Pesta masih berlangsung, dan Alexa berusaha menjaga sikapnya tetap tenang dan elegan, terutama dengan Nick yang duduk di sebelahnya, memberikan rasa aman."Sebelumnya, saat datang ke pesta seperti ini, siapa yang biasanya kamu bawa?" tanya Alexa mencoba mencairkan suasana yang sepi dari percakapan.Nick meneguk sedikit anggur dari gelasnya dan menoleh, "Kenapa kamu ingin tahu?""Karena sebelumnya kamu dijuluki pria gay. Aku penasaran, apakah kamu tidak pernah membawa wanita ke pesta sehingga rumor itu berkembang?" jawab Alexa.Nick tersenyum lalu menghembuskan nafasnya. "Tidak pernah, aku selalu datang sendirian ke pesta. Tak peduli cibiran orang lain yang mengatakan diriku seorang gay, namun terkadang aku datang dengan Ray. Jadi orang yang berpikir aku gay semakin banyak, termasuk dirimu."Alexa mencibir. "Padahal banyak wanita di dunia ini. Mengapa tidak membawa salah satu dari mereka sesekali? Seorang CEO yang diduga gay tentu menjadi berita menarik."Nick menjawab dengan tenang, "
"Mereka tidak seharusnya mempermalukanmu di depan banyak orang seperti tadi," ujar Nick sambil berjalan menuju mobil, tak melepaskan genggamannya pada tangan Alexa. Sesampainya di depan kendaraan, Nick berhenti dan berbalik, menatap wajah istrinya. Terlihat jelas bahwa Alexa berusaha keras menahan air matanya agar tidak jatuh.Nick menghela napas panjang sebelum membuka pintu mobil, mempersilahkan Alexa masuk terlebih dahulu. Dalam perjalanan pulang, keheningan menyelimuti suasana di dalam mobil. Alexa memainkan jemarinya, merenungkan kejadian tadi. Ia berpikir bisa mengatasi Laura, tetapi ternyata tidak semudah itu. Semakin hari, tindakan Laura semakin menyakiti hatinya.Dengan lembut, Nick menggenggam tangan Alexa, memaksa perempuan itu menoleh padanya. "Aku tahu kamu dijebak oleh mereka, jadi selama kamu tidak bersalah, jangan pernah diam saja." katanya.Namun, bagaimana cara Alexa bisa melawan Laura? Ia bukan siapa-siapa, sementara Laura sering kali memanfaatkan posisinya sebagai
Raymond mengikuti Nick dari belakang. "Artikel itu diterbitkan tadi malam sekitar jam dua belas, dan pagi ini sudah lima puluh ribu orang membacanya. Jumlah itu terus naik sebelum aku berhasil menghapus artikel tersebut.""Sebenarnya apa mau mereka, kenapa merepotkan sekali?" gerutu Nick."Kau ada masalah dengan keluarga Corner?" tanya Raymond."Mereka yang mencari gara-gara lebih dulu dengan menghina Alexa di pesta dan menganggapku sebagai pria yang berselingkuh. Padahal Laura sendiri yang kabur dan menumbalkan sahabatnya. Hebat sekali dia bisa memutarbalikkan fakta dan menimbulkan masalah seperti ini," ujar Nick kesal.Raymond dan Nick masuk ke dalam ruangan. Raymond segera memberikan perintah pada tim IT untuk menghapus artikel yang sudah terlanjur tersebar luas.Sementara di tempat lain, Laura tertawa puas melihat komentar hujatan yang memojokkan Nick dan Alexa."Aku senang sekali bisa membuat Alexa hidup tidak tenang. Rasanya menyebalkan sekali melihat wajahnya bahagia setiap saa
Sambil menahan nyeri, Alexa membuka matanya. Ia tidak tahu sudah berapa lama tertidur, dan kini mendapati dirinya di tempat yang berbeda. Saat matanya terbuka sempurna, Alexa melihat Nick berdiri di sampingnya, menatapnya dengan cemas."Nick, sejak kapan aku sudah di rumah?" tanya Alexa sambil berusaha duduk."Apa masih sakit? Tadi aku tidak membawamu ke rumah sakit, jadi aku memanggil dokter untuk datang ke sini. Aku akan panggil dia lagi kalau kamu masih merasa sakit," kata Nick dengan nada khawatir.Alexa mengayunkan tangan. "Tidak perlu, ini hanya sedikit pusing. Nanti juga akan membaik dengan sendirinya." jawabnya. "Beritahu aku kalau ada yang sakit. Aku akan memanggil dokter lagi. Sekarang apa kamu butuh sesuatu? Kamu haus?" tanya Nick. Alexa mengangguk, dan Nick memberikannya segelas air. Setelah minum, Nick mengambil kembali gelas itu."Bagaimana dengan berita yang beredar di luar sana? Aku belum sempat melihat perkembangannya." tanya Alexa.Nick duduk di tepi tempat tidur, i
Hari ini aula dipenuhi oleh wartawan yang menunggu klarifikasi langsung mengenai rumor perselingkuhan Nick dengan Alexa. Setidaknya ada dua puluh kamera, dan kilatan blitz yang tak henti-hentinya menyambut saat Nick dan Alexa masuk, lalu duduk di tempat yang telah disiapkan. Dua bodyguard berjaga di dekat mereka, dan tak lama kemudian rentetan pertanyaan mulai berdatangan."Tuan Robert, apa benar Alexa Robinson adalah selingkuhan Anda?""Mengapa Anda menikahi sahabat dari calon istri Anda, Sir?""Tolong jelaskan, apakah pernikahan kalian hanya untuk menutupi rumor bahwa Anda gay?""Tuan Robert, apa Alexa Robinson hanya istri kontrak Anda?"Kalimat itu silih berganti, Alexa merasa kalau jantungnya tidak aman melihat blitz kamera yang menyilaukan. Beruntung tadi Nick sudah memberikannya sebuah kaca mata hitam untuk berjaga-jaga mengurangi sinar yang menyilaukan itu.Nick mengangkat tangan, seketika pertanyaan dari para wartawan berhenti. "Biarkan aku menjawabnya tanpa di sela oleh perta
"Nick, tunggu sebentar." Alexa menarik tangannya yang digenggam oleh Nick sejak keluar dari aula.Pria itu menoleh, pandangannya melihat kanan kiri kemudian mengajak Alexa menjauh. "Kalau ada yang ingin kamu katakan, sebaiknya tidak dikatakan di tempat ini. Mungkin saja ada wartawan yang diam-diam mencoba merekam kita." saran Nick.Alexa pun menurut, dan mereka berjalan menuju parkiran. Di dalam mobil, Nick memandang Alexa. "Jadi, apa yang ingin kamu katakan?" tanyanya."Mengenai dokumen pernikahan kita tadi, kapan aku menandatanganinya? Aku masih ingat jelas kalau yang tertulis di sana namamu dan Laura." ucap Alexa yang sudah menahan rasa penasarannya sejak tadi.Namun, Nick justru tersenyum simpul. Pria itu mengemudikan mobil keluar parkiran tanpa langsung menjawab pertanyaan Alexa."Kenapa kamu diam? Aku sedang bertanya padamu, Nick." ujar Alexa."Aku rasa kamu perlu mengingatnya dengan baik. Menurutmu sejak kapan kamu menandatangani dokumen itu?"Alexa mengernyitkan kening, berusa
Semua barang beterbangan dilemparkan oleh Laura. "Argh! Aku tidak terima Nick mempermalukanku seperti itu!" teriaknya."Sudah aku katakan, daripada berharap menjadi istri Nicholas, akan lebih baik kalau kita memanfaatkannya saja. Tapi kau tidak mendengarkan ucapan ayahmu," sahut Sergei turut kesal.Laura duduk, memegangi kepalanya frustasi. "Lakukan sesuatu. Aku tidak mungkin tinggal diam saja. Mereka harus menderita seperti yang aku rasakan. Apapun itu, aku ingin hubungan mereka rusak," katanya.Sergei menghela nafas, tapi saat itu ponselnya berdering. Ia mengangkatnya. "Halo.""Tuan, anak buah yang diperintahkan untuk menghadang Nick kini dibawa ke polisi," jawab orang di seberang panggilan.Sergei tidak mengatakan apapun lagi dan langsung mematikan panggilan. "Orang suruhanku gagal menyerang Nick," katanya."Dan kamu menyuruhku untuk membiarkannya lepas begitu saja? Jangan biarkan mereka hidup dengan tenang. Ayah pasti bisa membantuku, kan?" ucap Laura, matanya bersinar penuh keben
