"Ayah bilang kalau adik kita masih hidup, semua saham bakal menjadi miliknya. Aset lainnya baru mungkin jadi milik kita," ujar Jero.Selama beberapa tahun ini, Arlo yang memegang kendali atas Grup Shankar. Saham perusahaan pun terus meningkat. Reputasinya di dunia bisnis Armania setara dengan reputasi Jacob di ibu kota.Arlo telah bersusah payah untuk Grup Shankar. Jika tidak bisa mendapat sepeser pun saham, seperti apa perasaannya?Untungnya, Arlo tidak keberatan dalam hal ini. Dia hanya mengiakan. "Ya, aku tahu."Jero berpesan, "Mulai hari ini, selain aku dan bawahanku, nggak boleh ada yang menjenguk Ayah. Tolong beri tahu Ibu soal ini."Arlo mengangguk dan mengiakan lagi. Jero menyuruh pengawalnya berjaga di rumah sakit, lalu menuju ke zona tak terawat di Armania.Wilayah itu agak jauh dari pusat kota. Jero berkemudi tiga jam sebelum tiba. Dia memakai topeng sebelum masuk. Begitu masuk, dia baru tahu semengerikan apa tempat ini.Dulu Jero pernah datang kemari. Dia mendengar ada bany
Jero awalnya ingin bertanya kenapa Sienna tidak menolong Lily. Namun, setelah teringat sesuatu, dia tidak jadi melontarkan apa pun.Bagaimanapun, sikap Lily terhadap Sienna sangat buruk. Lily bahkan menyebabkan Sienna kehilangan penglihatannya. Siapa yang berhak mengatur Sienna? Lily ditakdirkan berakhir seperti ini.Seperti merasakan tatapan Jero, Sienna mendongak dan bertatapan dengannya. Dia tersenyum, lalu menyapa, "Lama nggak ketemu, Tuan Jero."Jero termangu. Dia lagi-lagi merasa sangat akrab dengan Sienna. Sejak pertama kali melihat Sienna, Jero sangat suka melihatnya. Sekarang juga begitu.Ketika Jero hendak mengajak Sienna mengobrol, tiba-tiba ponsel Sienna berdering. Rowen yang meneleponnya.Setiap kali mencari inspirasi, Rowen akan mengurung diri. Setelah menghasilkan hasil karya yang memuaskan, Rowen baru akan berinteraksi kembali dengan dunia luar.Terakhir kali, mereka bertemu di ibu kota. Saat itu, Jacob masih belum mengetahui identitas Sienna. Tebersit kegembiraan pada
Sienna membawa kedua pengawal masuk. Keduanya adalah petarung hebat. Jacob tidak tenang membiarkan Sienna sendiri di luar. Itu sebabnya, dia berpesan kepada pengawalnya untuk harus melindungi Sienna dengan baik.Sienna juga sudah mengalami banyak kejadian. Dia tidak berani bersikap lalai. Ketika hendak memasuki lobi, detektor berdering. Staf tersenyum sopan kepada kedua pengawal dan berkata, "Maaf, di sini nggak memperbolehkan tamu membawa senjata."Kedua pengawal itu mengernyit. Namun, mereka tahu restoran ini memang memiliki peraturan seperti itu. Itu sebabnya, banyak bos besar di Armania yang datang kemari untuk membahas bisnis. Bahkan, bukan hanya senjata, tetapi ponsel juga tidak boleh dibawa masuk. Akan ada orang yang bertanggung jawab untuk menyimpan ponsel para tamu.Kedua pengawal itu menghalangi Sienna dan berkata, "Nona, gimana kalau buat janji dengan gurumu di tempat lain? Peraturan di restoran ini memang begitu. Mereka nggak mengizinkan para tamu membawa senjata dan ponsel
"Sienna, sekarang aku akan membawamu ke tempat Lily. Kamu harus minta maaf kepadanya. Dengan begini, jasadmu baru bisa utuh," ancam Arlo.Sienna tak kuasa tertawa. Saat berikutnya, lehernya dicengkeram oleh Arlo. "Lily jadi begini gara-gara kamu. Kamu masih bisa tertawa? Sepertinya kamu memang nggak punya hati nurani."Sienna menatap Arlo dengan dingin. Sudut bibirnya berkedut. "Pak Arlo, aku benar-benar kasihan pada adikmu. Untung dia nggak sempat pulang ke Keluarga Shankar. Kalau nggak, dia pasti merasa jijik melihatmu yang berkomplot dengan penjahat."Tangan Arlo sontak bergetar. Hatinya seolah-olah ditusuk jarum. Namun, dia berusaha menghibur diri sendiri bahwa semua itu hanya provokasi Sienna. Sienna sama sekali tidak menyesali perbuatannya."Kuharap kamu masih bisa bersikap sesombong ini nanti." Arlo melepaskan tangannya dan tidak berbicara lagi. Sienna juga malas meladeninya.Mobil segera tiba di rumah yang ditinggali Lily. Beberapa pengawal menahan Sienna dan membawanya turun d
Lily merangkul lengan Arlo. "Kak, aku tahu kamu paling baik padaku. Mulai malam ini, aku nggak bakal mimpi buruk lagi. Terima kasih, Kak."Lily bersandar di pelukan Arlo sambil tersenyum. Di bawah sinar lampu yang terang, Sienna bisa melihat seangkuh apa senyumannya.Sienna tidak peduli sekalipun harus mati di sini. Dia tidak ingin melihat kedua manusia berengsek ini lagi untuk selamanya.Kedua pengawal mengunci kandang besi, menunggu instruksi Arlo. Arlo ragu-ragu. Sering kali, dia bertanya kepada diri sendiri, apakah tindakannya ini benar? Namun, dia harus melindungi Keluarga Shankar. Lily adalah keluarganya, sedangkan Sienna bukan siapa-siapa."Tuan, kami harus mengemudikan kapal sampai tengah sungai, lalu mendorongnya. Benar, 'kan?" tanya pengawal.Arlo membuka mulutnya, tetapi tidak bisa memberi perintah. Ketika melihat keraguan Arlo, Lily berpura-pura sempoyongan seperti akan jatuh pingsan. Tindakannya ini membuat tekad Arlo makin kuat."Benar.""Baik."Beberapa pengawal mengangk
Pria itu telah ketiduran, matanya yang sipit dan tampak tajam itu pun telah terpejam.Sambil menahan kepedihan di hatinya, Sienna Winata beranjak turun dari ranjang. Saat membungkukkan badannya, rambut Sienna tergerai menutupi wajahnya yang cantik dan polos. