Share

Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya
Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya
Penulis: OptimisNa_12

500 Juta

Penulis: OptimisNa_12
last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-28 22:05:14

Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya 

Part 1 500 Juta

“Ini, Ma.” Aku meletakkan sebuah tas diatas meja.

Sebuah tas berisikan uang tunai sebesar 500 juta sebagai syarat jika mas Umair  ingin menikahiku.

Ya, dua hari yang lalu, keluarga mas Umair yang juga ayahnya adalah sahabat sejak kecil ayahku datang melamarku. Mereka jauh-jauh datang dari desa membawa beberapa barang yang mungkin jika ku totalkan semua tak lebih dari dua juta.

Namun, sikap bu Ros –ibu sambungku- menolak mentah-mentah kedatangan keluarga mas Umair. Katanya karena semua ini mendadak. Juga barang yang dibawa sangatlah sederhana, tak sebanding dengan diriku yang seharusnya bisa mendapatkan lebih.

Tapi aku yakin ini hanya alasannya saja agar bisa mendapatkan uang banyak secara cuma-cuma. Seperti yang ia lakukan sebelumnya pada pak Marwan. Seorang duda beranak satu, yang usianya lebih dari mama. Ia pemilik mini market di komplek depan tempatku tinggal.

Sebelum ayah meninggal, ia sempat melamarku tapi ayah menolaknya dengan alasan bahwa aku sudah dijodohkan. 

Nah, sepekan setelah ayah meninggal ia datang lagi untuk melamarku. Tapi mama menolaknya karena tidak ada uang 500 juta. Memang dasarnya mama sambungku itu mata duitan. Entah bagaimana sepuluh tahun lalu ayah bisa menikah dengannya.

“Berikan kami 500 juta sebagai syarat  jika kamu benar-benar ingin menikahi anakku,” kata bu Ros kala itu.

“500 juta?” tanya bu Nila. Ibu mas Umair yang tampak kebingungan.

“Ya, itu syarat dari saya sebagai orang tuanya yang udah ngerawat dia sejak kecil, " ujar mamaku lagi. 

Aku sendiri tercengan mendengarnya. Bagaimana tidak, aku saja yang baru melihat mas Umair sekali itu saja diam dan menerimanya. Karena ini adalah wasiat dari ayah sebelum beliau meninggal.

“Tapi, Ma .... ‘

“Ssst ... Gak ada tapi-tapian, Saudah.” Mama memotong ucapanku.

Aku hanya bisa terdiam kala itu. Apalagi ada mbak Sinta –kakak sambungku- yang terus saja mengiyakan dengan semangat akan perihal 500 juta tersebut.

Sejak kehadirannya, mbak Sinta bagaikan Ratu di rumahku sendiri, dan aku bagaikan babu yang disuruh bantu-bantu mengurus pekerjaan rumah bersama bi Iyem. Asisten rumah tangga kami. 

Sikap mama memang sudah terlihat berbeda sejak awal ia menikah dengan ayah. Ia selalu saja membanding-bandingkan aku dengan kedua anaknya. Sinta dan Santi. 

Mbak Sinta sudah menikah. Suaminya manajer di sebuah perusahaan. Ia selalu membangga-banggakan jabatan suaminya. Bahkan sifat angkuhnya itu semakin menjadi-jadi setelah tahu bahwa aku akan dijodohkan dengan lelaki yang berasal dari desa. 

Yang dimana menurut mereka, orang desa itu kumuh, kotor, tak berpendidikan, dan pasti miskin. Sepertinya mereka lupa, kalau ayahku dulu terlahir dari desa juga. Pinda ke kota hanya karena menikah dengan mama kandungku. 

Sementara Santi, ia masih duduk di bangku kuliah semester akhir. Biaya kuliahnya pun banyak dari hasil keringatku yang ikut mengelola butik perlengkapan muslim / muslimah peninggalan ayah dan mama kandungku. 

Bukanya tak berani melawan, tapi ayah selalu mengajarkanku tentang menghormati mama sambungku itu. Apalagi bu Ros sudah merawatku sejak meninggalnya mama kandungku sepuluh tahun yang lalu karena kecelakaan. Meski merawatnya yaa ... begitulah.  

Jika dikiaskan, aku bagaikan bawang putih, dan dua saudara tiriku adalah bawang merah. 

Dilain sisi aku tahu ayah begitu mencintai istri keduanya itu, yang tak lain juga teman mamaku sendiri. Saking cintanya, ayah pernah mengancam dirinya sendiri untuk bun*h dir* jika bu Ros benar-benar meninggalkannya.

Itulah alasannya aku tetap bertahan demi ayah. Lagipula, diusiaku yang masih kecil kala itu, aku bisa apa? 

“Orang desa dapet duit 500 juta cepet banget, ya. Ngepet pasti. Hahaha!”  ucap mas Bima suami mbak Sinta.

“Hus! Kamu kalau ngomong suka bener deh Mas. Hahaha!” kali ini mbak Sinta ikut tertawa.

“Iya, ya. ‘Kan baru kemarin lusa lho kalian datang kemari, kok sekarang udah bawa aja uang 500 jutanya? Ini halal ‘kan?” ujar mama seakan mengiyakan ucapan anak dan menantunya itu.

“Halal Bu, dijamin, karena kami jual sawah milik kami,” jelas pak Santoso ayah mas Umair.

Aku sedikit terkejut mendengarnya. Sebegitu pentingkah diriku hingga mereka rela menjual sawah mereka hanya untuk pernikahan ini? Padahal aku dan mas Umair sendiri baru kedua kali ini bertemu. 

"Bagus! Kalau gitu cepet nikahin Saudah. Tapi ingat, nikahnya juga harus mewah, " kata mama membuatku menelan salivaku sendiri. Malu. 

"Bisa nikahnya sederhana saja? Apa uang 500 juta itu kurang? " tanya mas Umair. 

"Yah, ment*l misk*n! " umpat mbak Sinta seraya membuang muka. 

Terlihat dari raut wajah mas Umair dan kedua orang tuanya menahan amarah. Aku sendiri tak bisa berkata apa-apa. Karena otakku sendiri rasanya sudah lelah memikirkan cara untuk membalas perbuatan mereka selama ini, sekaligus untuk mengusir mereka dari kehidupanku. 

Maklumlah, mereka ramai-ramai, aku sendiri. 

"Keluarga mas Umair udah jual sawahnya, Ma. Aku gak enak jadinya. Nikah sederhana juga gak pa-pa," kataku. 

"GAK! 500 juta ini syarat dari mama, jadi buat mama. Urusan pernikahan beda lagi! " sahut mama tak terima. 

"Baik. Kami akan turuti permintaan Anda, " balas pak Santoso. 

"Bagus! " ketus mama. 

Aku tahu mereka dekat dengan ayah, tapi mengikuti semua keinginan mama sambungku, apa tujuan mereka sebenarnya? Apa mungkin mereka berniat untuk merebut harta milik ayah? Sama seperti niat bus*k bu Ros dan anak-anaknya yang baru ku ketahui beberapa hari setelah meninggalnya ayahku. 

Tidak!! Siapapun tidak akan ku biarkan merebut harta peninggalan ayahku. 

Meskipun harta peninggalan ayah tak seberapa, hanya rumah ini, satu mobil atas nama ayah, dan sejumlah tabungan di bank juga butik. Tapi itu semua adalah hakku sebagai ahli warisnya yang sah. Bukan orang lain! 

***

Acara pernikahanku pun di gelar. Di gedung mewah di daerah kota tempatku tinggal. Semua biaya ditanggung pihak keluarga mas Umair. Termasuk katering dan undangan. 

Aku sendiri merasa heran, kenapa mas Umair memenuhi permintaan mama tiriku. Padahal jelas-jelas permintaan mama hanya untuk ajang pamer pada teman-temannya. 

Perasaanku jadi tak enak, takut jika mas Umair berhutang pada bank untuk biaya pernikahan ini. Kalau benar begitu, ujung-ujungnya aku disuruh untuk membayar angsurannya. 'Kan nyebelin! 

"Gak penting duitnya darimana, yang jelas kamu lihat ini, wah banget. Temen-temen mama aja pada kagum, " kata mama ditengah-tengah acara yang telah berlalu. 

Aku menghela nafas kasar. Untuk saat ini ku laksanakan wasiat ayah terlebih dahulu. Menikah dengan orang pilihan ayah. Meskipun orang desa, penampilan sederhana, kalaupun hatinya bus*k seperti mama tiriku juga anak-anaknya, akan ku singkirkan dia. 

"Rosdianaaaaaa!!!"

Mendengar suara memanggil nama mama saat tengah acara, seketika semua tamu undangan menutupi kedua telinganya. Bagaimana tidak, seseorang itu memanggil menggunakan pengeras suara. Para tamu undangan pun menoleh kearah sumber suara. Pak Marwan ternyata. 

"Kamu bilang Suadah mau dinikahin sama saya?!  Tapi ternyata malah kamu sandingin sama laki-laki ndeso kayak dia! " protes pak Marwan ketika di hadapan mama. 

"Jaga mulutmu ya! " Mama menunjuk kearah wajah pak Marwan yang penuh emosi. "Menantuku bukan laki-laki ndeso seperti katamu! Lihat acara ini, mewah! "

Aku tahu, emosi yang mama tunjukkan hanya untuk menutupi kebenaran yang diucapkan pak Marwan. 

"Kalau gitu bayar hutangmu sekarang juga! " pak Marwan menadahkan telapak tangannya kearah mama. Mama sendiri tampak kikuk menghadapinya. 

"Hu-hutang apa maksudmu? " balas mama gugup. Wanita paruh baya itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. 

"Halah! Gak usah sok lupa! Atau ku beberkan saja di sini? " Pak Marwan semakin tak sabar. Emosinya sudah memuncak. 

Sementara situasi acara kini berubah. Terlihat para tamu undangan yang kebanyakan dari teman-teman mama, tetangga kompleks pun saling berbisik. 

"Duh, jeng Ros punya utang gak dibayar. Malu-maluin, " ucap seseorang yang tak jauh dariku dengan pelan, namun aku dapat mendengarnya.

"Iya. Sombong, sih dia, " sahut yang lainnya. 

Tiba-tiba, tanpa di duga mas Umair menghampiri pak Marwan dan mama. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hay Wan
thor lu ngambil referensi dari kisah cinderella yah?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Pernikahan

    Part 2 PernikahanTiba-tiba, tanpa di duga mas Umair menghampiri pak Marwan dan mama.Lelaki desa yang kini sudah menyandang status suamiku ini, memang sekilas penampilannya tak terlihat seperti orang desa. Perawakannya gagah, tampan dan mempesona. Tapi ya itu, sekali orang desa ya tetap orang desa."Ganteng ya, beruntung banget, deh Saudah, " ujar Sofia teman satu kompleks ku ketika ia pertama kali melihat mas Umair."Iya, ganteng, tapi kalo miskin bisa apa? " sahut Rani, teman kompleks ku juga.Rani itu berbeda dengan Sofia. Rani selalu mengukur laki-laki dari isi dompetnya. Mungkin turunan dari mamanya yang juga satu genk dengan mama tiriku itu."Hutang berapa mama Ros pada Anda? " tanya mas Umair, membuat kami semua yang ada terkejut. Apa dia punya uang?"Lima juta! " tegas pak Marwan menunjukkan lima jari tangannya ke wajah mas Umair."Anda bisa temui saya selesai acara. Saya

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Surat-surat Berharga

    Part 3 Surat-surat Berharga"Ikut, Mas." Mas Umair menggandeng tanganku. Mengajakku keluar kamar dan menemui mama yang sedang bersantai di depan televisi."Ma, boleh aku minta waktunya ?" tanya mas Umair pada mama yang tak mengalihkan pandangannya pada televisi."Apa?" jawabnya ketus."Sebenarnya aku dapat bonus voucher makan malam di restoran Bintang dari pihak WO tadi, Mama mau? Karena aku gak terbiasa makan di restoran seperti itu," ujar suamiku yang membuat mama sedetik kemudian menoleh karahnya."Restoran Bintang?" sahut Santi, anak bungsu di rumah ini. Tepatnya adik tiriku. "Itu 'kan restoran mahal Ma," katanya lagi."Jangan bercanda kamu," ucap mama seraya memindah chanel televisi."Enggak, Ma.""Untuk berapa orang?" tanya mbak Sinta."Sekeluarga Mbak. Kalau mama mau, nanti mas Umair konfirmasi lagi kedatangannya, tapi mas Umair dan aku gak ikut. Mas Umair gak mau bikin malu karena belum pernah makan di rest

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Pulang ke Desa

    Part 4 Pulang ke DesaHari ini hari terakhir aku di rumah ini. Urusan surat-surat sertifikat sudah ku serahkan pada notaris untuk mengganti semua aset milik ayah dan ibuku atas namaku.Dan untuk bagian mama, akan ku serahkan nanti jika semua sertifikat itu sudah selesai ditangani."Sudah semua, Mas? " tanyaku pada mas Umair saat kami tengah mempersiapkan barang bawaan untuk ke desa."Sudah. "Tiga buah koper besar berisikan barang dan pakaianku juga punya mas Umair siap dibawa."Kamu yang betah disana, sereot apapun gubuknya itu juga gubuk suamimu, " kata mama ketika kami hendak berpamitan.Lagi, aku dibuatnya terdiam. Aku tahu maksud mama hanya ingin menghina mas Umair. Karena dimatanya, mas Umair yang notabene orang desa pasti rumahnya lebih kecil dari rumah ini."Iya, Ma. Sepekan sekali insyaaAllah kami akan usahakan untuk pulang ke sini. Ngecek keuangan butik, " kataku usai mencium punggung tan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Orang Masa Lalu Suamiku

    Part 5 Wanita Masa Lalu SuamikuRasanya hatiku benar-benar teriris-iris. Baru saja aku mulai mencintai dan menerimanya, tapi apa nyatanya yang ku dapat? Mas Umair dan keluarganya seakan mempermainkanku. Mempermainkan pernikahan ini dan juga wasiat dari ayahku."Lupakan! " ucapku lalu berlari sekuat tenaga meninggalkan mereka."Hahahaha!! " jelas ku dengar Riska tertawa sangat lantang saat kepergianku.Aku terus berlari tanpa mengerti tujuanku kemana. Entahlah, tak terasa bahkan air mataku jatuh membasahi pipi ini.Sesekali ku tengok ke belakang, mas Umair pun tak terlihat batang hidungnya untuk mengejarku. Benar-benar dia ya!Ku hentikan langkahku saat aku sampai di hamparan persawahan yang cukup luas. Pemandangan yang menyejukkan mata, dengan gunung yang jauh disana sebagai pelengkapnya. Hatiku rasanya mulai tenang kembali.Mas Umair benar-benar sudah keterlaluan. Ternyata pernikahan ini hany

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-28
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kehadiran Mama

    Part 6 Kehadiran Mama"Cukup Rima! Jika kamu tidak ingin berurusan dengan polisi lebih baik kamu tinggalkan tempat ini! " usirku pada Rima yang membuatnya menatapku dengan tajam. Ternyata punya cukup keberanian juga dia. Tak ingin kalah, ku balas tatapannya dengan kedua tangan yang berkacak pinggang. Takkan ku biarkan siapa pun mengacaukan acaraku ini. Apalagi Rima, wanita yang hanya masa lalu suamiku. "Kamu pikir aku takut? " tentangnya semakin menjadi-jadi. Bahkan kini suasana semakin tegang karena perseteruan kami. "Sudah Dek, biarkan saja, " kata mas Umair mencoba menghentikanku. "Tolong bawa istrimu pergi, " titah suamiku pada suami Rima. Masih bisa setenang itu? Haduh. Tanpa berpikir panjang, suami Rima berusaha menarik tangan istrinya meskipun Rima sendiri terus saja berontak. "Dasar wanita gil*!" umpatku yang seketika membuat mas Umair melirik kearahku. "Hus! " katanya pelan. Ah, suamiku ini terlalu baik. Dengan usaha yang keras, akhirnya suami Rima berhasil membawa Rima

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-15
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ancaman

    #SKDYPart 7 Ancaman"Mama mau apa kesini?" tanyaku langsung agar kami tak lama-lama menjadi pusat perhatian. Selain itu, aku juga penasaran apa tujuan mama datang kemari? Jika hanya sekedar memintaku mengurus surat-surat yang hilang, ku rasa itu hanya dalihnya saja.Netra mama melihat ke sekeliling. Sementara itu abi dan umi -panggilan untuk pak Santoso dan bu Nila selaku mertuaku- meninggalkan posisi duduknya."Maaf, kami tinggal sebentar karena ada tamu dari jauh yang baru datang, " kata ibu mertuaku sebelum beliau beranjak dari duduknya."Iya, " balas singkat mama yang tak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.Abi dan umi berjalan kearah sepasang suami istri yang baru saja datang. Entah siapa itu. Yang jelas mereka terlihat sangat akrab.Umi bersalaman dilanjutkan bercipika cipiki dengan wanita tersebut, lalu memeluknya sejenak. Begitu dengan abi yang tak kalah hangat menyambut pria paruh baya tersebut."Siapa Mas? " ta

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-15
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Bingkisan

    Kalau bukan karena status mama Ros sebagai istri ayahku, sudah rasanya ingin ku buang jauh ke lautan mereka. "Ini Mas, disuruh umi, " kata Riska salah satu kerabat suamiku. Ia datang seraya meletakkan beberapa bingkisan diatas meja. Lalu dengan gegas ia pergi. Suasana sedikit cair setelah cukup lama menegang diantara aku dan keluargaku sendiri. "Bu Ros, tolong diterima ya, " kata umi yang tiba-tiba muncul bersama abi. "Isinya jauh lebih banyak dari yang tadi dimakan, " katanya lagi. Aku pun menyadari bahwa ternyata beberapa paper bag itu berisikan makanan yang dihidangkan saat acara hari ini. Aku benar-benar tak menyangka dengan sikap kedua mertuaku ini. Mereka masih saja mau bersikap baik dengan memberikan 'oleh-oleh' pada keluargaku. Padahal sejak tadi keluargaku benar-benar tak menunjukkan sikap ramahnya sama sekali. Ah, beruntungnya aku bisa menjadi menantunya."Terima kasih! " balas mama ketus tanpa tersenyum

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Sebuah Mobil Mewah

    "Jangan nuduh sembarang ya. Aku tuh gak kenal sama dia!" sanggahku. Sekuat tenaga ku tahan agar tak mengeluarkan taring untuk mbak Sinta. Tapi rasanya sungguh berat. Dengan setiap ucapannya yang kasar dan menghina suamiku, sekarang ditambah dia menuduhku yang tidak-tidak. Arrgh, kalau bukan diacara khidmat seperti ini pasti sudah ku habisi dia. Mbak Sinta sendiri terlihat biasa saja setelah melayangkan tuduhan tak berdasar itu kepadaku. Bahkan ia dengan percaya dirinya masih saja memasang wajah tembok seperti mamanya. Mama dan anak-anaknya pun melanjutkan langkahnya untuk pergi tanpa berkata apa pun. Saat melewati orang-orang disekitar yang masih ada, mereka pun tetap tak menyapa atau tersenyum hanya untuk berbasa-basi. Ya Allah ... Memalukan. "Mas Umaaaiiir!! "Teriak seseorang dengan cukup keras memanggil mas Umair sesaat setelah keluargaku pergi. "Ada apa Pak? " tanya mas Umair pada seseorang yang memanggilkannya. Pak Wir

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-24

Bab terbaru

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Tamat

    #SKDYpart 120 TamatPetang sudah menjelang, matahari hampir turun ke peraduan dan Mas Umair baru saja sampai ke rumah dengan Mas Bima yang seraya pulang bersama Mbak Sinta. Setelah selesai sholat maghrib, mendadak pintu rumah kami diketuk dan seseorang yang datang, mengejutkan aku serta Mas Umair seketika.Romi … Benar, lelaki yang sempat menyatakan perasaannya lewat suamiku itu kembali muncul. Ku pikir setelah kepergiannya dari bumi perkemahan waktu itu ia sudah menghilang bersama istrinya. Sebab, semenjak itu pula lah mas Umair mengaku tidak pernah lagi berkomunikasi. Padahal hubungan kami terbilang baik-baik saja. “Assalamuallaikum … Umair?” Romi mengulas sebuah senyuman di hadapan suamiku.“Waalaikum salam. Oh kamu, Romi? Ayo masuk – masuk! Silahkan masuk,” kata suamiku yang justru terlihat lebih tenang dan santai.“Tidak usah, aku duduk di teras saja.” Romi menolak dan langsung berbalik mencari kursi di teras rumah kami yang langsung menghadap ke pekarangan yang lumayan luas.

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Siapa yang Datang?

    #SKDYPart 119 Siapa yang datang? Keluar dari kamar, kami berdua sudah saling bergandengan tangan. Atau lebih tepatnya, Mbak Sinta yang terus menggandeng tanganku tanpa berniat melepaskannya begitu saja. Meski masih ada jejak air mata di kedua pipi Mbak Sinta. Bisa ku lihat dengan jelas sebuah senyum merekah di bibir kecilnya. Senyuman yang hampir tak pernah ku lihat bahkan semenjak kami bersama dulu. Mas Bima terlihat ikut senang dengan perdamaian antara kami berdua. Begitu pun dengan Mas Umair yang ikut tersenyum dan memperlihatkan ekspresi bangga dengan kebesaran hati yang kuberikan pada Mbak Sinta. Sementara Abi hanya mengucapkan kata ‘Alhamdulillah’ secara lirih dan pergi begitu saja keluar rumah diikuti oleh Umi. Entah kenapa mereka melakukannya setelah sempat menyampaikan keinginan mereka agar kami saling memaafkan. Tapi aku enggan memikirkannya untuk saat ini.“Karena semua sudah membaik, bagaimana kalau kalian juga ikut hadir dalam acara aqiqah putri kami hari ini?” Mas Uma

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Memaafkan?

    #SKDYPart 119 Memaafkan? Mungkin karena melihat Mbak Sinta yang tak kunjung mendapatkan maaf dari kami, membuat Mas Bima yang sejak tadi hanya diam dan menundukkan kepala. Kemudian ikut berlutut di hadapan Abi dan Umi. Kini pria berusia hampir 40 tahun tersebut menunjukkan ekspresi kesedihan yang begitu dalam dan membuat Abi yang awalnya membuang muka, kini mulai menatap wajah Mas Bima.“Abi … Bima sadar, sebagai suami … Bima sudah gagal mendidik istri Bima selama ini, hingga membuat Sinta mampu melakukan hal yang tidak seharusnya.” Mas Bima terlihat menangis sejurus kemudian, mengejutkan kami semua termasuk aku.“Sepertinya, mereka benar – benar sudah menyesal, Dek.” Mas Umair membisiki telingaku.Aku kembali mengernyitkan kening dan melihat ke arah suamiku ini. Kebiasaan mas Umair yang bisa semudah ini untuk memaafkan mbak Sinta dan mas Bima. Setelah semua yang mereka lakukan pada kami?Seolah mengerti dengan jalan pikiranku, Mas Umair kembali berbisik.“Coba kamu tarik nafas dala

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kemunculan Mbak Sinta

    #SKDYPart 118 Kemunculan Mbak SintaRahma membuntutiku dari belakang dan beberapa kali mengintip. Sementara aku merasakan jantungku berdegup cukup kuat dan kencang. Perasaan penasaran dan takut kalau kejadian buruk yang lalu terulang kembali, kini mulai merasuk ke dalam benak dan pikiranku. Aku takut, kalau Mbak Sinta datang untuk kembali membuat ulah seperti dulu.Menghancurkan kebahagiaan yang sedang ku rasakan bersama keluargaku baru – baru ini. Kalau sampai itu terjadi, rasanya aku pasti akan sangat gila dan siap mengamuk di depan perempuan itu. Sumpah serapah juga sudah siap ku lontarkan dari mulutku ini, jika dia menyerukan kata – kata pahitnya lagi. Tak akan ada rasa peduli lagi dengan sikap apa yang akan diperingatkan oleh mas Umair terhadapku. Tak akan ku biarkan acara untuk kebahagiaan putriku dihancurkan oleh kakak tiriku itu. Memang setelah menghilangnya mbak Sinta dulu aku sudah memaafkan semua kesalahannya. Namun, entah bagaimana perasaan takut dan was-was jika mbak Si

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Beberapa Bulan Berlalu

    #SKDYPart 117 Beberapa Bulan BerlaluHari pun menjelang siang. Aku dan mas Umair bergegas membereskan semua perlengkapan camping kami. Ya, suamiku itu memutuskan untuk segera pulang. Sebab, bukan hanya Shaka yang menjadi alasan kami tetapi juga paper bag pemberian Romi tadi dimana mas Umair sendiri juga mengungkapkan rasa penasarannya. "Ha ha ha! Penasaran juga 'kan kamu!" batinku sambil melihat mas Umair. Sesampainya di rumah, entah mengapa tiba-tiba aku juga ikut tak sabar untuk melihat isi paperbag pemberian Romi tadi. Begitu juga dengan mas Umair. Suamiku itu bahkan hanya meletakkan barang-barang kami begitu saja di dekat meja. "Alhamdulillah .... " Serentak aku dan mas Umair berucap ketika mengetahui apa yang ada di dalam paperbag tersebut. Benar, di dalam paperbag tersebut berisikan sebuah hexa frame yang berukuran mini yang mana terdapat lampu yang bisa meneranginya jika ditekan pada tombol di salah satu sudutnya. Terlihat sederhana memang tetapi aku tahu maksud dari hexa

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kehadiran Romi

    #SKDYPart 116 Kehadiran Romi"Mas jangan kayak ginilah. Hanya gara-gara Romi biar terlihat baik-baik aja di hari pernikahannya malah membuat Mas gak bertindak apa-apa. Dia itu kayak Rima lho, Mas. Tolong, jangan diam aja kalau sudah menyangkut rumah tangga kita," tuturku panjang lebar. Berusaha meyakinkan mas Umair agar tidak berserah diri dengan keadaan. "Kamu yang tenang, Dik. Mas ada alasan lain kenapa Mas ambil keputusan ini," kata mas Umair yang membuatku menautkan kedua alisku. Alasan lain? Alasan apalagi ini? "Maksud, Mas?" tanyaku kebingungan. Bukannya menjawab pertanyaanku mas Umair malah melihat kearah jam tangan yang melingkar dj lengan kirinya. "Sudah malam rupanya. Ayo tidur!" kata mas Umair setelah mengetahui waktu yang menunjukkan hampir tengah malam. "Tapi Mas—" dengan cepat mas Umair meletakkan kedua tangannya di sisi bahuku sambil berkata," tidur dulu ya, biar tendanya gak sia-sia." Mas Umair tersenyum lalu masuk ke dalam tenda. Mendengar mas Umair berkata dem

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ancaman

    #SKDYPart 115 AncamanNamun, karena mas Umair menyebut nama Shaka, hal itu membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan ia katakan sehingga tak ingin anaknya itu tahu.Pikiranku pun tanpa dipaksa mendadak ikut menebak-nebak tentang apa yang akan disampaikan oleh suamiku itu. Jika tentang pekerjaannya rasanya tak mungkin. Jika tentang rasa cintanya terhadapku, bukankah barusan ia mengungkapkannya? Ah, benar-benar aku tak bisa mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi pada diri mas Umair. "Mas mau ngomong apa?" tanyaku. "Kamu kenal Romi?" mas Umair menoleh kearahku sebentar. "Romi?" gumamku lalu mengingat-ingat kembali siapa yang dimaksud mas Umair. Beberapa detik kemudian aku pun tersadar dan teringat dengan sosok Romi yang dimaksudkan oleh suamiku itu. Ya, Romi adalah temanku di masa sekolah. Waktu itu memang kami terbilang dekat, namun bukan berarti kami ada hubungan spesial. Kami hanya teman biasa. Kami pun sudah lama tak berkomunikasi. Lebih tepatnya semenjak Romi memutusk

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Sikap Berbeda dari Mas Umair

    #SKDYPart 114 Sikap Berbeda dari Mas Umair"Emangnya Mas mau ngomongin apa?" perlahan dengan suara pelan aku menoleh kearah suamiku itu. Mas Umair membalas tolehanku. Ia tersenyum kecil sembari berkata," nanti kamu juga tau."Belum sempat aku membalas perkataannya mas Umair sudah melangkahkan kakinya menuju mobil. Mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan camping hari ini. Sedangkan aku masih terdiam di tempat dan mencoba mencerna apa saja yang dikatakan mas Umair sebelumnya. ***Sembari menikmati suasana malam yang teramat dingin aku dan mas Umair menyantap makanan yang kami beli di warung makan yang memang berada di sini. "Mas mau ngomong apa?" tanyaku sembari menyiapkan peralatan makan yang sudah kami bawa dari rumah. "Makan dulu, ya," kata mas Umair menoleh kearahku lalu kembali memandangi bintang-bintang di atas sana. "Selalu begitu," gerutuku. Meski agak kesal karena masih dibuat penasaran, tetapi mau bagaimana lagi? Sebab memang begitulah tabiat suamiku itu. Awalnya a

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ke Suatu Tempat

    #SKDYPart 113 Ke Suatu TempatNamun, sedetik setelah menutup pintu kamar tidur langkahku langsung terhenti. Aku terdiam tepat di depan pintu dan menyadari sesuatu hal yang membuatku beristighfar sembari mengusap wajahku dengan kedua telapak tanganku. "Astaghfirullah," ucapku kesal pada diriku sendiri. Dengan langkah malas sembari menahan malu akhirnya aku berbalik badan kembali ke kamar. Sebab, ternyata tanpa ku sadari kalau sebetulnya waktu sudahlah gelap. Bahkan saat sudah membuka pintu kamar netraku langsung tertuju pada jam dinding yang berada di ruang kamar tidur. Memastikan apakah kegelapan yang ku lihat benar adanya. Dan ternyata memang begitu keadaannya. "Tau 'kan jam berapa?" tanya mas Umair yang melihatku kembali masuk ke dalam kamar. "Iya, Mas, maaf," kataku sembari menghampiri suamiku. Sekarang aku sadar mengapa mas Umair menyuruhku melepas gamis yang ia berikan tadi. Karena memang waktu yang sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam tentu diwaktu seperti ini ka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status