Alexa memperhatikan Nick, pria itu masih belum menjawab pertanyaan tentang siapa Sofia. Bahkan saat ini Nick sedang di ruang kerja dan tidak keluar hingga dua jam berlalu, Alexa dibuat penasaran, tapi tidak ada yang bisa menjawab rasa penasarannya selain Nick."Aku tidak seharusnya menunggu Nick menjawab. Dia jelas tidak ingin membahas perempuan bernama Sofia itu," pikir Alexa.Pintu ruang kerja Nick terbuka, dan pria itu menatap Alexa sejenak sebelum mengalihkan pandangannya. Alexa merasa Nick sedang menghindari tatapannya, meskipun dia tidak melakukan kesalahan."Nick, aku akan pergi sebentar menemui ayahku." ucap Alexa."Bodyguard akan mengikutimu." sahut Nick.Alexa merasa tidak senang saat Nick menjawab tanpa melihatnya. Apa yang sebenarnya pria itu hindari? Tidak tahan dengan perubahan sikap Nick yang tiba-tiba, Alexa pun menghampirinya di dapur saat Nick mengeluarkan air minum dari dalam lemari pendingin."Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Alexa."Tidak." jawab Nick, tapi tet
Hari yang dinanti akhirnya tiba, pertengahan musim semi yang sempurna, seperti yang Juan dan Alexa impikan. Pesta pernikahan mereka tak digelar di gedung mewah di pusat kota Houston, melainkan di tepi danau yang tenang dengan latar alam yang memukau. Suasana yang romantis dan intim ini benar-benar mencerminkan keinginan mereka untuk merayakan cinta dalam kesederhanaan yang elegan.Lebih dari seratus tamu hadir, terdiri dari keluarga dan sahabat yang mengenal pasangan itu dengan baik. Saat Alexa tiba di lokasi, ditemani oleh ayahnya, Steve, ia merasakan getaran bahagia dan haru yang tak bisa disembunyikan.Sebelum turun dari mobil, Steve meraih tangan putrinya. "Pada akhirnya, aku bisa mengantarmu sebagai wali di hari pernikahanmu," ucapnya dengan tulus, penuh kebanggaan.Alexa membalas senyum ayahnya, dan dengan lan
Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan Alexa semakin menjauh dari Nick. Bukan karena kebencian, tetapi karena ia ingin menghargai perasaan Juan, pria yang sebentar lagi akan menjadi suaminya. Alexa tahu, menjaga jarak dengan Nick adalah yang terbaik demi kebahagiaan mereka semua.Persiapan pernikahan berjalan dengan lancar, setiap detail diperhatikan oleh Juan, dari pemilihan cincin hingga pemesanan gaun pernikahan. Hidup Alexa kini dipenuhi dengan canda dan tawa, terutama saat ia berada di dekat Juan. Ada perasaan hangat yang mengalir di antara mereka, sebuah kebahagiaan yang tak tergantikan."Menurutmu, aku perlu memilih gaun yang cantik?" tanya Alexa sambil tersenyum ketika Juan tengah mengukur tubuhnya untuk pembuatan baju."Tentu saja. Hari pernikahan ini harus menjadi yang paling spesial untukmu. Pilihlah ga
Alexa menutup pintu kamar Brian dengan perlahan, memastikan putranya tidur dengan nyaman. Saat berbalik, ia terkejut mendapati Nick sudah berdiri di sana, tanpa suara."Kamu tidak terburu-buru pulang, kan? Pelayan sudah menyiapkan makan siang. Setidaknya makanlah dulu," ujar Nick dengan nada lembut, meski ada kekhawatiran terselip di sana.Alexa menghela napas, menimbang sejenak. "Sepertinya aku akan langsung pulang," tolaknya, walau terdengar ragu.Nick tak menyerah begitu saja. "Kamu baru tiga jam di sini. Apa itu cukup untuk bermain dengan Brian?"Kata-kata Nick membuat Alexa berhenti sejenak. Tanpa banyak bicara, ia turun ke meja makan, di mana makanan favoritnya sudah tertata rapi. Ia duduk, menoleh sebentar ke arah Nick, lalu mulai makan dalam diam.
Mimpi? Tidak, ini bukan mimpi. Saat Alexa membuka mata dan melepaskan pelukan dari Juan, ia sadar seratus persen kalau ini bukan mimpi. Alexa mendongak menatap Juan yang tersenyum lembut menatapnya, sentuhan tangan Juan membuat Alexa sejenak memejamkan mata."Kenapa tidak kau katakan dari awal kalau wanita yang kerap kali kamu ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" tanya Alexa."Karena aku tidak mau hubungan kita menjadi renggang setelah kamu tau perasaan yang aku pendam padamu selama ini. Tapi, aku sudah memastikan bahwa kamu juga menyukai diriku sebelum memutuskan untuk melamarmu."Alexa tersenyum manis, tak tahan dengan wajah cantik di wajah Alexa. Juan membingkai wajah perempuan itu, tanpa segan memberika ciuman mesra untuk Alexa. Dengan senang hati Alexa menerima sentuhan tersebut, mengalungkan
Setelah menembus cukup jauh ke dalam hutan, Juan dan Alexa menemukan rimbunan buah beri liar yang segar. Tanpa ragu, Alexa langsung memetik dan menyantapnya, menikmati rasa manis dan asam yang meledak di mulutnya. Matahari menyelinap di antara pepohonan, menciptakan kilauan cahaya yang mempercantik setiap sudut hutan yang mereka jelajahi.Juan, yang berjalan tak jauh di belakang Alexa, membuka percakapan dengan suara tenang namun penuh rasa ingin tahu, "Kau sering berkomunikasi dengan Nick?"Alexa menoleh, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu, namun segera menjawab, "Jarang. Kami hanya berkomunikasi kalau itu tentang Brian. Selebihnya, tak ada. Sepertinya memang sebaiknya begitu, mengingat satu-satunya yang masih menghubungkan kami hanyalah Brian."Juan berhenti sejenak, memperhatikan ekspresi Alexa
Penolakan tetap Juan dapatkan, Alexa lebih memilih menahan gairahnya ketimbang menjalani hubungan intim tanpa status. Kini keduanya tidur bersebelahan, tidak ada yang saling bicara selain suara hujan yang terdengar masih belum berhenti."Kamu pasti mencintai wanita dari masa lalumu itu, tapi kenapa kamu mendekatiku dengan cara seperti ini, Juan? Apa kamu ingin menjadikan aku pelarian untuk memuaskan nafsumu?" tanya Alexa dengan nada datar.Juan langsung menoleh, ingin rasanya ia mengatakan sekarang kalau perempuan yang Alexa maksud adalah dirinya sendiri. Namun masih belum, Juan ingin menciptakan suasana yang romantis saat ia mengutarakan perasaannya."Jadi, kamu berpikir kalau aku menjadikanmu pelarian karena berpikir aku masih mencintai wanita itu?"Alexa mengganggu. "
Juan mengumpulkan ranting kayu untuk membuat api unggun nanti malam, sementara Alexa asyik menikmati pemandangan yang menakjubkan. Musim semi memang waktu yang sempurna untuk wisata alam, dan meskipun awalnya tidak menyangka akan bepergian dengan Juan, Alexa merasakan ketenangan yang aneh di dalam dirinya.Masa depan selalu penuh kejutan bagi Alexa. Di satu sisi, ia bisa menikmati kedamaian saat ini, tapi disisi lain, ia tahu betul bahwa hidup bisa berubah kapan saja. Namun, setidaknya selama sebulan terakhir, Alexa telah menemukan cara untuk memaafkan dirinya sendiri dan menghadapi hari-hari yang tak terduga.Sambil bersantai di dekat camper van, aroma harum dari dalam menarik perhatian Alexa. Tertarik, ia melangkah masuk dan menemukan Juan sedang sibuk memasak. Ia berdiri di pintu, tersenyum kecil sambil memperhatikan Juan yang tampak begitu bersemangat.
Dua hari berlalu dan kondisi Brian sudah jauh lebih baik, sesuai yang Alexa janjikan sebelumnya kalau Brian sudah sembuh maka ia akan mengembalikanya pada Nick. Tentu berat bagi Alexa setiap kali menyerahkan putranya pada Nick, namun ia tak punya pilihan lain.Setelah menempuh perjalanan cukup panjang, Alexa tiba di sebuah rumah yang dulu pernah menjadi tempat tinggalnya bersama, Nick. Namun rumah tersebut kini hanya meninggalkan kenangan indah sekaligus pahit secara bersamaan.Sambil menghembuskan nafas panjang, Alexa menatap Brian yang juga menatapnya dengan mata beningnya. Setelah memantapkan hati, Alexa berjalan dan mengetuk pintu rumah Nick. Perlu menunggu beberapa detik sampai pintu akhirnya terbuka, Nick berdiri memperlebar pintu rumahnya."Masuklah," katanya mempersilahkan dengan suara datar.
Kondisi Olivia masih belum sadar, Juan pun akhirnya pulang saat toko sudah tutup. Suasana terlihat sepi, mungkinkah Alexa ada di kamar? Tapi saat Juan naik ke lantai dua dan masuk ke kamar Alexa, kamar tersebut kosong.Alhasil Juan kembali turun, duduk di salah satu kursi pelanggan di toko kue sambil menunggu Alexa. Mungkin saja Alexa sedang merefreshkan diri setelah sibuk seharian bekerja.Juan membuka ponsel melihat berita, termasuk kemajuan berita tentang Sofia yang sempat menjadi buronan. Dan ternyata Sofia sudah melewati sidang, hukuman lima belas tahun penjara karena mengedarkan obat ilegal. Sepupu Nick juga mendapatkan hukuman serupa, perkembangan perusahaan Nick juga mulai stabil.Melihat itu Juan tersenyum tipis sampai suara pintu terbuka mengalihkan perhatiannya. "Kamu sudah pulang rupanya," ucap Alexa."Aku tadi ke rumah sakit untuk melihat kondisi Olivia, Mia bilang kamu sempat menghubungiku, tapi maaf aku tidak menghubungimu lagi karena ponselku kehabisan daya." kata Juan