SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 25Tok!Tok!Tok!"Bu Mika, saya mau mengantarkan minumannya." Suara Mona terdengar di depan pintu. Mika yang tengah duduk di tepi ranjang bergegas berdiri lalu melangkah menuju ke arah pintu kamar. Begitu sampai, Mika membuka pintu lalu menerima dua minuman milik sang suami dan juga dirinya. Sebenarnya, Mika berniat untuk memberikan obat perangsang ke minuman Mona dan Johan. Namun Mika mengurungkan niatnya, sebab tanpa diberikan obat tersebut mereka pun malam ini telah merencanakan pergulatan di atas ranjang. "Terima kasih, Mon." "Sama-sama, Bu." Seulas senyum terbit di bibir Mona, setelahnya Mona berlalu pergi seiring pintu yang mulai tertutup. "Minum, Mas." Mika meletakkan secangkir kopi di nakas yang ada di samping suami. "Makasih, Sayang." Mika mengangguk. Johan pun bergegas meraih secangkir kopi lalu menyesapnya secara perlahan. "Kok nggak lang–"DretDretUcapan Johan terhenti saat tiba-tiba ponsel bergetar, dan nama sang ibu terpa
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 26"Dobrak saja, Pak.""Baik, Bu." Salah seorang satpam komplek mulai mengambil ancang-ancang. Hingga ...."Tunggu, Pak!"Tendangan yang hampir melayang menjadi tertunda. Lelaki berpakaian khas seorang security menoleh lalu berkata,"ada apa lagi, Bu?" "Bentar, saya rekam dulu. Biar nanti viral!""Bagus, Bu! Aku sampai nggak kepikiran." "Udah, Bu Mika tenang saja. Pelakor dan pecundang itu nggak cukup digerebek saja, tapi harus ada sangsi sosial, biar jera!" Mika mengangguk, sedangkan seorang wanita bergamis coklat itu pun mengutak-atik layar ponsel. "Siap, Pak. Ayo tendang!" seru seseibu setengah berbisik dengan kamera ponsel yang mengarah ke depan. "Buruan, Pak. Keburu selesai itu main kuda-kudaannya.""Bismillah." Lelaki itu kembali mengambil ancang-ancang, hingga akhirnya ....Brak!Hanya satu kali tendangan, pintu seketika terbuka. Suara rintihan kenikmatan itu kini tak terdengar lagi. Mereka serempak menoleh ke arah sumber suara. Gegas
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 27"Dasar wanita bodoh!" "–kau!" Emosi Mona meluap, bahkan gigi wanita itu bergemelatuk. "Apa? Kau tak terima kusebut bodoh? Ha?!" teriak Mika."Kalau kau wanita pintar, setidaknya kau menjadi wanita simpanan lelaki yang kaya raya. Bisa memberikan apa yang kamu minta! Setidaknya, bisa memberikanmu rumah berlantai dua atau bahkan berlantai tiga! Bukan malah dijadikan pembantu macam ini!" "Aku mencintai Mas Johan apa adanya, bukan karena harta!" "Ha ha, oh ya? Sekali pun dia membuatmu menderita?! Gila!" Lagi, Mika kembali meledakkan tawanya. "Kau mencintai lelaki pecundang sepertinya? Iya?!" teriak Mika dengan telunjuk mengarah ke wajah sang suami. "Apa dia juga mencintaimu seperti kamu mencintai dia?""Tentu!""Lalu apa melemparkan semua kesalahan padamu, itu sebagai bentuk cintanya padamu, iya?" Ucapan Mika berhasil membungkam mulut Mona."Kalian ....!" Mika menatap sang suami dan Mona secara bergantian dengan sorot mata yang begitu tajam. I
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 28"Bawa mereka," titah Mika dengan nada datar. Lalu, para warga mulai menggelandang keduanya menuju ke tempat yang disebut oleh Mika. Di sepanjang jalan, teriakan demi teriakan yang para warga lakukan berhasil mengundang orang-orang yang belum mengetahui kejadian. Hingga membuat mereka keluar dari rumah. Sebagian orang ikut menggelandang sepasang pengecut sembari berorasi, dan yang sebagian lainnya hanya menyaksikan saja. Tak jarang, ada yang mengabadikan momen tersebut, bahkan ada yang langsung menjadikan live di salah satu sosial media berwarna biru. Teriakan dan cemoohan warga terus berdatangan, membuat Johan dan Mona tertunduk malu. Dan di sinilah mereka sekarang, berada di tengah-tengah lahan kosong yang dikerubungi oleh banyak orang. Sedari tadi, Johan dan Mona hanya menunduk, tak kuat walau hanya sekedar mengangkat kepala untuk melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya. Bahkan, dua manusia itu hanya berdiam pasrah saat beberapa or
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 29"Atau setelah ini kamu akan memaafkan aku? Jika memang begitu, baiklah. Tak mengapa, aku akan menikahi Mona dan akan menceraikan dia begitu anak itu lahir." Pletak!"Aduh!" pekik Johan begitu sebuah asbak rokok menghantam keningnya karena dilempar oleh Mona. "Apa-apaan kamu, Mas! Enak aja mau cari enaknya saja. Kalau rencanamu seperti itu, yaudah digugurin saja ini bayi!" sungut Mona yang benar-benar tak terima dengan apa yang Johan katakan. Johan hanya menelan salivanya, ia tak tau harus berkata apa. Tangan lelaki itu terus mengusap kening yang terkena lemparan asbak rokok. "Lihatlah, sepengecut itulah lelaki yang kamu cintai." Mika tersenyum sinis sembari menggelengkan kepala. "Sayang." "jangan menyebutku dengan panggilan itu lagi! Mual perutku mendengarnya!" "Astaghfirullah, Johan. Apa yang terjadi?" Suara seorang wanita paruh baya terdengar seiring tubuhnya yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam rumah. "Johan, apa yang terjadi, Nak?" tan
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 30"Loh? Mana bisa kayak gitu? Semua ini aku yang mencari. Oke jika kamu memang memilih berpisah, aku turuti. Tapi nggak bisa dengan harta yang selama ini kucari!" Mendengar seruan dari Johan membuat Mika tersenyum. "Baiklah, tunggu sebentar." Gegas Mika berdiri dari tempat duduknya lalu ia melangkah pergi menuju kamar. Kini tinggal Johan dan Mona yang berada di ruang tamu dan melakukan obrolan serius. "Kamu yakin mau cerai sama Mika?""Ya mau gimana lagi? Dianya menginginkan perpisahan." Kali ini Johan pasrah, sebab ia tahu bagaimana karakter seorang Mika. Bahkan, sesaat setelah melakukan ijab qabul, Mika sudah menekankan pada Johan kalau dirinya menentang dan tak akan memaafkan yang namanya perpisahan. "Lalu apa kamu masih ingin menceraikan aku setelah aku melahirkan anak kita?"Johan tersenyum, lalu lelaki itu meraih kedua tangan Mona. Johan menggenggam kuat-kuat tangan wanita itu, setelahnya ia pun berucap, "Itu tidak akan terjadi, Sayang.
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 31Mika berdiri di balik jendela–menatap mobil yang dikendarai oleh sang suami dan wanita simpanannya bergerak keluar dari halaman rumah. Mika menghela napas dalam-dalam lalu ia keluarkan secara perlahan. Tak bisa dipungkiri, hati wanita itu terasa hancur. Bagaimanapun juga, tak mudah menghapus rasa cinta yang pernah bertahta.Mika menatap wajah mungil yang ada di gendongannya dengan perasaan ... entah. "Sayang, maafkan Mama ya. Mama janji, tidak akan membuatmu kekurangan kasih sayang meskipun tanpa kehadiran seorang ayah. Tak terduga!Bibir mungil itu tersenyum, senyum yang terlihat begitu menenangkan. Bayi itu tau bagaimana perasaan wanita yang mendekapnya, ia ingin menguatkan hati sang ibu. Bahkan, bibir mungil itu seperti berusaha ingin bicara. Hanya ocehan-ocehan kecil yang tak mampu dipahami oleh Mika. Namun wanita itu tau, kalau sang bayi sedang menguatkan dan menghiburnya.Melihat senyum dari bibir mungil itu seketika membuat air mata Mi
SUARA SUAMIKU DI KAMAR PEMBANTUPART 32Semburat jingga mulai terlihat. Dengan mendorong kereta bayi, Mika tengah berjalan di taman yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Pandangan wanita itu menyusuri taman yang kian ramai. Beberapa muda-mudi terduduk di sebuah tikar sembari menikmati cemilan dan teh hangat yang ada di hadapannya, dan sebagian lainnya tengah terduduk di kursi berderet yang terbuat dari besi sembari menyaksikan anak-anak yang sedang berlarian kesana kemari. Hembusan angin sore menerpa lembut wajah cantik wanita itu. Beberapa kali ia menghela napas dalam-dalam lalu dikeluarkannya secara perlahan saat mengingat jika tempat ini menjadi tempat favoritnya saat ia mengandung buah cinta dari pernikahan mereka.Mika terus melangkah, sesekali bibir wanita itu tersenyum getir saat menyaksikan seorang anak yang tengah bermain ditemani dengan kedua orangtuanya. Hingga sampailah ia di kursi kosong. Wanita itu lantas mendudukkan bokongnya setelah mengambil Nando dari stroller. "N