Share

Pernikahan

Author: OptimisNa_12
last update Last Updated: 2022-03-28 22:06:00

Part 2 Pernikahan 

Tiba-tiba, tanpa di duga mas Umair menghampiri pak Marwan dan mama. 

Lelaki desa yang kini sudah menyandang status suamiku ini, memang sekilas penampilannya tak terlihat seperti orang desa. Perawakannya gagah, tampan dan mempesona. Tapi ya itu, sekali orang desa ya tetap orang desa. 

"Ganteng ya, beruntung banget, deh Saudah, " ujar Sofia teman satu kompleks ku ketika ia pertama kali melihat mas Umair. 

"Iya, ganteng, tapi kalo miskin bisa apa? " sahut Rani, teman kompleks ku juga. 

Rani itu berbeda dengan Sofia. Rani selalu mengukur laki-laki dari isi dompetnya. Mungkin turunan dari mamanya yang juga satu genk dengan mama tiriku itu. 

"Hutang berapa mama Ros pada Anda? " tanya mas Umair, membuat kami semua yang ada terkejut. Apa dia punya uang? 

"Lima juta! " tegas pak Marwan menunjukkan lima jari tangannya ke wajah mas Umair. 

"Anda bisa temui saya selesai acara. Saya janji. "

"Baik. Permisi! " pak Marwan berlalu meninggalkan tempat. 

Braakk!!

Tiba-tiba pak Marwan menyenggol vas bunga besar di dekat pintu masuk. Pecah seketika. Suasana yang tadinya mau lega, tidak jadi. 

***

"Ini uangnya, silakan dihitung. " Mas Umair menyerahkan segepok uang berwarna merah pada pak Marwan. 

Pak Marwan menghitung lembaran demi lembaran uang tersebut. "Ini lebih dari lima juta, " katanya. 

"Oh, itu tambahan saja. Terima kasih sudah membantu mama mertua saya. "

"Sama-sama. Saya permisi. " Pak Marwan berlalu. 

Aku yang berdiri tak jauh dari mas Umair merasa heran. Darimana dia mendapatkan uang sebanyak itu. Mengingat biaya pernikahan yang habis lebih dari 100 juta. 

Padahal yang aku tahu dari ayah dulu, pekerjaan keluarga mas Umair hanya bergelut di bidang persawahan. Ya, pasti petani. Apalagi coba? 

"Mas, kamu dapat uang darimana? " Akhirnya pertanyaan ini keluar juga setelah lamanya aku menahan sejak acara tadi. 

"Ada sisa uang dari biaya pernikahan," balasnya membuatku terdiam. Apa dia bilang? Sisa? 

"Kamu jual sawah lagi? " tanyaku lagi karena masih penasaran. 

Tetiba mama dan mbak Sinta menghampiri kami.  Sebenarnya mereka ada sejak kedatangan pak Marwan tadi, tapi mereka memilih menjauh. 

"Jangan harap aku mau berterima kasih ya! " ketus mama, membuatku geleng-geleng kepala.

"Ya ngapain makasih Ma, Mama 'kan gak minta dibayarin! " sahut mbak Sinta. 

Mas Umair sama sekali tak terpancing dengan ucapan kasar dari mama atau pun dari mbak Sinta. Ia tetap tenang, bahkan masih bisa tersenyum ramah. 

Sementara aku saja rasanya ingin sekali meremas-remas mulut mereka. Ibu sama anak sama saja! Lihat saja nanti, akan ku beri kalian pelajaran atas perbuatan buruk kalian terhadapku selama bertahun-tahun. 

"Setelah ini pasti kelabakan bayar angsuran bank ya 'kan? Hahaha!" ujar mas Bima tiba-tiba diserati tawa terbahak-bahak. 

"Kamu pinjam bank 'kan? Mana mungkin petani sepertimu punya uang banyak, " cerca mas Bima. 

"Itu sisa uang jual sawah kemarin Mas, jadi kami gak akan ada yang namanya kelabakan bayar angsuran, " jelas mas Umair tenang. 

Aku tersenyum melihat mas Umair membalas sikap dari keluargaku. Tak ada tanda-tanda ia terpancing emosi bahkan masih bisa tenang dan rendah hati. 

Mungkinkah ia adalah malaikat dan bukan penjahat? 

