Aila merasa aneh sekali, dua hari ini Gavin tidak terlalu cerewet seperti biasanya. Adiknya itu menjadi lebih rajin, berangkat kerja dengan tepat waktu, tidak perlu sampai diteriaki seperti biasanya. Bahkan, Gavin tidak main lagi saat malam.Tapi, Aila pikir itu hal yang normal, karena Gavin lebih banyak menghabiskan waktu dengan Ricky. Aila masih ingat jika Gavin pernah meminta agar Ricky mengajarinya untuk mejadi kaya.Biasanya Gavin hanya bercanda jika berkata seperti itu, tapi mungkin dia sudah banyak berubah. Aila tidak mungkin mengharapkan adiknya akan terus-menerus manja dan bergantung padanya.Sampai hari ketiga, Aila baru tahu mengapa Gavin seperti itu. Aila tidak sengaja mengetahuinya saat Gavin mengajaknya pergi untuk makan malam diluar.Diluar maksudnya bukan restoran mewah, tapi di rumah makan Padang.Aila tidak menanyai Gavin sama sekali, bocah itu sendiri yang mengaku dengan suka rela."Kakak ingat waktu kita main setelah pulang dari cafe, kemudian Bella menginginkan bo
Oh gawat! Aila sangat penasaran dengan hubungan Rendi dengan ibunya Alex, bukan karena apa, Aila hanya merasa tidak tenang.Rendi itu mantan suami yang ingin kembali lagi padanya hanya karena sekarang dia jadi lebih cantik, langsing dan sudah bisa merawat diri. Sedangkan ibunya Alex mungkin saja akan menjadi mertuanya di masa depan.Jika mereka ada hubungan, bukankah itu sangat mencurigakan? Aila hanya ingin tahu, ada hubungan apa diantara keduanya."Kau sedang apa?"Aila menoleh, lalu tersenyum pada Alex. Pagi ini Alex datang, sekitar jam enam pagi. Dia bilang, dia sedang tidak ada jadwal apapun, jadi dia datang dan membawakan sandwich.Aila akhir-akhir ini sangat menyukai sandwich isi telur, jadi Alex membelikannya dari restoran yang memiliki sandwich paling enak. Tapi Alex hanya mengatakan jika dia membeli dari jalanan, agar Aila tidak cerewet dan mengomelinya lagi."Apa sandwich nya enak? Dari tadi kamu makan sambil ngelamun gitu." Tanya Alex."Hehe, aku hanya kepikiran sesuatu aj
Aila menoleh kesana-kemari, tapi tetap saja semua orang berpakaian bagus dan cukup formal. Aila pikir hanya dia saja yang berpakaian sederhana, bahkan Alex juga memakai setelan jas yang bagus.Aila berusaha untuk tetap tersenyum dan tenang seolah tidak terjadi apapun, meski dalam pikirannya sangat ribut.Pemilik acara, atau Victoria, terlihat selalu berada di samping Alex dan keduanya menjadi perhatian banyak orang."Oh, Vicky! Apakah dia ini kekasihmu? Dia sangat tampan!" Seorang wanita bule dengan rambut kecoklatan dan pirang sedang menanyai Vicky.Vicky hanya terkekeh, tidak menyangkal atau menerima, dan itu membuat kedua wanita bule itu semakin gencar menanyainya.Sedangkan Alex, dia sedang sibuk menawari Aila makanan yang disiapkan disana. Padahal Aila sudah menolak, karena suasana yang kurang menyenangkan, dia jadi tidak nafsu makan.Beberapa orang menatap padanya dan membuatnya tidak nyaman."Halo, apakah anda ingin melihat-lihat produk skincare kami? Saya bisa merekomendasikan
"Sebenarnya apa yang terjadi, Aila?" Tanya Alex setelah mereka berada di mobil.Awalnya Aila diam saja, dia malas untuk menjawab Alex, karena hatinya masih terasa dongkol dengan Vicky.Tapi akhirnya Aila memutuskan untuk mengatakannya pada Alex."Temanmu itu, Vicky... Dia menghinaku yang hanya mengenakan dress sederhana disana, dia bilang dia juga menyukaimu—""Itu tidak mungkin Aila, mungkin kamu hanya salah paham saja, Vicky itu adalah wanita yang baik, dia terkenal sebagai bidadari karena kebaikan hatinya, dia juga sering menolong orang lain."Aila menoleh pada Alex, bertanya-tanya kenapa Alex masih membelanya. Tapi jika dipikir-pikir lagi, Alex lebih dulu mengenal Vicky, dan Vicky bertingkah baik di depan orang lain. Mungkin Aila juga akan berpikir seperti itu jika Alex tiba-tiba berkata buruk tentang teman baiknya.Tapi... Aila masih sakit hati dengan Vicky, bahkan mengungkapkan jika Vicky telah menghinanya, itu butuh keberanian besar."Padahal kamu sudah menjadi kekasih Alex, ta
Sebenarnya Alex hanya pura-pura pergi, memarkirkan mobilnya di suatu tempat terpercaya, lalu mulai mengikuti Aila dalam diam.Saat Aila menghabiskan banyak waktu untuk memakan ice cream, Alex berada di toko lain untuk mengintainya.Alex sudah merasa menjadi stalker, tapi dia merasa bersyukur melakukannya, karena ternyata mantan suami Aila yang tidak tahu diri itu muncul dan ingin memaksa Aila lagi."Dengar ya Rendy, jika sekali lagi aku melihatmu hendak memaksa Aila lagi, aku tidak akan bisa bersabar seperti hari ini."Alex melepaskan cengkraman tangannya pada Rendy, membuat Rendy segera mengeluh kesakitan. Cengkraman tangan Alex sangat kuat.Kemudian Alex menarik lengan Aila, kali ini dengan lembut dan hati-hati seolah dia sedang memegang sesuatu yang mudah pecah.Dia terus menarik Aila hingga sampai tempat dimana dia memarkirkan mobilnya, yaitu Samudra Hotel. Salah atu Hotel terbesar di negara itu, yang memiliki fasilitas super mewah.Alex bisa memarkirkan mobilnya dengan mudah disa
Jam dua pagi Alex baru selesai dengan urusan di rumah sakit. Dia sangat lelah, tapi itu tidak penting. Yang penting baginya adalah, apakah Aila masih menunggu di kamar hotel? Atau dia sudah kesal dan pulang?Saat Alex ingin menghubungi Aila atau adiknya, Gavin, keduanya tidak ada yang mengangkat telepon.Karena itu Alex ingin segera pergi dari rumah sakit, namun pasien yang dia tangani bersama dokter senior tidak bisa diselamatkan. Tuhan berkehendak untuk mengambilnya kembali.Keluarga pasien sangat sedih, Alex khawatir jika dia langsung pulang, keluarga pasien akan semakin sedih dan menganggapnya tidak kompeten.Bagaimanapun, beberapa keluarga pasien menyalahkan dokter karena tidak bisa menangani pasien tersebut. Tapi dokter hanya bisa berusaha semaksimal mungkin.Pada akhirnya, Alex baru bisa pergi sekitar jam empat subuh. Dia buru-buru seperti orang gila, berjalan dengan cepat memasuki hotel.Dia menanyai pegawai, apakah orang yang berada di kamar yang dia pesan sudah pergi. Dan di
Saat Alex sudah bangun dari tidurnya, dia melihat Aila sedang bersiap-siap untuk pergi. Aila hanya berdandan seadanya dengan make up yang dia bawa di tasnya. Hanya cushion dan juga lip balm yang memiliki warna.Dia sangat sederhana, tapi juga sangat cantik. Alex tidak paham kenapa Aila bisa insecure dengan wajah cantik begitu.Alex diam-diam beranjak dari ranjang, mendekati Aila dan memeluknya dari belakang."Kamu mau kemana, sayang?" Tanya Alex, sambil menghirup aroma yang lembut dan manis dari rambut dan tubuh Aila."Aku akan bertemu dengan seseorang, maksudku ke klinik kecantikan, aku sangat ingin pergi kesana, apa kamu mau mengantarku?" Aila berbalik, dan menatap Alex dengan mata berbinar.Alex bisa melihat semangat di dalam kedua mata yang indah itu."Tentu saja aku mau mengantar, apa kau ingin melakukan perawatan?"Aila mengangguk, "iya! Dia bilang sedang ada promo, aku tidak sabar untuk mencobanya.""Aku akan membayarkan seluruh perawatan yang kau butuhkan—""Tapi Alex...""Tid
"Kak, udah pulang — astaga! Banyak banget bawaannya."Gavin yang menyambut Aila harus dikejutkan dengan belanjaan Aila yang sangat banyak."Hehe, Alex membelikannya semua ini!" Aila sangat senang saat menunjukkan semua belanjaan yang Alex belikan untuknya.Saat itu Aila baru saja kembali ke apartemen setelah kemarin menginap di hotel.Gavin sendiri baru saja kembali dari bekerja di cafe, jadi tentu saja itu sudah malam. Tapi Gavin belum makan malam, dia masih dengan sabar mendengarkan Aila yang menceritakan apa yang telah dia alami selama tidak bertemu Gavin."Jadi, dia mempermalukan mu, dan sekarang kamu ingin membuktikan jika kamu bisa make-up?" Tanya Gavin, dia agak bingung dengan cerita kakaknya.Jika dia dipermalukan, kenapa tidak langsung tonjok saja? Kenapa malah repot-repot membuktikan diri."Iya! Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh, bukan hanya make-up, aku juga akan belajar skincare, body care haircare... Kau tahu, aku tidak ingin mempermalukan Alex, dan aku sangat senan
Aila jarang sekali pergi berkemah, dulu pernah pergi dengan Gavin, hanya berdua saja, itupun hanya di belakang rumah nenek mereka.Sebenarnya dulu Aila iri melihat adiknya yang bisa bebas kemana saja, memiliki banyak teman. Jauh berbeda dengan Aila.Banyak juga gadis yang menyukai Gavin, itu juga membuat Aila iri. Dia hanya ingin tahu rasanya disukai oleh seseorang, sekali saja.Dan saat keinginan dia dikabulkan, malah ada dua orang yang mengaku jika menyukainya."Kak, kenapa diam aja disini?" Tanya Travis.Aila yang hanya duduk di depan kompor portabel sambil membuat s'more, menoleh pada Travis.Lelaki tampan yang memiliki mata tajam dan bibir mungil itu sedang berjongkok sambil menatap Aila.Bahkan saat Travis jongkok saja, Aila masih lebih mungil darinya. Aila bengong karena dia sedang berpikir 'mengapa anak-anak yang lebih muda darinya bertubuh besar-besar?'"Kak?" "Oh, aku lagi buat s'more, ini lho... Marshmallow yang dibakar, terus diapit diantara biskuit coklat, kamu coba deh
Aila membuka matanya perlahan. Matanya terasa berat, dan saat dia mencari cermin, dia melihat kedua matanya sudah membengkak, wajahnya pun sedikit membengkak.Menurut cara yang Aila tahu, dia hanya harus mengompresnya dengan air hangat atau kompres dingin. Aila memilih kompres dingin, baru kemudian menempelkan irisan mentimun pada matanya, sambil kembali rebahan di ranjang.Tanpa Aila sadari, dia kembali terlelap.Dalam tidurnya, teringat kembali kehidupan pernikahan yang menyakitkan bersama Rendy.Saat itu Aila masih gemuk, dia harus merasakan tatapan jijik dari suaminya. Setiap hari suaminya berkata padanya, "cewek gendut kayak kamu tuh, siapa sih yang mau nikahin kali bukan aku? Aku tuh kasihan sama kamu, harusnya kamu bersyukur punya suami kaya aku yang mau Nerima kamu apa adanya, iya kan? Coba sekarang sebutin, pernah pacaran nggak? Enggak kan? Hahaha, itu karena kamu udah kayak babi, kayak buldozer tahu nggak. Ya nggak aneh lah kalo aku nggak mau nyentuh kamu lagi, makanya diet
