"Kamu tidak ingin tinggal bersama Nick? Dia memiliki tanggung jawab atas dirimu, Alexa." ucap Raymond.Alexa menggeleng, matanya melirik Nick sebelum menghembuskan nafasnya. "Aku sudah cukup dengannya, Ray. Aku bisa menjaga anak ini dengan baik sampai dia lahir nanti, oh ya, secepatnya kamu siapkan surat perceraian itu. Dari awal hubunganku dengan Nick tidak sepantasnya sejauh ini, yang dia nikahi adalah Laura, bukan aku."Kalimat Alexa cukup tajam, ia menyindir Nick karena saat upacara pernikahan waktu itu bukan namanya yang di sebutkan, melainkan nama Laura. Meskipun sekarang Laura dan ayahnya sedang dalam masa proses penahanan karena jejak korupsi."Kalau sudah tidak ada yang mau dibahas lagi, sebaiknya aku pergi."Biar aku mengantarmu." ucap Raymond menawarkan diri."Aku akan pulang sendiri. Oh ya, beritahu sahabatmu untuk menyelesaikan masa lalunya sebelum menjadi hubungan dengan orang baru. Itu hanya akan menyakiti semua pasangan yang tulus mencintainya."Nick langsung mengangka
Satu hingga dua bulan pun berlalu begitu saja.Selama itu Alexa tidak mendengar kabar apapun tentang Nick. Tapi stok makanan dan semua kebutuhan Alexa selalu dikirim setiap minggunya. Hanya saja Alexa jadi penasaran, mengapa Nick tiba-tiba hilang kabar begitu saja.Raymond juga tidak bisa dihubungi, ada apa dengan mereka?"Apa yang kamu lamunkan?" tanya Steve sambil memberikan segelas coklat hangat.Alexa menerima sambil menghadap keluar dimana salju menumpuk di sana. "Tiba-tiba aku penasaran, mengapa pria itu tidak ada kabar sama sekali. Ini sudah dua bulan berlalu,""Kamu merindukan suamimu?" tanya Steve.Alexa mencoba mengelak, sayangnya Steve tau kalau Alexa masih mencintai Nick. Putrinya ini tidak tau cara menyembunyikan kekhawatirannya karena Nick pergi tanpa kabar selama beberapa bulan."Dia pria yang tidak bertanggung jawab, Alexa. Kehamilanmu sudah tiga bulan, tapi dia justru menghilang begitu saja. Namun barang dan makanan yang Nick berikan setidaknya menunjukkan dia masih p
Tepat tiga bulan Nick hilang tanpa kabar, Alexa dibuat khawatir karena tidak mungkin Nick mendadak tidak ada kabar sama sekali. Tapi setiap minggu, barang yang di kirim atas nama Nick selalu datang.Alexa berdiri di depan cermin, melihat pantulan dirinya yang semakin gemuk. Perutnya juga mulai menonjol memasuki bulan ke empat. Anehnya, beberapa minggu hari terakhir Alexa merasa terus kepikiran tentang Nick, namun tidak ada yang bisa Alexa hubungi.Pagi itu, ia mencoba untuk bertanya langsung pada Raymond di tempat tinggal Raymond. Hanya saja saat tiba di sana, Alexa tidak menemukan pria itu. Ponsel Nick tidak aktif, Raymond juga demikian."Ada apa dengan mereka sebenarnya?" batin Alexa."Alexa, kau disini mencari siapa?" tanya Juan, kebetulan saat keluar dari gedung apartemen Raymond mereka berpapasan.Alexa tersenyum tipis. "Aku ada keperluan dengan seseorang, tapi sepertinya orang itu sedang tidak ada di rumahnya."Juan mengangguk anggukkan kepalanya. Lalu keningnya mengernyit melih
Nick dan Raymond masuk ke dalam mobil, Nick akhirnya bisa menghirup udara bebas setelah menjalani hukuman selama tiga bulan di penjara karena masalah dengan Derren akibat perebutan aset yang akan disita."Apa Derren sudah keluar dari penjara?" tanya Nick."Masih belum, hukuman Derren dua bulan lebih lama darimu." jawab Raymond.Sejenak Nick menghembuskan nafas dalam-dalam, menikmati kebebasan yang ia dapatkan sebelum teringat sesuatu."Bagaimana kondisi Alexa sekarang? Dia dan bayinya baik-baik saja kan? Aku tidak sabar bertemu dengannya, dia pasti merindukanku.""Kau yakin Alexa merindukanmu?" sahut Raymond dengan seringai di bibirnya.Nick langsung berdecak. "Benar juga, Alexa pasti masih marah denganku. Tapi aku tidak boleh menyerah untuk mendapatkannya, aku harus memberikan hasil kerja kerasku untuk memberikan aset kekayaannya kembali. Jadi sidang putusan akhir kemarin bagaimana? Aku tidak sempat melihat karena Derren sialan itu," gerutunya.Raymond terkekeh. "Sidang putusan sudah