Aku menghela nafas. Lalu apa yang akan terjadi dengan kehidupanku selanjutnya? Disisi lain, aku ingin menyelamatkan semua aset peninggalan kedua orang tuaku, tetapi besuk lusa mas Umair mengajakku pulang ke desanya menyusul kedua orang tuanya yang sudah pulang setelah acara pernikahan tadi. 

***

"Waalaikumussalam Warrohmatulloh." Mas Umair menutup teleponnya. 

Ku hampiri ia. "Telepon dari siapa? Kok seperti pakai bahasa arab?" tanyaku penasaran. Karena sejak awal mas Umair menerima telepon tadi, ia terlihat asyik dengan obrolan dari seseorang yang di seberang sana. Yah, meskipun aku tak tahu artinya, karena mereka memakai bahasa asing. 

"Teman," balasnya singkat.

"Halah, sok bergaya kamu pakai-pakai bahasa asing segala. Aslinya pasti kamu ngarang 'kan?" celetuk mbak Sinta yang tiba-tiba muncul.

"Bahasa asing yang berlaku itu bahasa inggris, bukan bahasa arab. Jadi apa yang mau dibanggain?" katanya lagi.

"Loh, bahasa arab itu juga bagus Mbak. Kita ibadah haji itu ke Mekkah yang dimana mereka pakai bahasa arab," sanggahku.

"Sinta, udah, gak usah diladeni. Bagaimana pun menantu kebanggaan mama tetep Bima. Pekerjaan mapan, keluarga jelas, berpendidikan, dan pastinya bisa bahasa inggris, lancar lagi," ucap mama yang tiba-tiba berdiri di belakang mbak Sinta.

"Loh, Ma ...," terpaksa aku memotong ucapanku karena tanganku ditahan oleh mas Uamir.

"Nggak usah protes. Kenyataannya memang seperti itu. Suamimu itu sama 'ndeso'nya seperti ayahmu dulu," kata mama lagi.

"Cukup Ma!" sergahku. "Seharusnya Mama malu. Hutang pada pak Marwan saja suamiku yang membayarkan. Pesta pernikahan mewah dan syarat 500 juta juga mas Umair kasih. Kalau memang mama gak suka ada kami. Aku pergi!" Kataku berjalan melewati mereka seraya menggandeng tangan mas Umair.

Ya. Usai acara pernikahan tadi siang, mas Umair menjelaskan semuanya padaku. Termasuk alasannya menerima tawaran ayah untuk menikahiku. Dia adalah malaikat, dan bukan penjahat.

Sekilas ku lihat mama dan mbak Sinta seperti kesal seperti biasanya saat aku membantah perkataan mereka. Namun ku rasa kali ini mereka pasti senang dengan perkataanku barusan jika aku benar-benar pergi.

Karena itu artinya, mereka akan sangat mudah menguasa semua aset yang ditinggalkan ayah. Secara surat-surat berharga yang berkaitan masih disimpan di brangkas milik ayah, dimana beliau letakkan di kamarnya bersama mama.

Apalagi setelah meninggalnya ayah, mama semakin ketat menjaga kamarnya. Sampai-sampai hanya untuk ke dapur saja ia kunci rapat. Huh.

Hanya bi Iyem yang diperbolehkan masuk ketika ingin membersihkannya atau sekedar mengambil pakaian kotor. Itu pun dengan pengawasan mama.

Meskipun aku tahu kata sandinya, tapi tak mudah bagiku untuk masuk dan mengambilnya begitu saja. Apalagi sejak kecil, mama memang melarangku masuk ke kamarnya tanpa izin. Tidak sopan katanya. Dan ayah pun membenarkannya kala itu.

"Dek, kendalikan emosimu," kata mas Umair sesampainya kami di kamar.

"Mas, sejak awal mereka gak pernah ngehargain kamu. Aku juga sudah berusaha diam dan menahan, tapi kali ini enggak!" balasku. 

"Kalau kamu mau pergi, gimana dengan surat-suratnya? Bukankah itu tujuanmu bertahan di sini?" 

Aku diam sejenak. Memikirkan perkataan mas Umair. Benar. Itu tujuanku. Bahkan lebih dari itu. Dan itu pun belum tertuntaskan.

"Malam ini, kita harus bisa ambil surat-suratnya. Besuk kita segera urus ke notaris," kata mas Umair lagi. Ia menghampiriku yang sejak tadi berdiri tak jauh darinya.

