Bab 101Waktu untuk Tante“Bukan mau menyalakan Bapak sama Ibu… tapi ini kenyataannya Bu… kenyataan kalau memang aku yang bermasalah. Aku juga gak diem aja kok sama Mas Mamat. Kami berdua tetap berusaha untuk ikut banyak sekali perawatan dan treatment yang memang bisa untuk mendapatkan keturunan. Tapi itu semua kan, baru usaha. Kamu juga baru memulai. Tolong jangan salah-salahin Mas Mamat terus Bu. Kasihan dia…”“Terserah apa yang kamu bilang! Pokoknya hari ini juga, Ibu mau kamu ikut sama ibu ke rumah sakit dan ketemu sama dokter yang Ibu tunjuk. Dia itu dokter yang paling bagus di rumah sakit besar di kota ini. dia pasti tahu, apa yang membuat kamu jadi susah punya anak. Dan bagaimana caranya supaya kamu bisa cepat punya anak.”Mendengar bagaimana kedua orang tuanya berkeras dan memiliki keinginan yang tidak bisa ditolak lagi, Desi hanya bisa pasrah dan mengikuti keinginan dari ibunya tersebut. Namun sebelum dia kemudian mengikuti keinginan ibunya tersebut, lebih dulu Desi menghubun
Bab 102Hilda dan Retno yang tidak lain adalah pegawai di toko tempat Mega membuka bisnis Jual Beli tasnya, sudah mendengar langsung dari bosnya tersebut, bahwa akan ada suami dari Mega yang merupakan Bos mereka yang nantinya akan menggantikan posisi Mega untuk mengurus toko dan bisnis yang ada di sana.“Kira-kira nanti suaminya Bu Mega kayak gimana ya? Galak nggak ya? Kan, dia sebelumnya jarang banget buat ke sini.” Hilda yang masih mempersiapkan toko sambil membersihkan lantai dan juga mengelap kaca bagian depan tubuh tersebut berbicara kepada Retno.Retno, yang tidak lain adalah rekan kerja dari Hilda. Saat ini justru tengah sibuk laporan penjualan harian, karena setiap kali mereka akan membuka toko di hari berikutnya. Maka harus dicek ulang untuk laporan di hari sebelumnya. Supaya nantinya tidak ada kesalahan dalam laporan keuangan setiap bulan dari penjualan toko tersebut. Mendengar celotehan dan pertanyaan Hilda tersebut, Retno yang masih fokus dengan apa yang dia kerjakan sekar
Bab 103.Retno terus berusaha agar semua pekerjaannya dalam mengurus pembukuan bisa selesai dengan lebih cepat. Dia jelas takut, kalau – kalau pekerjaan tersebut selesai tidak tepat pada waktunya dan membuat kekacauan. Hal ini karena Retno ternyata melakukan sebuah kejahatan selama bekerja sebagai pelayan di toko tas Edelweis milik Mega. Iya, gadis itu mencuri uang hasil penjualan tas dan melakukan penggelapan dengan memalsukan laporan keuangan harian dan juga bulanan yang selalu dia berikan pada Mega selama ini.Posisinya yang menjadi penjaga kasir selama ini saat Mega tidak ada di tempat, menjadi sebuah kesempatan untuknya bisa melakukan pencurian tersebut. Tapi entah bagaimana dengan perangai dari Saleh yang akan menggantikan posisi Mega nantinya. Meski pun Retno sudah tahu sedikit soal sifat Saleh yang suka berselingkuh dengan Feby, tapi untuk urusan yang satu ini. Retno jelas tak bisa duduk diam saja dan mencoba tetap tenang.Di tengah dia yang sibuk memanipulasi keuangan hari ke
Bab 104.Pemeriksaan panjang pun dimulai. Desi menjalani pemeriksaan tersebut dengan situasi hati yang tidak menentu dia masih sangat tidak enak hati pada suaminya sendiri yaitu Mamat karena dia merasa tidak bisa membela suaminya sendiri dihadapan kedua orang tuanya. Semua ekspresi kesel dan kecewa yang ditunjukkan oleh Desi, bisa terlihat jelas dari kedua orang tuanya saat ini.“Kamu tuh jangan kayak gitu kalau sama orang tua. Apa yang Bapak dan Ibu lakuin ini semuanya itu buat kamu. Buat kebaikan kamu sama rumah tangga kamu!” ucap Ibu Desi lagi kemudian.“Kebaikan aku? Kebaikan rumah tanggaku? Ini bukan untuk kebaikan aku maupun rumah tanggaku. Tapi ini untuk memuaskan hasrat ibu dan bapak yang masih belum percaya sama aku. Pokoknya apapun hasil dari pemeriksaan kali ini, aku tidak mau kalau sampai aku harus dipaksa untuk bercerai dari suamiku. Rumah tanggaku ini biar aku yang menjalani sama Mas Mamat. Soal nanti jodoh kita seperti apa dan bagaimana nanti kita mendapatkan keturunan
Bab 105.Retno Akhirnya selesai untuk memanipulasi laporan keuangan dari toko edelweiss milik Mega. Setelah selesai melakukan manipulasi tersebut, Dia kemudian langsung bergabung bersama dengan Hilda untuk menata dan mengeluarkan barang-barang baru yang baru saja datang kemarin untuk dipisah dan disortir sesuai dengan jenis serta bahan barangnya. Serta memberikan harga dan juga menata barang-barang tersebut sesuai dengan tempatnya masing – masing.“Itu suaminya Bu Bos yang baru belum datang sampai jam segini?” tanya Hilda kepada Retno begitu wanita tersebut masuk ke dalam ruangan gudang di bagian belakang toko.“Belum tuh. Nggak tahu juga sih kenapa, kalau kata Bu Mega tadi sih waktu ditelepon, mungkin masih ada urusan di kantor lamanya. Ya ditunggu ajalah… Paling juga kalau dia masuk, hanya untuk memeriksa dan melihat kondisi toko aja, kan? Nggak mungkin juga dia langsung aktif kayak bu Mega sebelumnya,” jawab Retno.Retno yang sebenarnya tahu persis, di mana keberadaan Saleh, yang t
Bab 106“Alah udahlah, kamu nggak usah kebanyakan alasan! Kalau memang kamu nggak percaya sama aku tuh bilang aja! Gak usah pakai acara alasan-alasan begitu. Aku juga tahu kok, aku memang bersalah sama kamu. tapi kan aku sedang berusaha untuk memperbaiki diri. Aku juga sudah janji sama kamu kalau aku bakalan setia dan menjadikan kamu sama anak kita sebagai prioritas utama. Tapi kalau kamu terus-terusan mencurigai aku, terus-terusan ngecek aku secara berkala. Terus nanti gimana caranya aku bisa konsentrasi kerja? Baru apa-apa sedikit aja kamu udah curiga. Baru aku nggak bisa dihubungi sebentar aja, kamu udah langsung telepon ke sana-sana. kayak aku jadi buronan aja!” Saleh lagi-lagi menunjukkan secara jelas rasa marahnya kepada Mega.“Ya Allah Mas… sungguh aku minta maaf sama kamu, bukan maksud aku buat mencurigai kamu lagi. Aku hanya khawatir kalau kalau kamu merasa kesulitan karena ini adalah hari pertamanya kamu kerja dan mengambil alih bisnis aku.”Rupanya ucapan Mega barusan, seka
Bab 107Walaupun kelihatannya tidak terlalu cakep, tapi sebenarnya Soleh cukup mengerti tentang pembukuan dan juga data keluar masuknya uang. Dia hanya kurang beruntung saja dalam hal pekerjaan. Tapi secara kecerdasan, dia sebenarnya cukup mumpuni. Hingga saat dia melihat laporan yang diberikan oleh kedua pegawainya, yaitu Retno dan juga Hilda. Ada sesuatu hal yang cukup mengganjal di dalam benak Saleh. Di mana laporan yang sempat di abaca dan dia terima dari sang istri sebelumnya, justru jauh berbeda dengan apa yang dia lihat di data saat ini. Ada beberapa selisih yang terlihat nyata dari laporan yang dia baca sekarang.Sampai akhirnya Saleh yang sudah yakin betul, bahwa memang terdapat selisih dan kejanggalan di dalam data tersebut, akhirnya memanggil kedua pegawainya itu untuk menghadap dirinya sekarang juga.“Saya sudah membaca Semua yang ditulis di sini. Tapi ada satu hal yang menurut saya tidak sesuai dengan apa yang dituliskan. Yaitu laporan pembukuan ini, saya mau tanya sama k
Bab 108.Ari masih terus kepikiran tentang Mega. Apalagi, setelah beberapa hari berselang, ternyata Saleh masih mengulang perbuatan yang sama. Dia masih tetap datang ke restoran milik Ari bersama dengan wanita simpanannya tersebut. Mereka berdua bahkan tidak lagi canggung untuk memamerkan kemesraan mereka dihadapan semua orang. Dan bersikap layaknya suami istri. Walaupun menurut Ari, itu sama sekali tidak pantas. Karena pasangan suami istri yang sebenarnya, biasanya justru tidak akan terlalu vulgar seperti ini.Sementara dia mengetahui kenyataan bahwa suami dari sahabatnya sendiri tersebut sedang berselingkuh. Dia juga harus melihat kenyataan bahwa sahabatnya yang tidak tahu apa-apa justru merasa bahagia dan gembira. Meskipun ada beberapa kali, Mega menghubungi dirinya dan mengeluhkan soal sikap Saleh yang sering kali untuk terpancing amarahnya hanya karena hal sepele. Seperti beberapa waktu lalu. Saat Mega yang tak sengaja bertemu dengan Ari ketika dia baru saja mengantarkan Kevin ke
EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang
Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s
Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut
Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s
Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s
Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany
Bab 112"Kenapa kamu jadi bentak-bentak aku?! Emangnya apa yang salah, hah? Orang Kamu yang bilang sendiri waktu dulu, kok. Kamu butuh uang yang banyak karena nggak mau jadi bahan tertawaan dan ejekan teman, tenagga dan saudara sendiri!" Tidak mau kalah, Febi membalas dengan suara yang lebih nyaring. Hal itu tentu saja membuat orang-orang di sekitar mereka memperhatikan keduanya dengan tatapan heran sekaligus tatapan seolah mereka terganggu. Pelayan yang sedang menyajikan makanan di atas meja Mereka pun sampai melirik takut-takut baik kepada si wanita maupun pria."Tapi itu dulu, tante! Itu karena aku benar-benar putus asa! Aku nggak mau dipandang rendah sama orang lain! Tante mungkin nggak merasakan gimana penderitaanku saat itu karena tante emang nggak pernah kekurangan uang sama sekali!" Wajah Saleh memerah dengan bola mata yang melotot dan seolah hampir keluar hanya dengan satu kali hentakan saja. Dia tidak peduli dengan Bagaimana pandangan orang di sekitar melihatnya.. sudah ter
Bab 111“Ini, aku serius. Kalau aku jadi cowok, udah naksir berat sama Mbak Mega.” Hilda masih tetap bersikeras menjadikan mantan bosnya itu sebagai topik pembicaraan kali ini.“Kenapa mikirnya begitu?”“Yah, Mas ini nggak peka atau emang nggak peduli, sih?”“Apa bedanya?”Hilda terkikik. “Ya emang, sih. Apa yang bisa diharapkan sama Mas Ari? Hidupnya seakan terjebak dalam tempurung kelapa. Masa lalu masih aja menjadi alasan buat nggak melirik orang lain.” Dia mencibir, tidak peduli dengan eskpresi Ari yang hampi seperti ingin memakannya.“Nggak punya kaca atau emang udah lupa kalau kamu punya muka?” tukasnya tak mau kalah. “Orang yang punya masalah sama kenapa harus saling meledek, sih?” Jeda sesaat untuknya meminum es hingga tandas. “Kamu juga harus ingat kepada siapa kamu mengadu soal perceraianmu dan berapa lama kamu menggalau.”Hilda meringis. Mana mungkin dia lupa tentang masalah yang menjadi titik balik kehidupannya? Dia dan mantan suami yang berakhir dengan perpisahan. Masalah
Bab 110Retno masih menangis tersedu-sedu di rumahnya. Saat ini sudah ada Mega dan Hilda yang berkunjung. Setelah insiden Retno yang tertangkap melakukan pencurian di toko dia terus menyesali perbuatannya setiap kali berhadapan dengan mantan bos dan rekan kerjanya, dia tidak bisa menyembunyikan rasa bersalah. "Kami ke sini bukan untuk melihat kamu menangis, melainkan mau melihat ibumu." Hilda yang tidak tega melihat tangisan Retno akhirnya bersuara. Sementara Mega mengeluarkan tisu dari tasnya. Dia mengulurkan tisu itu untuk Retno. "Di sini juga ada kesalahan kami karena tidak terlalu memperhatikan kesulitan kamu. Mau bagaimanapun juga kamu tetap bagian dari rekan kami yang seharusnya mendapatkan perhatian yang layak." Dia menambahkan, mencoba untuk menenangkan gadis itu.Retno membersit hidungnya sebelum menjawab, "Tetap aja saya merasa bersalah karena sudah melakukan hal yang memaluka, Mbak.""Kalau kamu merasa bersalah dan malu, aku rasa itu udah cukup. Tandanya, kamu nggak meny