"Bagaimana kondisi Nick sekarang?" tanya Camila yang baru saja tiba.Raymond yang berdiri di depan pintu menggeleng. Hal itu membuat Camila langsung masuk ke dalam ruangan Nick di rawat, kondisi Nick cukup parah dengan bagian kepala yang terluka akibat benturan dan sisi tangan yang patah.Alexa duduk di kursi sebelah tempat tidur Nick, tatapannya selalu ingin menangis karena melihat Nick dalam kondisi seperti ini."Alexa, lebih baik kamu istirahat. Kondisimu sedang hamil, kau tidak boleh kelelahan. Biar aku yang menjaga Nick di sini." kata Camila.Namun Alexa menolak, ia tetap ingin di sana setidaknya hingga Nick sadarkan diri. Pemandangan mengerikan yang terjadi siang tadi membuat Alexa masih gemetar jika mengingatnya, kecelakaan itu sangat fatal hingga tubuh Nick terpelanting begitu kerasnya di jalanan.Alexa takut kalau dia kehilangan Nick, ia memang marah pada pria ini. Tapi Alexa tidak bisa membencinya, hati kecilnya masih menginginkan Nick.Camila mendekat, mengusap kepala Alexa
Beberapa hari berlalu hingga kondisi tubuh Nick mulai terlihat lebih baik. Alexa dengan sepenuh hati membersihkan bagian tubuh Nick menggunakan handuk basah agar pria itu tetap bersih walaupun sedang dalam masa koma."Nick, mau berapa lama lagi kamu tidur seperti ini. Kamu bilang ingin bertemu denganku, tidakkah kamu ingin mendengar suara detak jantung anak kita untuk pertama kalinya? Apa kamu tidak penasaran seperti apa kondisinya sekarang?" ucap Alexa.Saat ia melihat wajah Nick yang masih tidak merespon apapun, Alexa cuman bisa menghela nafas panjang. Kalau saja Nick tidak menyebrangi jalan untuk menemuinya waktu itu, Nick pasti tidak akan seperti ini.Namun apa boleh buat, takdir berkata lain. Nick sudah beberapa hari terbaring di rumah sakit. Alexa duduk, menggenggam tangan Nick sebelum mengarahkan telapak tangan pria itu ke permukaan perutnya."Dia sudah menunjukkan pergerakannya, dia sangat aktif." ucap Alexa berusaha mengajak Nick bicara walaupun hasilnya tak ada respon dari p
Setelah terbangun dari koma akibat kecelakaan beberapa hari yang lalu, Nick sering menatap langit-langit ruang perawatannya dengan pandangan kosong. Dokter baru saja menjelaskan kepada Alexa bahwa ingatan Nick beberapa tahun terakhir mungkin hilang akibat benturan di kepalanya.Alexa menerima kenyataan bahwa Nick melupakannya. Meski demikian, ia bertekad untuk membantu Nick mengembalikan ingatannya. Pikiran bisa melupakan, namun hati tidak pernah berbohong.“Kamu butuh sesuatu?” tanya Alexa lembut.Nick menoleh, berkedip beberapa kali sebelum menggeleng pelan. “Kenapa kamu begitu baik padaku? Kau tidak pulang sejak aku sadar,” ucap Nick.“Aku akan pulang nanti, sekarang aku ingin menemanimu.”“Tapi ibu bilang kau tidak perlu menungguku. Apalagi kondisimu sedang hamil. Sudah berapa bulan usia kandunganmu?” tanya Nick.Senyum tipis terukir di bibir Alexa. “Hampir lima bulan,” jawabnya, penuh kesabaran. Ia tahu, Nick butuh waktu untuk mengingat segalanya.Alexa tahu, kali ini ia harus men
Nick berdiri diambang pintu memperhatikan Alexa yang sedang duduk membelakanginya. Perempuan itu tengah mengoleskan sesuatu ke permukaan perut untuk menghindari munculnya stretch mark.Cukup lama Nick diam, sesekali ia tersenyum bodoh. Meskipun pikirannya tidak dapat mengingat Alexa sebelumnya, tapi Nick juga tidak membenci perempuan itu. Dan anehnya, Nick suka menatap Alexa."Aku rasa apa yang Raymond katakan benar kalau sebelumnya aku sangat mencintai perempuan ini, sekarang pun aku tidak bisa memalingkan wajah darinya." ucap Nick membatin.Ia melangkah menghampiri Alexa. "Bisakah aku saja yang membantumu mengoleskan krim itu?" tanya Nick.Alexa menoleh, lalu tatapannya beralih pada satu tangan Nick yang sedang di gips. "Tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri. Aku tidak mau menyusahkanmu, apalagi tanganmu masih sakit.""Aku punya dua tangan, bukan berarti aku tidak bisa melakukannya. Berikan padaku, aku hanya perlu mengoleskannya, kan?"Alexa menyunggingkan senyum membiarkan Nic
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan