Syerli menatap lekat foto suaminya Bramantyo, apa yang sebenarnya terjadi dengannya? Apa kekecewaanya pada Shelomitha membuatnya berubah seperti ini, ia memang telah menjadi suaminya namun jiwanya tetap bersama wanita itu.Apa yang harus Syerli lakukan agar Bramantyo bisa mencintainya dengan tulus, kehidupannya dengan anak-anaknya sudah kembali. Bramantyo mencukupi kebutuhannya, namun tidak dengan hatinya. Kasih sayangnya terhadap Sultan juga Fino pun sangatlah baik."Assalamu'alaikum." Bramantyo datang setelah pulang bekerja. "Wa'alaikumsalam, Mas. Sudah pulang?"Syerli membawakan tas milik Bramantyo. "Kenapa, Li wajahmu agak pucat? Mau kedokter?" tanyanya. Bramantyo menatap istrinya karena ia melihat wajah istrinya tidak begitu sehat."Syerli tidak apa-apa, Mas, hanya saja agak mual mungkin masuk angin," jawab Syerli pada Bramantyo suaminya."Ya sudah, Mas mandi dulu, bikin teh hangat biar tubuhmu hangat." "Iya, Mas. Mas juga mau sekalian dibikinin kopi?" tanyanya. "Boleh sayan
Raka berlari mencari Shelomitha, namun Bundanya itu masih bekerja di Butik, Raka mendengus kesal. Ia sama Rania menunggu Shelomitha di depan pintu sambil bermain di depan rumah. Dan akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga."Bunda lama sekali pulangnya?" tanya Raka antusias ia ingin segera memberi tahu Bundanya."Ada apa sayang? tumben nungguin, Bunda?" tanya Shelomitha tak mengerti, tidak biasanya Raka bicara seperti ini."Ma coba lihat ini.""Apa?""Ini." Raka menyerahkan satu lembar kertas.Glek. Shelomitha menelan saluva yang terasa begitu pahit. Ya Allah, Arya mau lomba di kota ini, hati Shelomitha sedikit bergetar, ia tahu dengan perasaanya. Ada yang berdetak di dalam tubuhnya, melihat kertas yang diberikan anaknya Raka."Bunda kita lihat ya? Ayolah, Bunda?" Raka juga Rania memohon pada Shelomitha."Hemm, baiklah tapi ada syaratnya?" tanyanya pada Rania juga Raka."Apa, syaratnya, Bunda," jawab keduanya bersamaan, berharap Bundanya mengiyakan."Boleh. Sih tapi kita lihatnya d
Shelomitha menghebuskan nafas panjang, ia tidak pernah mengira jika Arya tidak mengenalinya hingga saat ini. Shelomitha menginggat saat Raka menang dalam lomba saat itu ia tanpa sadar memeluk Arya, ia tak tahan dengan bebannya yang ia tanggung sendiri. Bayangkan saja selama ini Arya menghilang saat ia kembali ia sudah tak mengenalinya.Tapi, perasaan buat Arya dari dilu hingga sekarang tidak pernah berubah hingga detik ini, ia menyayangi Arya melebihi dirinya sendiri. Kalaupun Arya sedah menikah saat ini dengan Amanda, Shelomitha hanya bisa iklas. Shelomitha mencoba mengerti tentang makna dari cobaannya ini."Bunda? Besuk jadi kan kita lihat lomba tandingnya, Om Arya?" tanya Raka juga Rania antusias. Shelomitha mengangguk."InsyaAllah sayang, tapi inget pesen, Bunda ya, cukup Lihat dan diam jangan berteriak memanggil namanya." "Siap, Bunda," ujar Rania juga Raka barengan."Ini baru anak, Bunda, waktu kita mau pindah kesini kan Om Arya mau menikah, kalau misal kita deket lagi sama, O
Keputusan Mama Wulan bagai tombak yang menembus dada Shelomitha, bukan? Karena itu kini Shelomitha menangis. Tapi, Sayang, kenapa Shelomitha keukeuh membiarkan tombak itu tetap menancap di sana? Kenapa tidak Arya biarkan mencabut dan mengobati lukanya? Malah malah Mama Wuo tancapkan jua di dada Shelomitha.Retak dada Shelomitha. Pecah jantungnya, berserakan kepingannya di atas pasir pantai ini. Entah dapat la punguti kembali, atau biarkan saja nanti tersapu oleh gelombang pasang? Berapa banyak senja yang kita habiskan bersama? Tidak satu kali pun matahari timbul tenggelam tanpa kita bersenda-gurau. Tidak setetes air matanya yang jatuh tanpa kusediakan bahu paling nyaman.Shelomitha, ingat saat terakhir Arya dalam pembaringan, Shelomitha hanya bisa menangis dalam dekapan ilusi? Saat Mama Wulan tak mengizinkan untuk mendekati. Begitu kejam memainkan perasaan Shelomitha yang begitu rapuh. Haruskah Shelomitha tambal dengan penuh kasih luka dengan mengoyak hatinya sendiri.Apa Shelomitha
Shelomitha menatap layar laptop di ruang kerjanya, ia menatap lekat foto Arya dari kertas pemberian anaknya Raka. Betapa ia sangat merindukannya, merindukan saat bersama waktu masih sekolah, merindu saat melihat Arya memakai kaca mata super tebal dengan gaya culunnya.Shelomitha ingat jika Arya selalu menyukai nama Dara, Shelomitha Sandara, sudahlah toh dia sekarang mungkin saja sudah menikah. Andai ia belum menikah.'Hah kenapa otakku hanya ada Arya' ucapnya dalam hati.Sementara Arya bersiap-siap berangkat, sang mama menemainya sampai depan pintu, beliau berpesan agar Arya menjaga kesehatan, makan teratur juga tetap fokus."Mama, Arya berangkat dulu ya?" Pamit w pada Mamanya."Iya sayang, inget pesan, Mama ya," ucap Mamanya cemas."Baik, Ma, sudah yang penting do'a Mama yang Arya butuhkan." Fiko sambil mencium takzim punggung tangan sang mama.Fiko diantar sama Mang Usep menuju Bandara, selang beberapa menit mobil Arta sudah sampai di Bandara. Arya merasa ada yang aneh pada dirinya
Dada Shelomitha bergemuruh hebat, rahasia selama ini ia pendam sendiri. Arya pun tidak mengetahui jika dirinyalah Dara gadis yang selalu berkepang dua pujaan hatinya. Saatnya menepati janji mengajak Raka juga Rania melihat perlombaan sang Paman, Shelomitha berusaha tegar dan tidak gugup ketika meliahat Arya nanti.Tok ... tok. "Masuklah, Nak.""Bunda sudah siap belum?" tanya antusias Rania yang sudah rapi dengan baju kesayangannya, sambil memeluk tubuh Shelomitha."Bunda belom mandi.""Yah, Bunda.""Baiklah sayang, Rania sama Raka sarapan dulu biar, Bunda mandi ya." "Ok, aku tunggu di bawah ya, Bun.""Iya,Nak."Rania pun berlalu pergi keluar kamar Shelomitha dengan perasaan gembira.Shelomitha duduk di depan cermin, menatap cermin yang berada di depannya, wajah yang kian hari kian memucat, ia sedikit memoleskam bedak lalu berdandan warna natural yang menjadi pilihannya. Ia terlihat begitu cantik, jauh dilupuk hatinya ia merindukan Arya. Shelomitha turun dari lantai atas menuju meja
Arya yang lagi berjalan menuju ruangan khusus berhenti, dan membalikkan badan. "Raka! Astaga, Raka."Arya berlari kearah Raka. Arya memeluk tubuh mungil itu, Arya menangis ia tak tahu harus berterima kasih karena do'anya dikabulkan telah menemukan Raka."Raka. Ini kamu, Nak?" Raka mengangguk pelan. "Iya, ini Raka. Om.Raka yang masih berada dalam pelukan Arya. "Bagaimana kamu bisa di sini? Om rindu.""Raka juga, Om.""Lalu, Bunda juga Rania?" tanya Arya cemas. "Allhamdulillah semua baik," ucapnya seraya tersenyum."Mana, Bunda sama Rania?" Raka lalu membisikkan alasan kenapa ia harus cepat pergi, dan ia menyerahkan alamat pada sang Paman. Raka berharap Pamannya bisa menyelesaikan masalahnya dengan orang dewasa sama Bundanya."Maaf, Raka harus pergi? Raka sudah janji sama, Bunda, ngak boleh menemui Om Arya," pamit Raka. Arya mengangguk. "Iya, Om mengerti." "Janji ya, temui aku lagi." "Iya,janji."Raka berlalu pergi bersama Mang Kardi.Raka berlari cepat sampai di parkiran ia
Arya perlahan membuka pintu kamar Shelomita, Aeya melihat wajah yang selama ini ia rindukan, berada tepat di depan wajahnnya. Wajah yang tak asing lagi baginya, wajah yang cantik alami yang sangat ia inginkan untuk bisa melihatnya setiap hari. Arya memegang keningnya, tubuhnya sangat panas. Arya bergegas turun ke bawah meminta mbok Darmi menyiapkan alat kompres."Mbok tolong siapkan alat kompres untuk, Mitha."Pinta Arya pada Mbok Darmi, ia begitu cemas karena tubuh Shelomita demam tinggi."Baik Den," jawab Mbok Darmi, lalu menyiapkan alat kompres."Anak-anak sudah tidur, Mbok?" tanya Arya pada simbok."Sudah, Den, mereka semua sudah tidur," jawab Simbok pada Arya yang sedang menunggunya."Ini, Den.""Ya, makasih."Arya masuk ke dalam membawa alat untuk mengompres, dengan sabar Arya mengompres dengan kain handuk berulang-ulang. Shelomita terus mengigau seraya tertidur.Arya memandangi wajah yang selama ini di rindukan, ia tak percaya jika ia bisa menemukan sang pujaan hatinya.Tanpa s
a few full moons laterKeluarga besar Arya dan Bramantyo, begitu antusias ingin berkunjung di Gunung Tangkupan Perahu tempat wisata terkenal di Jawa Barat, tempat wisata Legenda Sangkuriang. Arya lagi ada tugas di Bandung sekalian semua ikut liburan karena sekalian, weekend bersama keluarga tercinta. "Fino sakit, aku gak jadi ikut ya, Arya.''"Iya, baiklah next time kita ngumpul lagi. Semoga cepat sembuh, Fino. Mas.''''Aamiin.""Titip Sultan dan Mama saja ya.''"Hu um, beres, Mas."Semua sudah siap berangkat ada Sultan, Raka, Rania, Yusuf dan Senja anak bungsu Shelomitha dan Arya. Satu keluarga besar berkumpul mempersiapkan liburannya.Mobil disewa dan meluncur menuju lokasi tempat wisata, udara yang sejuk dan asri tentunya, serta banyak pohon tinggi menjulang. Membuat mereka takjub dengan pemandangannya, mereka langsung bergegas berjalan menuju area dimana rasa penasaran mereka akan cerita legenda Sangkuriang. Seorang anak yang mencintai Ibu kandungnya.Perjalanan hampir enam jam.
Shelomitha duduk menyusui baby Yusuf di kamarnya sambil menunggu video call-nya pada suaminya Arya di terima. Karena ada sesuatu yang harus Shelomitha bicarakan. "Assalamu'alaikum, sayang," ucapan salam terdengar bersamaan dengan munculnya wajah tampan Arya yang tersenyum seperti biasa."Wa'alaikumsalam. Mas, sudah sampai kantor?""Ya, sudah sejak tadi. Kenapa sayang?""Ada file ketinggalan ini di rumah, penting ngak ini, Mas?'Hening. Shelomitha hanya menatap wajah suaminya yang ada di layar ponselnya. Orang yang selalu bisa membuatnya tenang. Sementara Arya masih sedikit sibuk menatap layar laptopnya. "Tidak, sayang, itu buat meeting besok." "Oh, begitu."Shelomitha senang menatap wajah suaminya itu, entah baru saja berpisah ia sudah sangat rindu. "Ada lagi sayang yang mau dibicarakan.""Tidak, hanya rindu.''Arya tersenyum di balik layar ponsel milik Shelomitha. "Sama dong."Shelomitha masih diam. Ia sibuk menyusui Yusuf sesaat ia menangis. "Ok. Yusuf nangis. Sudah dulu ya, M