Alexa menepuk bahu kakaknya, Alex, lalu berbisik di telinganya, "kak, aku itu bukannya ingin mengejar Ricky, tapi aku ingin mengawasinya, karena aku tahu dia suatu saat akan berbuat yang lebih dari hari ini pada kak Aila."Alex hanya bergeming, dia tidak bisa mengatakan apapun untuk mengiyakan atau membantah adiknya, karena dia sendiri juga tidak tahu apakah adiknya berbohong atau tidak.Kemudian Alexa berdiri, mengambil sesuatu dari laci warna putih yang ada di meja, lalu memberikannya pada Alex."Lihat ini, aku menemukan foto-foto ini di kamar Ricky, dan itu hanya sebagian. Ricky memotret kak Aila diam-diam dan memandanginya tiap malam, aku melakukan ini semua untuk mu Alex... Aku tidak menyukai Ricky!"Alex memeriksa semua foto yang Alexa berikan padanya. Memang sebagian foto dipotret secara diam-diam, tapi sebagian lainnya pernah Alex lihat di ponsel Aila sendiri, entah itu diposting atau tidak."Tapi aku tahu kamu menyukai Ricky, Alexa... Kamu tidak perlu mengelak hal itu, karena
"Kak, kamu kenapa?"Gavin yang baru saja sampai di apartemen harus dikejutkan dengan Aila yang menangis di kamarnya tanpa suara, hanya terdengar suara ingus yang dibersihkan dengan tisu.Aila menoleh pada adiknya sebentar, lalu menggeleng pelan. Gavin menghela nafas berat. Aila memang sudah biasa memendam sendiri semua masalahnya, apa yang dia pikirkan, apa yang orang lain katakan padanya. Itu karena dari kecil, tidak ada yang mau mendengarkan ceritanya, bahkan saat ingin bercerita pada ibunya, yang ada Aila malah dibentak.Meski begitu, Aila selalu menjadi pendengar yang baik bagi adik-adiknya, Gavin juga sering bercerita pada Aila.Jadi, Gavin tidak mau membiarkan kakaknya seperti itu terus."Kak, ayo cerita... Jangan dipendam sendiri, nanti malah stress dan jadi jerawat, kulit jadi kusam, bukankah kakak bilang gitu kemarin?"Gavin duduk ditepi ranjang, tersenyum lembut pada kakak perempuannya.Aila beringsut mendekati Gavin, lalu memeluk adiknya erat, kemudian menangis lagi disana.
Ricky menghapus sedikit darah yang keluar dari sudut bibirnya, lalu dia menyeringai pada Alex."Ada apa bro? Aila ada disini, dia baik-baik saja, tidak perlu terburu-buru." Ucap Ricky santai.Dia sudah meminta Aila untuk sembunyi, karena awalnya Ricky mengira yang datang Alexa, karena jika Alexa yang datang, dia bisa mencelakai Aila."Tidak perlu pura-pura baik, aku sudah tahu tabiat burukmu, kau berpura-pura menjadi temanku tapi menusukku dari belakang!" Alex menunjukkan rekaman video yang Alexa kirimkan pada Ricky, membuat Ricky menaikkan satu alisnya."Ah, jadi dia menaruh kamera disana, aku akan membuangnya nanti. Katakan pada adikmu untuk tidak terobsesi denganku, aku hanya menyukai Aila—"Alex kembali berniat memukul Ricky, tapi Ricky dengan cepat menghindar dan menarik lengan Alex, menahannya dibalik punggung."Hei lepaskan aku!"Alex yang saat itu sedang kelelahan karena pekerjaannya, bisa kalah dengan Ricky dan dia merasa sangat kesal."Tidak, tunggu, kau harus menenangkan di
Saat itu Alex memiliki banyak pekerjaan, dia membantu dokter senior untuk menangani beberapa pasien. Dokter senior itu sangat menyukainya, jadi dia selalu meminta Alex untuk datang. Alex juga senang, dia jadi bisa banyak belajar dari dokter tersebut.Tapi akhir-akhir ini Alex diberi tugas lain, untuk membantu seorang dokter forensik yang sudah sangat terkenal, untuk menangani suatu kasus yang diduga rencana pembunuhan. Korbannya adalah selebriti, makanya tidak semudah itu.Maka dari itu, Alex jadi sangat sibuk. Padahal dia ingin sekali menemui Aila. Perasaannya tidak enak saat itu, ketika tiba-tiba ada Lexa, adiknya, menelfonnya.(Kak Alex!) Ucap Lexa dengan ceria setelah Alex akhirnya menerima panggilan tersebut."Iya, Lexa ada apa? Bagaimana dengan kerja pertamamu di cafenya Aila? Apa kamu sudah pulang?"Lexa bergumam kecil, (hmm, aku baru saja pulang dan aku ingin mengatakan sesuatu padamu, kamu mau mendengarkan ku kan, kak? Kita memang tidak seakrab itu, tapi aku tetap menyayangim