"Tapi gimana caranya ?" tanyaku melihat kearahnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Atiman Burhan
ini pakai koin lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Surat-surat Berharga

    Part 3 Surat-surat Berharga"Ikut, Mas." Mas Umair menggandeng tanganku. Mengajakku keluar kamar dan menemui mama yang sedang bersantai di depan televisi."Ma, boleh aku minta waktunya ?" tanya mas Umair pada mama yang tak mengalihkan pandangannya pada televisi."Apa?" jawabnya ketus."Sebenarnya aku dapat bonus voucher makan malam di restoran Bintang dari pihak WO tadi, Mama mau? Karena aku gak terbiasa makan di restoran seperti itu," ujar suamiku yang membuat mama sedetik kemudian menoleh karahnya."Restoran Bintang?" sahut Santi, anak bungsu di rumah ini. Tepatnya adik tiriku. "Itu 'kan restoran mahal Ma," katanya lagi."Jangan bercanda kamu," ucap mama seraya memindah chanel televisi."Enggak, Ma.""Untuk berapa orang?" tanya mbak Sinta."Sekeluarga Mbak. Kalau mama mau, nanti mas Umair konfirmasi lagi kedatangannya, tapi mas Umair dan aku gak ikut. Mas Umair gak mau bikin malu karena belum pernah makan di rest

    Last Updated : 2022-03-28
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Pulang ke Desa

    Part 4 Pulang ke DesaHari ini hari terakhir aku di rumah ini. Urusan surat-surat sertifikat sudah ku serahkan pada notaris untuk mengganti semua aset milik ayah dan ibuku atas namaku.Dan untuk bagian mama, akan ku serahkan nanti jika semua sertifikat itu sudah selesai ditangani."Sudah semua, Mas? " tanyaku pada mas Umair saat kami tengah mempersiapkan barang bawaan untuk ke desa."Sudah. "Tiga buah koper besar berisikan barang dan pakaianku juga punya mas Umair siap dibawa."Kamu yang betah disana, sereot apapun gubuknya itu juga gubuk suamimu, " kata mama ketika kami hendak berpamitan.Lagi, aku dibuatnya terdiam. Aku tahu maksud mama hanya ingin menghina mas Umair. Karena dimatanya, mas Umair yang notabene orang desa pasti rumahnya lebih kecil dari rumah ini."Iya, Ma. Sepekan sekali insyaaAllah kami akan usahakan untuk pulang ke sini. Ngecek keuangan butik, " kataku usai mencium punggung tan

    Last Updated : 2022-03-28
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Orang Masa Lalu Suamiku

    Part 5 Wanita Masa Lalu SuamikuRasanya hatiku benar-benar teriris-iris. Baru saja aku mulai mencintai dan menerimanya, tapi apa nyatanya yang ku dapat? Mas Umair dan keluarganya seakan mempermainkanku. Mempermainkan pernikahan ini dan juga wasiat dari ayahku."Lupakan! " ucapku lalu berlari sekuat tenaga meninggalkan mereka."Hahahaha!! " jelas ku dengar Riska tertawa sangat lantang saat kepergianku.Aku terus berlari tanpa mengerti tujuanku kemana. Entahlah, tak terasa bahkan air mataku jatuh membasahi pipi ini.Sesekali ku tengok ke belakang, mas Umair pun tak terlihat batang hidungnya untuk mengejarku. Benar-benar dia ya!Ku hentikan langkahku saat aku sampai di hamparan persawahan yang cukup luas. Pemandangan yang menyejukkan mata, dengan gunung yang jauh disana sebagai pelengkapnya. Hatiku rasanya mulai tenang kembali.Mas Umair benar-benar sudah keterlaluan. Ternyata pernikahan ini hany

    Last Updated : 2022-03-28
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kehadiran Mama

    Part 6 Kehadiran Mama"Cukup Rima! Jika kamu tidak ingin berurusan dengan polisi lebih baik kamu tinggalkan tempat ini! " usirku pada Rima yang membuatnya menatapku dengan tajam. Ternyata punya cukup keberanian juga dia. Tak ingin kalah, ku balas tatapannya dengan kedua tangan yang berkacak pinggang. Takkan ku biarkan siapa pun mengacaukan acaraku ini. Apalagi Rima, wanita yang hanya masa lalu suamiku. "Kamu pikir aku takut? " tentangnya semakin menjadi-jadi. Bahkan kini suasana semakin tegang karena perseteruan kami. "Sudah Dek, biarkan saja, " kata mas Umair mencoba menghentikanku. "Tolong bawa istrimu pergi, " titah suamiku pada suami Rima. Masih bisa setenang itu? Haduh. Tanpa berpikir panjang, suami Rima berusaha menarik tangan istrinya meskipun Rima sendiri terus saja berontak. "Dasar wanita gil*!" umpatku yang seketika membuat mas Umair melirik kearahku. "Hus! " katanya pelan. Ah, suamiku ini terlalu baik. Dengan usaha yang keras, akhirnya suami Rima berhasil membawa Rima

    Last Updated : 2022-04-15
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ancaman

    #SKDYPart 7 Ancaman"Mama mau apa kesini?" tanyaku langsung agar kami tak lama-lama menjadi pusat perhatian. Selain itu, aku juga penasaran apa tujuan mama datang kemari? Jika hanya sekedar memintaku mengurus surat-surat yang hilang, ku rasa itu hanya dalihnya saja.Netra mama melihat ke sekeliling. Sementara itu abi dan umi -panggilan untuk pak Santoso dan bu Nila selaku mertuaku- meninggalkan posisi duduknya."Maaf, kami tinggal sebentar karena ada tamu dari jauh yang baru datang, " kata ibu mertuaku sebelum beliau beranjak dari duduknya."Iya, " balas singkat mama yang tak mengalihkan pandangannya dari ponselnya.Abi dan umi berjalan kearah sepasang suami istri yang baru saja datang. Entah siapa itu. Yang jelas mereka terlihat sangat akrab.Umi bersalaman dilanjutkan bercipika cipiki dengan wanita tersebut, lalu memeluknya sejenak. Begitu dengan abi yang tak kalah hangat menyambut pria paruh baya tersebut."Siapa Mas? " ta

    Last Updated : 2022-04-15
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Bingkisan

    Kalau bukan karena status mama Ros sebagai istri ayahku, sudah rasanya ingin ku buang jauh ke lautan mereka. "Ini Mas, disuruh umi, " kata Riska salah satu kerabat suamiku. Ia datang seraya meletakkan beberapa bingkisan diatas meja. Lalu dengan gegas ia pergi. Suasana sedikit cair setelah cukup lama menegang diantara aku dan keluargaku sendiri. "Bu Ros, tolong diterima ya, " kata umi yang tiba-tiba muncul bersama abi. "Isinya jauh lebih banyak dari yang tadi dimakan, " katanya lagi. Aku pun menyadari bahwa ternyata beberapa paper bag itu berisikan makanan yang dihidangkan saat acara hari ini. Aku benar-benar tak menyangka dengan sikap kedua mertuaku ini. Mereka masih saja mau bersikap baik dengan memberikan 'oleh-oleh' pada keluargaku. Padahal sejak tadi keluargaku benar-benar tak menunjukkan sikap ramahnya sama sekali. Ah, beruntungnya aku bisa menjadi menantunya."Terima kasih! " balas mama ketus tanpa tersenyum

    Last Updated : 2022-04-24
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Sebuah Mobil Mewah

    "Jangan nuduh sembarang ya. Aku tuh gak kenal sama dia!" sanggahku. Sekuat tenaga ku tahan agar tak mengeluarkan taring untuk mbak Sinta. Tapi rasanya sungguh berat. Dengan setiap ucapannya yang kasar dan menghina suamiku, sekarang ditambah dia menuduhku yang tidak-tidak. Arrgh, kalau bukan diacara khidmat seperti ini pasti sudah ku habisi dia. Mbak Sinta sendiri terlihat biasa saja setelah melayangkan tuduhan tak berdasar itu kepadaku. Bahkan ia dengan percaya dirinya masih saja memasang wajah tembok seperti mamanya. Mama dan anak-anaknya pun melanjutkan langkahnya untuk pergi tanpa berkata apa pun. Saat melewati orang-orang disekitar yang masih ada, mereka pun tetap tak menyapa atau tersenyum hanya untuk berbasa-basi. Ya Allah ... Memalukan. "Mas Umaaaiiir!! "Teriak seseorang dengan cukup keras memanggil mas Umair sesaat setelah keluargaku pergi. "Ada apa Pak? " tanya mas Umair pada seseorang yang memanggilkannya. Pak Wir

    Last Updated : 2022-04-24
  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Naik Truk?