Shelomitha menangis ia terharu ternyata cinta bisa membuatnya kuat, kuat untuk menjalani proses yang ia takuti berjalan lancar. Besoknya masih setia Arya menunggu istrinya. "Dokter kapan boleh pulang?" tanya Arya pada sang dokter."Hari ini boleh pulang, Ibu Mitha juga sudah sehat, bayinya juga sehat jangan lupa asinya ya Ibu diberikan." "Iya, dokter." Shelomitha dituntun Arya menuju mobil, sedangkan anak kecilnya digendong Mama Wulan. Mobil melaju menuju rumah Mereka, selang tiga puluh menit mobil sudah terparkir di halaman rumah. Arya menuntun sang istri di kamar baru untuk si kecil dan Shelomitha."Mas, ini bagus banget kamarnya, Makasih ya?" tanya Mitha pada suaminya."Sama-sama sayang, aku gak tega kalau di kamar atas, takut nanti kamu jatuh." Arya mendisain kamar begitu bagus, tempat tidur besar dan box untuk sikecil. Dan ranjang besar untuknya dan istrinya, dengan motif biru. Arya berjalan masuk kamar melihat Shelomitha sedang belajar menyusui sikecil, Arya mengecup kenin
"Apa yang terjadi, Mas?""Aku tahu siapa yang memukuliku saat itu.""Hah, siapa?""Apa, Dokter Amar teman kita juga."Shelomitha mengangguk. "Hu um.""Wajahnya aku kenal banget, di dalam mimpi wajah Amar yang kulihat sayang." Jelas Arya menginggat mimpinya."Apa, jadi yang membuat, Mas Arya kecelakaan karena ulah Ammar?" tanya Shelomitha pada suaminya."Sebenarnya aku digebukin, terus aku lari naik motor aku tak sadar ada sebuah truk menghantam motorku.""Astaghfirullah. Ya Allah bener-bener jahat banget dia," lirih Shelomitha mendengus kesal."Ya sudah sayang, itu kan sudah lama, yang penting sekarang kamu sudah bener-bener menjadi istriku, kan." Shelomitha gak habis pikir Amar teryata begitu licik, ingin menyakiti Arya dulu, sudahlah biar Allah yang membalaskan kejahatannya. Kejadiannya juga sudah begitu lama, namun dengan mendengar cerita suaminya perut Shelomitha mendadak sakit.-Namun Shelomitha tahan hingga pagi pun tiba, selesai salat subuh ia berdoa. Ya Alloh yaa Robbana di
Mereka bangun dan menjalankan kewajibanya dimusholla rumahnya. Arya mengajari anak-anaknya mengaji juga Sultan yang masih menginap duirumah sang paman, ia ingin belajar mengaji bersama adik-adiknya. Dan juga memberikan penjelasan, "Apapun masalahnya jangan pernah tinggalkan salat, kunci dari kita hidup didunia ini adalah satu yaitu shalat. Maka, apapun masalah yang kita hadapi, hamparkanlah sajadah dan sholatlah, bertumpulah pada kekuatan Allah.""Sudah mengerti apa yang ayah sampaikan, mugkin ada yang perlu ditanyakan?" tanya Arya pada anak-anaknya juga Sultan."Kalau kita sakit, apa tetap harus salat ayah?" tanya Raka pada Ayahnya."Iya, Nak, bisa dengan tayamum, bisa juga duduk ataupun tertidur," jawab Arya lembut.Sementara Shelomitha menyiapkan makanan, kandungan Shelomitha sudah mulai membesar, ia harus banyak makan sayur-sayuran biar proses melahirkan nanti ia bisa kuat. Sarapan pagi sudah tersedia, ada bakwan jagung kesukaan Rania ayam geprek.Mereka menikmati makanan dengan
Malam semakin larut hanya terdengar suara ombak dan angin kencang. Shelomitha sudah tidur dalam mimpinya sementara Arya gelisah memikirkan mimpinya yang baru saja ia alami. Gadis yang bernama Dara itu semakin mendekat seperti tidak asing wajahnya diingatan Arya. Arya berjalan menuju balkon dan duduk di kursi, ia menatap angin juga suara ombak yang menentramkan jiwanya. Ia terus menginggat siapa Dara sebenarnya, sementara ingatannya belum begitu jelas menangkap siapa wanita dalam mimpinya itu Ia menatap langit yang semakin gelap, dengan bintang yang tak berani menujukkan sinarnya, ia takut jika perasaannya melukai hati Shelomitha istrinya. Jika Mitha tahu siapa Dara yang berada dalam mimpinya. Ia takut ditinggalkan. Shelomitha terbangun melihat sang suami tidak ada ditempatnya, ia lalu menghampiri suaminya yang duduk sendiri dikursi depan kamarnya, apa yang terjadi dengannya ya? Tidak seperti biasanya. Shelomitha lalu mendekati suaminya."Mas kenapa, mimpi buruk kah?" tanya Shelomitha