Saat itu, Aila merasa bingung, tidak berdaya. Apalagi Ricky mendekap tubuhnya dengan sangat erat.Aila tidak tahu apa yang terjadi, jadi dia ingin tahu. Dia berusaha memberontak dari rengkuhan Ricky, tapi dia sangat lemah.Sebenarnya, ciuman Ricky sangat lembut dan penuh perasaan, sampai Aila merasa dia sudah gila karena lama-kelamaan dia menikmatinya.Ciuman yang sangat terburu-buru itu, akhirnya selesai juga dengan tiba-tiba.Aila tidak sadar, tahu-tahu dia sudah duduk manis di sofa — tidak, diatas pangkuan Ricky.Sungguh, Ricky sangat tampan.Dengan wajah setampan itu, Aila merasa sayang sekali jika Ricky menyukainya.Karena..."Ricky, kamu tahu jika aku tidak bisa menerimamu, kan? Kenapa kamu memaksaku?""Kenapa kamu tidak berontak?""Bukankah kamu yang mendekapku dengan sangat kuat? Ku rasa kamu mencengkram pinggangku terlalu kuat tadi."Ricky terlihat khawatir, dia menurunkan Aila agar duduk sendiri, "serius? Maafkan aku Aila, aku tidak bermaksud. Seharusnya kamu hentikan aku tad
Aila merasa khawatir saat Ricky mengatakan ketidaksukaan dia secara terang-terangan pada Alexa, akan membuat Alexa kembali menyebalkan seperti dulu. Tapi ternyata Alexa hanya menanggapi ucapan Ricky seakan-akan Ricky tidak pernah mengucapkannya. Yah, tidak ada masalah dengan cafe. Alexa dapat berbaur dengan mudah, apalagi ada temannya, yaitu Travis. Gavin juga mulai bisa menerima Alexa, walaupun kadang kesal dengan Alexa, karena gadis itu tidak tahu banyak tentang dunia luar. Alexa bahkan tidak tahu caranya menyapu, jadi Gavin dan Travis seperti mengajari anak TK. Mereka bahkan berpikir anak TK bahkan lebih baik daripada Alexa. "Aku akan pergi sendiri naik taxi, aku baik-baik saja." Ucap Aila pada Gavin, saat dia akan pulang sendirian. Tidak ada Ricky yang biasanya mau mengantar Aila, karena Ricky tidak betah jika ada Alexa di sekitar sana. "Dia sudah besar, biarkan dia pulang sendiri," ucap Alexa, dia menyeret Gavin kembali ke cafe karena ada banyak kerjaan menumpuk. Aila berjal
"Tunggu dulu! Adiknya kak Alex? Gak mungkin lah kalo dia mau kerja di cafe, kan orang kaya raya!"Aila tersenyum tipis, "aku juga gak tahu, dia kemarin dateng kesini, mohon-mohon biar bisa kerja di cafe. Katanya dia mau cari pengalaman aja, gitu kok. Aku nggak tega sama di, jadi... Nanti tolong dibantu, ya? Pasti dia memiliki banyak kesulitan, karena dia udah kayak putri dari lahir."Gavin mengacak-acak rambutnya yang memang sudah acak-acakan, "kak... Aku tau kamu nggak tegaan, tapi ya mikir dong! Kita butuh orang baru yang bisa langsung kerja, bukan malah ngajarin bayi!"Aila tertawa canggung, lalu dia menepuk bahu Gavin, "kamu pasti bisa, Vin! Sehari atau dua hari, kalau dia nggak betah, pasti minta keluar sendiri kok."Gavin kembali menatap kakaknya, ada ide terlintas di kepalanya, "iya juga, ya?""Nah, sekarang kamu mandi dan siap-siap ya, aku masakin sarapan dan bekal makan siang."Gavin sudah tidak terlihat kesal, dia pun pergi untuk mandi dan bersiap. Jadi, Aila pikir, adiknya