Share

Bab 41

Author: Jingga Amelia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suara Di Bilik Iparku (41)

**

Kulangkahkan kakiku sembari mengusap perutku yang masih rata. Aku berjanji, meskipun dia harus lahir tanpa ayah tapi bisa kupastikan tidak akan kekurangan suatu apapun terutama kasih sayang.

Terlebih dengan perkataan bapak mengenai ayah sambung dari bayi ini. Aku belum sempat memikirkannya walau Oki sudah berulang kali bergurau padaku.

Aku tak pernah menganggapnya serius karena memang pasti dia hanya bergurau dan ingin membuat hatiku sedikit lebih tenang. Namun, terlepas dari bercanda atau seriusnya setidaknya dia masih sangat perduli denganku. Bahkan saat keadaanku hamil tanpa suami, dia justru terlihat lebih peduli denganku.

Bukan berarti aku adalah seorang wanita pendendam. Namun, jika hati dan jiwaku digoncang seperti ini apa aku harus diam saja? Bukankah memberi pelajaran pada mereka yang sudah menyakitiku itu tidak masalah? 

"Astaga! Kamu kemana aja? Aku udah cari keliling rumah sakit. D

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 42

    Suara Di Bilik Iparku (42)**"Anisa. Apa yang kamu katakan?" ucap Om David saat Tuan Hadi sudah keluar dari ruangannya.Aku tersenyum miring, lalu menduduki kursi yang semula di pakai oleh Tuan Hadi. "Sudah lah, Om. Katakan saja yang sebenarnya jika tidak ingin aku meneruskan masalah ini ke polisi. Cara Anda merebut perusahaan bapak itu kejam," ungkapku dengan menatapnya tajam.Om David tak berkutik, dia memilih ikut duduk di hadapanku. Aku tak tahu, bagaimana bisa orang sebaik dirinya berubah menjadi kejam seperti ini.Dia menghela nafas panjang, lalu mengusap wajahnya kasar. "Baiklah, aku salah. Aku berdosa," tandasnya membuatku tersenyum tipis.Tak lupa aku sudah menyalakan mode rekam dalam ponsel yang ada di saku bajuku, jadi jika dia berbuat yang tidak-tidak aku punya barang bukti yang kuat. Kesempatan ini tidak akan aku sia-siakan, Om David harus mau mengakui kesalahannya detik ini juga."Jadi?" tanyaku berpura-pu

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 43

    Suara Di Bilik Iparku (43)**Seharian ini usai perdebatanku dengan Oki, aku belum sama sekali bertemu dengannya meskipun jam pulang kantor sudah tiba. Dia yang biasanya menungguku sampai dapat taksi, hari ini tidak ada di sampingku. Entahlah, kenapa dia bisa berubah seperti itu. Padahal bagiku dia lah satu-satunya orang yang paling dekat denganku.Kulangkahkan kakiku masuk ke dalam rumah ketika taksi yang mengantarku telah berhasil membawaku sampai di rumah dengan selamat. Untung saja seharian ini perutku bisa diajak kerja sama, jadi tubuhku tidak terlalu letih.Rencananya, besok aku akan mengunjungi dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi kehamilanku. Semoga saja anak yang ada di dalam kandunganku baik-baik saja meski segala cobaan tengah mendera hidupku."Sudah pulang, Nis." Ibu menyapaku saat kaki kananku baru saja melangkah ke dalam kamar.Segera kuhentikan langkahku, lalu tersenyum ke arah wanita yanh sudah melahirkanku itu. "Sudah

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 44

    Suara Di Bilik Iparku (44)**Dadaku kembang kempis, kutatap geram punggung lelaki yang baru saja menjalani sidang bersamaku. Dia benar-benar tidak pantas di sebut sebagai manusia, dia sudah seperti hewan buas. Dengan sesuka hatinya memperlakukanku seperti ini. Bahkan kini, dia pun juga mencari masalah dengan Oki.Air mataku menetes, terlebih ketika kulihat sudut bibir Oki memar dan mengeluarkan darah segar. Tidak sepantasnya Oki mendapat perlakuan seperti ini, karena semua ini murni adalah masalah pribadiku dengan Mas Akbar."Maaf," ucapku dengan mengusap pelan darah yang menempel di sudut bibirnya.Ia sedikit meringis, mungkin lukanya benar-benar menimbulkan rasa sakit. "Maaf untuk apa?""Untuk ini," jawabku dengan mengusap lagi sudut bibirnya agar sisa darah itu dapat bersih."Aku yang seharusnya minta maaf. Aku meninggalkanmu sendiri di parkiran sampai pria laknat itu datang menyerang mentalmu lagi," tuturnya, tapi kali ini dia me

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 45

    Suara Di Bilik Iparku (45)**"Bara. Ada apa? Kenapa nggak masuk?" tanyaku saat baru saja turun dari mobil dan di ikuti oleh Oki di belakangku.Bara lantas berbalik dan menatapku, wajahnya sedikit sayu, dia juga terlihat sedikit kurus. Kasian, sepertinya perpisahannya dengan Hanum berdampak besar pada hidupnya. Untung saja, aku tidak sejauh itu memikirkan pria seperti Mas Akbar."Enggak, takut ngrepotin. Di sini aja, lagian aku cuma bentar kok, Mbak," jawab Bara dengan beberapa kali melirik Oki yang ada di sampingku."Em ... Aku mau bicara, Mbak."Aku mengernyitkan dahi, "bicara? Yaudah bicara aja," kataku tak paham, karena biasanya dia juga langsung bicara meski masalah sepenting apapun."Tapi ... Berdua saja," lanjutnya membuatku semakin terheran dengan perkataannya.Ada apa ini? Bahkan dia pun sebenarnya juga sudah kenal dengan Oki. Lalu kenapa sepertinya secara tidak langsung ia menyuruh agar Oki pergi. Sepenting apa hal ya

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 46

    Suara Di Bilik Iparku (46)**"Om, bapak mau ketemu. Nanti sore jam setengah lima di cafe Tulip, ya," ucapku pada Om David ketika kami bertemu di lift.Om David seketika sumringah, kedua matanya berkaca-kaca. Sepertinya dia sangat menantikan saat ini tiba. Yang kutahu, untuk melalui proses ini tidak lah mudah untuk keduanya.Ternyata, selama ini Om David sudah berulang kali mencari keberadaan bapak sampai ke kota lama kita tinggal. Tapi tak dia temui, karena memang delapan tahun yang lalu kami pindah tempat karena alasan yang tak kuketahui.Sedangkan bapak, aku yakin selama sepuluh tahun ini berusaha memendam dan mendamaikan hatinya dengan kecurangan yang telah sahabatnya lakukan. Aku tahu, ini bukan perkara mudah untuk memaafkan Om David dan bersikap seperti dulu lagi."Terimakasih, Nis. Om janji, setelah ini akan berubah dan akan menyerahkan hak kalian. Kamu tahu? Sepuluh tahun hidup dalam rasa bersalah itu sungguh tidak menggairahkan. Dan

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 47

    Suara Di Bilik Iparku (47)**Bara melirik ke arahku dengan senyuman aneh. Padahal jelas dia tahu bahwa saat ini aku dan Mas Akbar belum resmi bercerai, tapi kenapa bisa dia membawa semua anggota keluarganya ke rumahku? Dan juga, kenapa mereka semua seakan tunduk dengan Bara. Seharusnya mereka mencegah perbuatan buruk Bara, kan?"Bagaimana, Pak? Apa lamaranku di terima?" ucap Bara memecah keheningan.Aku dan ibu saling berpandangan, seakan sama-sama berharap bahwa bapak akan mengatakan tidak untuk lamaran kali ini. Aku tahu, ibu pun pasti juga enggan jika sampai aku terjerumus pada lembah yang sama.Terlebih aku tahu, bahwa sikap Bara tak jauh berbeda dari Mas Akbar. Bahkan cenderung lebih buruk dari kakaknya. Beberapa pekan kami rutin berhubungan, semakin aku tahu bahwa Bara adalah orang yang sangat tempramental. Dia tidak segan berbuat buruk pada orang yang telah menyakitinya."Em ... Maaf, bukan saya tidak ingin meneruskan tali silaturahm

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 48

    Suara Di Bilik Iparku (48)**Siang ini aku pergi kesebuah rumah sakit untuk memeriksakan kandunganku, tentunya Oki lah yang menemaniku karena kedua orang tuaku tengah sibuk dengan bisnisnya yang baru saja mereka kelola bersama Om David. Perutku semakin membuncit, gerakan-gerakan kecil juga sudah mulai terasa.Hatiku sangat bahagia, karena itu artinya bayiku berkembang dengan sangat baik di dalam sana. Setidaknya, meski telah bercerai aku harus tetap bahagia demi anak yang tengah kukandung, seperti yang Oki katakan."Em ... Kayaknya nanti aku nggak bisa anter pulang, deh."Oki membuyarkan lamunanku ketika kira-kira lima menit lagi kami akan sampai di rumah sakit. "Iya nggak apa-apa, memangnya ada apa?""Aku ... Aku mau jemput kedua orang tuaku," jawabnya singkat.Dahiku mengernyit, tak biasanya orang tuanya yang datang ke kota. Biasanya sebulan sekali Oki lah yang berkunjung ke rumah orang tuanya di desa. Wajar saja, Oki adalah seoran

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 49

    Suara Di Bilik Iparku (49)**Tubuhku masih membeku meski sopir taksi telah melajukan mobilnya. Oki baru saja berkata, bahwa dia mencintaiku, dan kedua orang tuanya akan datang ke kota demi ingin bertemu denganku.Lucu bukan? Seakan hidup ini mempermainkanku dengan sangat manisnya.Aku tidak berharap lebih mengenai apa yang dikatakan oleh Oki, hanya saja semua itu terdengar sangat serius. Tidak seperti Bara yang juga sempat mengutarakan perasaannya padaku, meski pada akhirnya aku tahu bahwa semua itu hanya sebuah kebohongan semata.Bara tak lebih ingin menjadikanku sebagai alat untuk balas dendam pada Mas Akbar dan Hanum. Bahkan saat dia sudah berhasil membuat mereka kecelakaan dan pada akhirnya Hanum lumpuh saja belum cukup baginya.Aku tak tahu, kenapa bisa orang di luar sana bisa memendam dendam sedalam ini pada orang yang telah menyakitinya. Bahkan aku sendiri pun tak akan tega jika berbalik menyakiti sedalam itu.Bagiku, ka

Latest chapter

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 28

    Aku dan Kekasih SuamikuPart 28Satu tahun kemudian ...."Sarapannya sudah siap, Mas," ucapku pada Mas Chandra ketika aku baru saja menyiapkan dua lembar roti tawar dengan selai kacang di atasnya, juga susu hangat di samping piringnya."Iya, sebentar," jawabnya dari kamar.Aku tersenyum tipis, lalu melanjutkan menyiapkan sayuran yang hendak kumasak untuk makan siang. Namun, sebelum itu aku mengelus lembut perutku yang mulai menyembul.Ya, tepat bulan ini usia kandunganku sudah memasuki bulan ke tujuh, rencananya sepulang dari kantor Mas Chandra akan mengantarkanku pergi ke dokter untuk kontrol bulanan.Tak berselang lama, Mas Chandra menghampiriku dengan melingkarkan tangannya di perut buncitku. Dia menciumi pipiku brutal hingga aku meletakkan pisau yang kugunakan untuk mengupas bawang."Ini masih pagi, Mas," ledekku, membuatnya terkekeh kecil lalu melepaskanku."Kamu cantik banget hari ini," ujarnya.Aku mendengus, lalu mundur darinya. "Jadi aku cantiknya hari ini saja?"Dia tak han

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 27

    Aku dan Kekasih Suamiku (27)“Kamu sudah tahu kalau Lusi kecelakaan?” tanya ibu ketika aku baru saja pulang bekerja.Aku memicingkan mata, “dari mana Ibu tahu?”Wanita yang telah melahirkanku itu tersenyum, lalu berjalan mendekat ke arahku. “Apa kamu pikir gara-gara Ibu tidak perna bertanya padamu mengenai masalahmu lantas Ibu tidak tahu?”Sampai ibu berkata demikian pun aku masih belum paham mengenai apa yang beliau maksud. Memang selama ini aku sangat jarang sekali menceritakan masalah pribadiku pada ibu maupun bapak karena aku takut jika apa yang kuceritakan akan menganggu pikirannya.“Bu ….”“Sayang … selama ini Ibu dan Bapak hanya diam, tapi diamnya kami bukan karena tidak perduli melainkan kami memilih mengawasimu seperti sebelumnya,” kata ibu lagi memotong pembicaraanku.“Selama ini Ibu pun kesana kemari mencari informasi tentangmu dan semua yang berhubungan denganmu. Semua itu kulakukan karena semata-mata kami tidak ingin ada yang menyakiti hatimu, Nak.”Kedua mataku berkaca-k

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 26

    Aku dan Kekasih Suamiku (26).Untuk beberapa saat kedua orang yang baru saja kubongkar rahasianya itu terdiam, terlebih dihadapan Lusi. Mana mungkin mereka akan mengakui kebobrokan masalalunya di hadapan anaknya?"Pa, Ma. Kenapa diam? Katakan apa yang sebenarnya terjadi."Aku tersenyum kecut, melihat orang yang hendak menghancurkan rumah tanggaku nyatanya justru akan hancur dengan sendirinya. Mungkin ini yang dinamakan 'karma'."Pak Akbar, Bu Hanum. Kenapa? Lebih baik jujur, bukan?""Lancang kamu!" bentak perempuan yang duduk di atas kursi roda itu.Bukan aku ingin menjadi wanita yang jahat, hanya saja mereka sudah lebih dulu menjahatiku. Mungkin dulu ibuku diam, dan menerima semuanya. Namun, aku tak terima. Mereka harus mendapatkan sanki atas apa yang sudah dilakukannya.Kulihat Pak Akbar menarik rambutnya kasar, lalu menatapku dan Lusi secara bergantian. Bisa kulihat jelas bahwa dia tengah tertekan dengan keadaan saat ini.

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 25

    Aku dan Kekasih Suamiku (25).“Dari mana kamu yakin bahwa orang tuaku lah yang telah membuat hidup mamamu menjadi seperti ini? Dan juga, bagaimana kamu bisa yakin bahwa orang tuaku pula telah merebut semua milik mamamu?” tanyaku ketika telah duduk berhadapan dengan Lusi di meja nomor 8.Dia tampak santai, raut tenang tergambar jelas di wajahnya. Semua ini terlihat berbanding terbalik dengan apa yang biasa dia tunjukkan padaku. Jika biasanya dia selalu saja terlihat menjengkelkan tapi kali ini dia terlihat jauh lebih tenang.“Kamu tau hanya dari ucapan mamamu, kan?”“Mana mungkin aku bisa mempercayai orang lain, sedang aku yakin Mama tidak akan pernah berbohong kepadaku,” tandasnya begitu percaya dengan mamanya.Memang, kuakui bahwa di dunia ini tidak ada orang yang patut kita percayai selain perempuan yang telah melahirkan kita. Namun, bukankah seharusnya kitak boleh menelan kebenaran itu secara mentah-me

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 24

    Aku dan Kekasih Suamiku (24).Aku masih tertegun setelah mendengar penuturan Mas Chandra mengenai alasannya mengenai foto itu. Rasanya kini untuk percaya dengannya terlihat sangat lah sulit, karena aku pernah dikecewakan olehnya."Hanan, kamu percaya, kan?" ucapnya lagi ketika aku masih terdiam.Jika dilihat dari gerak-gerik dan mimik wajahnya, dia terlihat seperti benar-benar tidak berbohong. Namun, bukankah tidak seharusnya aku percaya begitu saja dengannya?"Terserah, sekarang kamu kamu percaya atau tidak denganmu. Namun, yang pasti aku telah mengatakan semua kejujuran ini padamu."Hatiku bimbang, sejujurnya aku sangat ingin percaya padanya. Aku juga tidak ingin rumah tanggaku hancur hanya karena wanita seperti Lusi."Baik, aku percaya. Tapi jangan memaksaku untuk bersikap baik seperti dulu lagi," tuturku setelah beberapa saat memikirkan mengenai hal ini.Mas Chandra tersenyum, sepertinya dia memang menunggu jawaban ini dar

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 23

    Aku dan Kekasih Suamiku (23).Pak Akbar masih menatapku heran, ketika dengan sengaja aku mengatakan tentang hubungan saudara antara diriku dan juga Lusi. Hatiku sudah terlanjur panas, terlebih setelah aku mengetahui semua kebenaran yang terjadi antara mama, papa dan juga Pak Akbar."Apa maksud kamu?"Aku memutar bola mata malas, lalu berdiri dan berjalan sedikit menjauh darinya. Bagaimana bisa, aku berbaik hati pada orang yang telah berbuat buruk pada mamaku. Bahkan dia juga tidak berniat mengakuiku sebagai anaknya."Tentunya Anda ingat bukan dengan Anisa dan Oki Wijaya? Sudah lah, aku lelah dengan sandiwara ini, Pak. Lebih baik, jika Anda dan istri Anda masih memiliki dendam pada kedua orang tuaku, jangan bawa-bawa aku dan Mas Chandra. Setidaknya aku hanya ingin rumah tanggaku ini baik-baik saja. Terlepas bahwa ternyata Anda adalah ayah kandungku, itu sudah bukan menjadi prioritasku lagi karena bagiku ayahku cuma satu, yaitu Papa Oki Wijaya."

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 22

    Aku dan Kekasih Suamiku (22)."Jadi, kamu menuduh kami telah mencelakakan mamanya Lusi?" sahut papa ketika aku berbicara demikian."Oh ... Bukan begitu, bukan ....""Lalu? Dengan nada bicaramu seperti itu tandanya kamu menuduh kami melakukan hal itu, Nan. Papa kecewa, bisa-bisanya kamu bersikap seperti itu," tandas papa dengan raut wajah kecewa.Aku menunduk dalam, seharusnya aku memang tidak berkata seperti itu karena mungkin hal itu akan menyakiti hati kedua orang tuaku. Namun, aku hanya ingin mencari kebenaran atas apa yang telah menimpaku ini. Apa aku salah?Mama hanya diam, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. Membenarkan pertanyaanku, atau justru sama kecewanya dengan papa?Kedua bahu papa naik turun, menandakan bahwa dia terlihat sedang menahan amarah."Ma, Pa. Bukan begitu maksudku, hanya saja aku benar-benar sedang ingin mencari kebenaran. Hidupku sudah terlalu penat dengan semua masalah ini. Bukankah lebih

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 21

    Aku dan Kekasih Suamiku (21)**Siang ini aku berencana untuk menyegarkan pikiranku dengan berjalan-jalan di Mall besar kota. Setelah tragedi Mas Chandra kemarin, dia belum berani pulang ke rumah. Entah, dia pergi kemana setelah aku mengusirnya.Tidak ada sesuatu yang penting, aku hanya ingin menyegarkan pikiranku sejenak dengan berjalan-jalan dan menikmati hari. Usai kunjunganku ke rumah kakek, aku juga belum bertemu dengan Pak Akbar yang ternyata adalah ... Ayahku.Ah, memuakkan sekali. Ternyata, selama ini aku telah mengenal pria yang dulu telah mengkhianati mama sedalam itu. Bahkan mungkin bisa saja mama depresi karena ulah pria itu.Dan sekarang, anak perempuannya pun juga ingin merusak rumah tanggaku. Bukan kah hal itu adalah suatu kebetulan yang sangat mengejutkan. Atau ... Sebenarnya ini bukan kebetulan? Melainkan direncanakan. Entahlah.Kedua mataku tertuju pada sebuah toko baju yang sering kukunjungi. Jika biasanya aku akan datang

  • Suara Di Bilik Iparku   Bab 20

    Aku dan Kekasih Suamiku (20)."Sudah berapa lama kamu kenal orang ini?" tanya kakek tanpa menjawab pertanyaanku.Aku menghela nafas panjang, sepertinya orang yang aku tanyakan ini memang benar ayahku."Kek, tolong. Apa benar, orang ini ayahku?" ucapku sekali lagi.Kakek menatap Bibi Wulan seperti meminta persetujuan, lalu berbalik menatapku setelah Bibi Wulan menganggukkan kepalanya. Jantungku berdetak dua kali lipat dari sebelumnya, menunggu saat kakek akan menjawab pertanyaanku."Iya. Itu memang ayahmu," jawab kakek membuat duniaku seketika berhenti berputar.Aku terpaku, semua ini benar-benar membuatku sangat terkejut. Bagaimana bisa semua ini terjadi? Benar hanya kebetulan, atau memang sudah di rencanakan?"Selama ini kami benar-benar kehilangan kontak dengannya karena kami memang tidak ingin mengenalnya lagi. Sikap dan perbuatannya dulu sangat membuat kami terutama Kakekmu ini sakit hati, hingga akhirnya aku memutuskan un

DMCA.com Protection Status