Pov Dimas "Kok bisa kamu dipecat?" Tanya ku pada Farah yang baru menjadi istriku."Ngak tau mas, tiba- tiba saja aku dipecat. Katanya CEO asli yang langsung menyuru memecatku, padahal aku tidak pernah berbuat salah terhadap CEO ku itu." Jawab Farah. "Siapa nama CEO kamu?" tanyaku penasaran. Apa salah Farah sehingga dia pecat istriku ini?"Pak Bima Ferdian Prasetya," Jawab istriku yang membuatku mematung.Bima Prasetya? namanya sama seperti nama kakaknya Nela, Nela Feradina Prasetya."kenapa wajahmu mas? kamu kenal?" Tanya Farah binggung. "Seperti nama Kakanya Nela," gumam kecilku yang didengar Farah."Hah?! kamu udah gila? Nela mantan istri miskin mu itu? masa punya kaka yang CEO sih? ngaco kamu, mungkin namanya sama," Tukas Farah sambil terkekeh.Dia segera membuka gawainya, dan menunjukan foto kepadaku. "Nih, lihat CEO ku pak Bima. Ini waktu dia ada tugas disini. Mana mungkin pak Bima yang ganteng punya saudari kek Nela dekil itu. Katanya Keluarga pak Bima ini orang terkaya di k
Setelah perpisahan dengan Mas Dimas, aku sudah tidak mendengarkan kabarnya lagi, mungkin dia sudah bahagia bersama istri barunya itu. Toko kueku, sudah naik daun atas bantuan kak Bima, yang ikut membantu aku mempromosi toko ini. Aku sudah mempekerjakan tiga karyawan, dua membantuku membuat kue dan satu menjaga didepan sebagai kasir. Seminggu lagi aku akan pindah ke Toko lebih besar dan luas agar nantinya bisa lebi leluasa lagi. Toko ruko Aina ini minimas sehingga keliahatan sesak kalau banyak barang apalagi, tempat istirahat karyawan juga tidak ada, kasihan mereka kalau kerja capek butuh istirahat.Hari ini, aku mendapatkan orderan banyak dari perusahan Multimedia yang terkenal di kota ini. Dengan bantuan dua karyawanku Vita dan Lili akhirnya selesai juga seratus kota kue. Kami menyimpan didalam mobil dan bergegas ke tempat pemesanan. Awalnya akan diambil sendri oleh salah satu karyawan perusahan itu, tapi karena sibuk, jadinya aku yang akan mengantarkan pesanan mereka.Setibanya di
Restoran dengan nuansa Barat, bersih dan indah. aku mengamati disekeliling dengan tatapan kagum. 'Mewah sekali tempat ini.' gumam ku dalam hati.Waktu akuu mencari tahu info tentang restoran ini dinstagram, katanya restoran ini tidak pernah sepi selalu didatangi banyak orang. "Daritadi datang nya?" Sapa Robi, yang sudah berdiri dibelakang saat aku masi menikmati pemandangan didalam restoran. "Eng- engak baru kok," "Silakan duduk Nel," ajaknya.Aku pun duduk berhadapan dengan Robi."Bagus Restoran mu," pujiku."Maksih, tapi masi perlu di renovasi lagi." Jawabnya. Renovasi apalagi, ini saja udah bagus banget."Emang mau diapain lagi?" tanya ku penasaran. "Ada deh, nanti pasti kamu tahu. Oh iya kamu mau minum apa?" tanya nya."Apa aja boleh." "Pilih aja, gratis kok buat tamu sepesialku ini," kelakarnya sambil tersenyum manis."Iya, aku tahu Gratis," jawabku sambil terkekeh.Akhirnya aku memesan minuman dan snack."Sambil menunggu pesanan nya, kita bahas kerja sama nya." Kata Robi
Toko dengan dua lantai itu kini sudah jadi. Ini lah toko kue baru ku, dengan bantuan karyawanku kami menyusun rak- rak didalam toko dan peralatan pembuatan kue di dapur. "Ini taruh nya di mana bu?" "Disitu Mit," "Baik bu.""Nanti Rak ini, diletakan di depan saja ya, biar bisa dipandang dari luar," "Siap bu." Aku mengamati mereka yang sedang meletakan barang- barang toko."Bagus toko kamu," ujar seseorang, sontak aku menoleh ke belakang."Eh Robi, kok kamu tahu aku disini?" tanyaku heran."Tadi aku ke toko kamu, terus kata Aina kamu udah pindah. Dia juga ngasi alamat ini ke aku," jelas Robi."Ohh gitu, sorry ya aku belum bilang kamu, soalnya masi sibuk." "Ngak apa, santay aja. Ada yg bisa aku bantu gak?" tanya Robi."Gak usa, ini udh mau selesai kok. Oh iya kamu ada perlu sama aku?" tanya ku."Iya, tapi bukan perlu soal pekerjaan," ucapnya."Trus?" binggungku. "Cuma ngajak ngobrol aja, cari teman ngobrol, tapi kalau kamu sibuk aku pulang aja," tukasnya. "Eh, gakpapa santay aja,
