terjadi. Jumlah Feral yang datang, aku lupa tepatnya, tetapi aku tahu kalau mereka tak hanya satu, dua, atau sepuluh. Ratusan, jika aku boleh memperkirakan. Apakah Jax dan Max akan baik-baik saja menghadapi mereka?Ivory menarik lengan dan membawaku melarikan diri bersamaan dengan datangnya gerombolan makhluk liar itu. Aku merasa beruntung karena tak hanya aku yang ada di sana, melainkan Ayden dan Gabby yang bertemu dengan kami di sebuah persimpangan.Beruntungnya, Ash tak pernah jauh dariku. Ia masih berada dalam gendonganku setelah mendapatkan tanda keanggotaannya.“Ivy, akan kau bawa ke mana kami?” tanyaku, sembari mengikuti kecepatan wanita itu. Ivory sangat gesit dan lincah. Ia seolah sudah terbiasa melarikan
Jax's POV “Jax, apakah kau sudah gila? Aku sudah katakan kalau Ash berada dalam bahaya. Kau malah setuju untuk ikut dengan mereka.” Ivanna menyuarakan protes ketika mendengar permintaanku agar kami segera berkemas. “Aku tak menyangka kau menganggap perkataanku hanya bualan.”“Aku tak pernah berpikir demikian, Ivanna. Mengertilah!” Aku meraih wanita itu agar menghadap padaku. “Ivanna, dengarkan aku. Kita tidak memiliki pasukan dan Jason bisa menyerang kapan saja.”“Devon sudah menyerahkan klan-nya untukmu, bukan? Kita bisa memulainya jika kau mau.”Aku menggeleng. “Tidak semudah itu, Ivanna. Banyak yang harus kita lakukan dan persiapkan untuk membentuk sebuah klan yang kuat. Kita belum sebanding dengan Jason, kecuali kalau ia berani berduel melawanku, maka kupastikan aku akan menang.”Ivanna tampak gelisah. Wajah pucatnya yang biasanya masih merona, kini terlihat makin pucat. Ia tampak kelelahan setelah apa yang kami lalui selama beberapa hari terakhir. Aku tak ingin jika penderitaan
Jax’s POVAku membawa Ivanna untuk ikut denganku menuju ke ruang bawah tanah. Aku susdah mengatakan padanya, meski masalah ini bukanlah rahasia dan Max bahkan tak melarangku jika aku ingin menyampaikan pada Ivanna, tetapi tidak seharusnya kami datang ke ruang bawah tanah di malam hari seperti ini.Kekuatan feral akan meningkat di malam hari dan aku tak ingin sampai membuat kekacauan karena sikap keras kepala kekasihku ini. Namun, apa boleh buat?Kubiarkan ia melihat di sekeliling, di mana beberapa lycan tengah dikurung, tetapi dalam kondisi normal. Ivanna tampak tertarik dengan apa yang membuat Max dan member pack memutuskan untuk memenjarakan mereka.“Pastinya karena masalah yang cukup besar mereka mendapat hukuman sebagai efek jera,” jawabku saat Ivanna tampak tak mampu menahan diri dan sebelum ia berpikir bahwa pemerintahan yang Max jalankan terlalu ketat, aku memberikan penjelasan padanya.Tiba di satu sel yang tampak berbeda dibanding lainnya, langkahku terhenti dan ia pun melaku
Ivanna's POV Aku masih memikirkan perkataan Ivory mengenai penawarannya agar Jax menjadi warior bagi Alsenic pack dan kami menjadi bagian dari pack tersebut. Aku bahkan belum menyampaikan pembicaraan itu pada Jax. Ia tengah menyibukkan diri menimang Ash dan aku hanya memerhatikannya dengan banyak pikiran yang semrawut.Setelah berhasil menidurkan Ash, Jax membaringkannya di sebuah box bayi yang juga sudah tersedia lengkap di rumah ini, lalu menghampiriku yang sejak tadi termenung memandangi Jax dengan tatapan kosong.“Apa yang kau pikirkan?” tanya Jax setelah mengecup bibirku sekilas. Aku mendesah dan memaksa tubuhku untuk berbaring, sementara ia meraih kakiku dan memijitnya dengan lembut. “Lihatlah, kau sangat kelelahan. Katakan apa yang sedang kau pikirkan? Mungkin saja membaginya denganku pikiranmu bisa sedikit lebih tenang.”“Jax, apakah Max mengatakan sesuatu? Bukankah kalian tadi berjalan ke suatu tempat berdua? Apakah dia mengatakan sesuatu yang berhubungan dengan politik atau