Senja mulai meninggalkan tugasnya,berganti dengan petang. Arya sudah kembali pulang ke rumah bersama anak-anaknya. Arya mencari istrinya lalu memeluknya dari belakang."Ayo sayang temani aku ke undangan, Amanda?" "Hmm, sayang biarkan aku di rumah saja, aku malas," jawab Shelomitha malas. "Baiklah, kalau gitu aku juga gak hadir deh." "Lo kok tiduran, bukannya undanganya jam tujuh sayang?" tanya Shelomitha bingung."Ya buat apa aku datang kalau istriku tidak ikut, ya sudahlah tidur saja," jawab Arya pada istrinya."Hmm ya sudah baiklah, aku ikut," ucap Shelomitha ragu yang sejujurnya ia malas ketemu Amar."Beneran sayang." ''Hu um, tapi gaka malu ajakin, Mitha, hmm Mitha kan!" ucap Shelomitha yang dipotong oleh suaminya."Aku tidak malu sayang, aku menyukaimu titik, sudah ganti pakaianmu, aku tunggu dibawah ya." Fiko pergi dan mencium pipi istrinya.Shelomitha menatap ke arah cermin, ia sungguh takut, bagaimana jika Arya diejek sama temanya, gelisah Shelomitha memikirkan. Ia lalu m
Beberapa bukan berlalu, Bramantyo sudah sampai di Surabaya, keadaanya yang semakin pulih namun, ia masih menggunakan kursi roda kakinya masih belum bisa untuk berjalan. Sementara Syerli selalu setia menemani sang suami, meskipun kadang Bramantyo bersikap kasar, namun tak ia hiraukan, Syerli lebih memilih mengalah dari pada harus mementingkan egonya.Ia tahu jika suaminya akan berubah menyayanginya seperti dulu lagi, sejak ketemu Shelomitha adik semesternya di kampus. Bramantyo sudah mulai melupakannya, semoga saja Bramantyo berubah seperti dulu, disitulah Syerli mslasih bertahan akan tetap setia mendampinginya. "Li, tolong ambilkan air putih," suruh Bramantyo pada istrinya yang lagi membereskan baju miliknya."Baiklah, sebentar ya," jawab Lili sambil melangkah pergi ke dapur, tumben agak lembut nyuruhnya. Bramantyo melihat lalu lalang kendaraan dari jendela rumahnya, ia menatap kakinya sampai kapan itu berakhir, ia jadi lumpuh karena kesalahannya mabuk bersama Siska. Ia menarik napa
Shelomitha membantu di dapur, menyiapkan sarapan pagi, telur balado dan mie goreng sudah siap dimeja makan, mereka berkumpul sarapan tanpa Arya juga Sultan, mereka hanya diam menikmati sarapan pagi. Sementara Shelomitha hanya menatap makanan tanpa disentuh, namun ia ingat pesan suaminya harus makan yang banyak. "Bunda, Ayah lama sekali sih belum juga pulang Raka dan Rania sudah rindu," seru Raka juga Rania cemberut, mereka sudah merindukan Ayahnya."Sabarlah sayang, kalau semua sudah beres, Ayah pasti akan pulang, ayo semangat sekolahnya, jangan pada cemberut nanti cantik dan gantengnya hilang lo." Mitha menenagkan kedua anaknya."Hmm, Bunda." "Nah begitu kan anak pinter, ayo berangkat nanti telat." Suruh Shelomitha kepada anak-anaknya yang masih cemberut.Mereka diantar Mang Kardi ke sekolah, sedangkan Shelomitha sibuk mengecek file yang dikirim rekannya kerjanya Ana, sementara Aeya dan Sultan masuk ke dalam rumah. Rumah terlihat sepi, Arya menyuruh Sultan untuk istirahat dikamarny