Tak terasa sudah dua bulan lebih, aku menjalin kerjasama dengan Robi. Hari- hari ku lewati bersama nya tapi, aku tidak tahu kehidupan pribadi dia seperti apa."Bi, aku kok gak pernah lihat istri mu dimana dia?" tanya ku kala itu.Robi pun terkejut lalu tertawa."Aku belum Nikah." Jawaban yang membuat ku terkejut.apa? Robi belum menikah? "Kenapa kamu belum menikah?" tanya ku penasaran. Dia terdiam."Dulu, aku mencintai seorang gadis. Dia cantik, pintar dan mandiri, setelah tamat SMA aku tak mengetahui kabarnya lagi. Tapi aku percaya, takdir akan mempertemukan kembali aku dan dia. Seiring berjalannya waktu yang lama sekali aku sama sekali tidak mengetahui kabarnya aku pikir rasa ini sudah sirna, hingga beberapa bulan lalu akhirnya aku kembali bertemu dia diwaktu yang tidak terduga. Dan rasa cinta ku tumbuh kembali tapi, sayangnya dia sudah menikah." Aku hanya diam mendengar cerita Robi."Terus?" karena Robi terdiam dan aku sangat penasaran aku terus bertanya."Tamat." Jawabnya sambil
Pov Robi. "Pak ini berkas yang harus bapak tanda tangani." kata sekertaris ku. Setelah menandatangani berkas - berkas itu, aku pun menuju ke ruang meeting. Setelah selesai meeting, karena lapar aku hendak pergi ke cafe terdekat untuk mengisi perut. Sebenarnya aku punya Restoran sendiri, tapi kali ini aku pengen mencoba makanan di restoran orang. Sial! hujan, Untung aku sudah sampai di parkiran Resotran Tapi, tetap saja pakaian ku sedikit basah. Segera aku masuk ke dalam cafe itu dan mencari tempat agak jauh dari kerumunan orang banyak agar bisa menikmati waktu sendiri. Tapi, mataku tertuju pada dua gadis yang sedang asyik becerita bercanda gurau. Sepertinya aku mengenali mereka, Ya. Mereka adalah Nela dan Aina sahabat ku waktu SMA, bisa dibilang sahabat karena kami sering bersama waktu itu, heheh. Aku menghampiri mereka berdua. "Apakah aku boleh duduk disini?" tanya ku dengan memasang senyum termanis.Dua gadis itu menoleh dengan tatapan binggung dan sedikit kaget."Ro-, Robi?" tany
Ting.Sebuah pesan dari Aina, masuk digawai ku. Baru saja aku pulang dari toko kue, dan ingin rebahan.[Nel, sibuk nggak? jalan yuk. Ke cafe atau nongki dimana gitu,] [Ihh, kamu kek masi bujang aja, Ingat udah punya anak.][Biarin, anakku lagi dirumah neneknya sama ayahnya, aku bosan sore - sore gini dirumah sendiri.][Yaudah Ayok, mumpung aku nggak sibuk. Jemput ya,] sebenarnya, aku mau istirahat tapi karena akhir - akhir ini aku jarang bertemu Aina, jadinya aku iyakan saja.[Okey. Sepuluh menit lagi aku otw.]Sepuluh menit, lima belas menit berlalu, Aina tak kunjung datang. 'Dasar, jam karet!' umpaetku. "Nel, Nelaa!!" teraik Aina sambil mengetuk pintu kamar ku. Sudah biasa, kalau Aina main ke rumah dan menuju ke kamar. Apalagi, bi Ijah sudah mengenal Aina."Apa sih teriak - teriak, kamu lama banget sih,""Sorry, Macet parah," "Yaudah ayok,"Aku dan Aina lalu berjalan ke mobil, dan menuju ke cafe, mau nongki ala - ala anak remaja gitu. Sesampainya di cafe, kita memesan makanan dan
Hari dimana ulang tahun cafe Robi tiba. Setelah bersiap diri, segera aku berangakt menuju cafe itu. Para tamu undangan sudah banyak. Aku masuk ke dalam mencari keberadaan Aina, karena disini tak ada satupun yang aku kenal kecuali, Robi dan keluarga Aina. "Nela, sini." Panggil Aina. Aku pun melihat ke arahnya dan langsung menghampiranya."Udah dari tadi Na?" tanya ku "Nggak, baru juga," jawab Aina "Oh, sendirian aja?" "Nggak, sama mas Bian. Tapi, dia lagi ke toilet." mas Bian adalah suami Aina, yang dulu adalah kaka kelasnya waktu masi kuliah. "Naira gak ikut?" "Nggak, masi di rumah neneknya," "Eh, Nela. Apa Kabar Nel," sapa Mas Bian saat dari toilet. "Baik mas, apa kabar juga mas?" tanya ku balik "Baik juga," jawabnya. Aku hanya tersenyum. "Kalian dari tadi datang?" tiba - tiba Robi datang menyapa kami. "Nggak kok, aku baru datang." Jawab ku. "Eh, mas Bian, apa kabar mas?" sapa Robi, sambil menyalim tangan mas Bian"Baik Robi," jawab mas Bian."Kalian saling kenal?" tany