    Waktu masih menunjukkan pukul 5 pagi, tapi mas Umair sudah sibuk dengan persiapannya hari ini. "Memangnya kita mau kemana Mas? " tanyaku ketika suamiku itu baru saja keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamar tidur kami.Ya, meskipun rumah ini bertempat di desa tapi keadaan di dalamnya tak kalah bagus dengan keadaan rumah-rumah yang kebanyakan di kota. Tepatnya di kompleks tempatku tinggal. Dari tempat kamar mandi yang berada di dalam kamar, ruang makan yang terpisah dengan dapur, bahkan ruang keluarga yang menurutku lumayan luas. Tak hanya itu, rumah mertuaku ini memiliki teras belakang yang cukup nyaman untuk bersantai. Dan sebenarnya ku akui, rumah milik keluarga mas Umair ini jauh lebih luas dengan rumah di kompleks tempatku tinggal. "Bertemu pak Chandra. Buruan mandi, perjalanan kita 'kan jauh. " Mas Umair berjalan kearah lemari kayu jati di sudut ruangan. Lemari yang super besar yang katanya baru ia beli k

    Last Updated : 2022-04-25

Latest chapter

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Tamat

    #SKDYpart 120 TamatPetang sudah menjelang, matahari hampir turun ke peraduan dan Mas Umair baru saja sampai ke rumah dengan Mas Bima yang seraya pulang bersama Mbak Sinta. Setelah selesai sholat maghrib, mendadak pintu rumah kami diketuk dan seseorang yang datang, mengejutkan aku serta Mas Umair seketika.Romi … Benar, lelaki yang sempat menyatakan perasaannya lewat suamiku itu kembali muncul. Ku pikir setelah kepergiannya dari bumi perkemahan waktu itu ia sudah menghilang bersama istrinya. Sebab, semenjak itu pula lah mas Umair mengaku tidak pernah lagi berkomunikasi. Padahal hubungan kami terbilang baik-baik saja. “Assalamuallaikum … Umair?” Romi mengulas sebuah senyuman di hadapan suamiku.“Waalaikum salam. Oh kamu, Romi? Ayo masuk – masuk! Silahkan masuk,” kata suamiku yang justru terlihat lebih tenang dan santai.“Tidak usah, aku duduk di teras saja.” Romi menolak dan langsung berbalik mencari kursi di teras rumah kami yang langsung menghadap ke pekarangan yang lumayan luas.

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Siapa yang Datang?

    #SKDYPart 119 Siapa yang datang? Keluar dari kamar, kami berdua sudah saling bergandengan tangan. Atau lebih tepatnya, Mbak Sinta yang terus menggandeng tanganku tanpa berniat melepaskannya begitu saja. Meski masih ada jejak air mata di kedua pipi Mbak Sinta. Bisa ku lihat dengan jelas sebuah senyum merekah di bibir kecilnya. Senyuman yang hampir tak pernah ku lihat bahkan semenjak kami bersama dulu. Mas Bima terlihat ikut senang dengan perdamaian antara kami berdua. Begitu pun dengan Mas Umair yang ikut tersenyum dan memperlihatkan ekspresi bangga dengan kebesaran hati yang kuberikan pada Mbak Sinta. Sementara Abi hanya mengucapkan kata ‘Alhamdulillah’ secara lirih dan pergi begitu saja keluar rumah diikuti oleh Umi. Entah kenapa mereka melakukannya setelah sempat menyampaikan keinginan mereka agar kami saling memaafkan. Tapi aku enggan memikirkannya untuk saat ini.“Karena semua sudah membaik, bagaimana kalau kalian juga ikut hadir dalam acara aqiqah putri kami hari ini?” Mas Uma

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Memaafkan?

    #SKDYPart 119 Memaafkan? Mungkin karena melihat Mbak Sinta yang tak kunjung mendapatkan maaf dari kami, membuat Mas Bima yang sejak tadi hanya diam dan menundukkan kepala. Kemudian ikut berlutut di hadapan Abi dan Umi. Kini pria berusia hampir 40 tahun tersebut menunjukkan ekspresi kesedihan yang begitu dalam dan membuat Abi yang awalnya membuang muka, kini mulai menatap wajah Mas Bima.“Abi … Bima sadar, sebagai suami … Bima sudah gagal mendidik istri Bima selama ini, hingga membuat Sinta mampu melakukan hal yang tidak seharusnya.” Mas Bima terlihat menangis sejurus kemudian, mengejutkan kami semua termasuk aku.“Sepertinya, mereka benar – benar sudah menyesal, Dek.” Mas Umair membisiki telingaku.Aku kembali mengernyitkan kening dan melihat ke arah suamiku ini. Kebiasaan mas Umair yang bisa semudah ini untuk memaafkan mbak Sinta dan mas Bima. Setelah semua yang mereka lakukan pada kami?Seolah mengerti dengan jalan pikiranku, Mas Umair kembali berbisik.“Coba kamu tarik nafas dala

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kemunculan Mbak Sinta

    #SKDYPart 118 Kemunculan Mbak SintaRahma membuntutiku dari belakang dan beberapa kali mengintip. Sementara aku merasakan jantungku berdegup cukup kuat dan kencang. Perasaan penasaran dan takut kalau kejadian buruk yang lalu terulang kembali, kini mulai merasuk ke dalam benak dan pikiranku. Aku takut, kalau Mbak Sinta datang untuk kembali membuat ulah seperti dulu.Menghancurkan kebahagiaan yang sedang ku rasakan bersama keluargaku baru – baru ini. Kalau sampai itu terjadi, rasanya aku pasti akan sangat gila dan siap mengamuk di depan perempuan itu. Sumpah serapah juga sudah siap ku lontarkan dari mulutku ini, jika dia menyerukan kata – kata pahitnya lagi. Tak akan ada rasa peduli lagi dengan sikap apa yang akan diperingatkan oleh mas Umair terhadapku. Tak akan ku biarkan acara untuk kebahagiaan putriku dihancurkan oleh kakak tiriku itu. Memang setelah menghilangnya mbak Sinta dulu aku sudah memaafkan semua kesalahannya. Namun, entah bagaimana perasaan takut dan was-was jika mbak Si

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Beberapa Bulan Berlalu

    #SKDYPart 117 Beberapa Bulan BerlaluHari pun menjelang siang. Aku dan mas Umair bergegas membereskan semua perlengkapan camping kami. Ya, suamiku itu memutuskan untuk segera pulang. Sebab, bukan hanya Shaka yang menjadi alasan kami tetapi juga paper bag pemberian Romi tadi dimana mas Umair sendiri juga mengungkapkan rasa penasarannya. "Ha ha ha! Penasaran juga 'kan kamu!" batinku sambil melihat mas Umair. Sesampainya di rumah, entah mengapa tiba-tiba aku juga ikut tak sabar untuk melihat isi paperbag pemberian Romi tadi. Begitu juga dengan mas Umair. Suamiku itu bahkan hanya meletakkan barang-barang kami begitu saja di dekat meja. "Alhamdulillah .... " Serentak aku dan mas Umair berucap ketika mengetahui apa yang ada di dalam paperbag tersebut. Benar, di dalam paperbag tersebut berisikan sebuah hexa frame yang berukuran mini yang mana terdapat lampu yang bisa meneranginya jika ditekan pada tombol di salah satu sudutnya. Terlihat sederhana memang tetapi aku tahu maksud dari hexa

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Kehadiran Romi

    #SKDYPart 116 Kehadiran Romi"Mas jangan kayak ginilah. Hanya gara-gara Romi biar terlihat baik-baik aja di hari pernikahannya malah membuat Mas gak bertindak apa-apa. Dia itu kayak Rima lho, Mas. Tolong, jangan diam aja kalau sudah menyangkut rumah tangga kita," tuturku panjang lebar. Berusaha meyakinkan mas Umair agar tidak berserah diri dengan keadaan. "Kamu yang tenang, Dik. Mas ada alasan lain kenapa Mas ambil keputusan ini," kata mas Umair yang membuatku menautkan kedua alisku. Alasan lain? Alasan apalagi ini? "Maksud, Mas?" tanyaku kebingungan. Bukannya menjawab pertanyaanku mas Umair malah melihat kearah jam tangan yang melingkar dj lengan kirinya. "Sudah malam rupanya. Ayo tidur!" kata mas Umair setelah mengetahui waktu yang menunjukkan hampir tengah malam. "Tapi Mas—" dengan cepat mas Umair meletakkan kedua tangannya di sisi bahuku sambil berkata," tidur dulu ya, biar tendanya gak sia-sia." Mas Umair tersenyum lalu masuk ke dalam tenda. Mendengar mas Umair berkata dem

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ancaman

    #SKDYPart 115 AncamanNamun, karena mas Umair menyebut nama Shaka, hal itu membuatku semakin penasaran dengan apa yang akan ia katakan sehingga tak ingin anaknya itu tahu.Pikiranku pun tanpa dipaksa mendadak ikut menebak-nebak tentang apa yang akan disampaikan oleh suamiku itu. Jika tentang pekerjaannya rasanya tak mungkin. Jika tentang rasa cintanya terhadapku, bukankah barusan ia mengungkapkannya? Ah, benar-benar aku tak bisa mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi pada diri mas Umair. "Mas mau ngomong apa?" tanyaku. "Kamu kenal Romi?" mas Umair menoleh kearahku sebentar. "Romi?" gumamku lalu mengingat-ingat kembali siapa yang dimaksud mas Umair. Beberapa detik kemudian aku pun tersadar dan teringat dengan sosok Romi yang dimaksudkan oleh suamiku itu. Ya, Romi adalah temanku di masa sekolah. Waktu itu memang kami terbilang dekat, namun bukan berarti kami ada hubungan spesial. Kami hanya teman biasa. Kami pun sudah lama tak berkomunikasi. Lebih tepatnya semenjak Romi memutusk

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Sikap Berbeda dari Mas Umair

    #SKDYPart 114 Sikap Berbeda dari Mas Umair"Emangnya Mas mau ngomongin apa?" perlahan dengan suara pelan aku menoleh kearah suamiku itu. Mas Umair membalas tolehanku. Ia tersenyum kecil sembari berkata," nanti kamu juga tau."Belum sempat aku membalas perkataannya mas Umair sudah melangkahkan kakinya menuju mobil. Mempersiapkan segala sesuatu untuk kegiatan camping hari ini. Sedangkan aku masih terdiam di tempat dan mencoba mencerna apa saja yang dikatakan mas Umair sebelumnya. ***Sembari menikmati suasana malam yang teramat dingin aku dan mas Umair menyantap makanan yang kami beli di warung makan yang memang berada di sini. "Mas mau ngomong apa?" tanyaku sembari menyiapkan peralatan makan yang sudah kami bawa dari rumah. "Makan dulu, ya," kata mas Umair menoleh kearahku lalu kembali memandangi bintang-bintang di atas sana. "Selalu begitu," gerutuku. Meski agak kesal karena masih dibuat penasaran, tetapi mau bagaimana lagi? Sebab memang begitulah tabiat suamiku itu. Awalnya a

  • Suamiku yang dari Desa Ternyata Kaya Raya    Ke Suatu Tempat

    #SKDYPart 113 Ke Suatu TempatNamun, sedetik setelah menutup pintu kamar tidur langkahku langsung terhenti. Aku terdiam tepat di depan pintu dan menyadari sesuatu hal yang membuatku beristighfar sembari mengusap wajahku dengan kedua telapak tanganku. "Astaghfirullah," ucapku kesal pada diriku sendiri. Dengan langkah malas sembari menahan malu akhirnya aku berbalik badan kembali ke kamar. Sebab, ternyata tanpa ku sadari kalau sebetulnya waktu sudahlah gelap. Bahkan saat sudah membuka pintu kamar netraku langsung tertuju pada jam dinding yang berada di ruang kamar tidur. Memastikan apakah kegelapan yang ku lihat benar adanya. Dan ternyata memang begitu keadaannya. "Tau 'kan jam berapa?" tanya mas Umair yang melihatku kembali masuk ke dalam kamar. "Iya, Mas, maaf," kataku sembari menghampiri suamiku. Sekarang aku sadar mengapa mas Umair menyuruhku melepas gamis yang ia berikan tadi. Karena memang waktu yang sudah menunjukkan hampir pukul sembilan malam tentu diwaktu seperti ini ka

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status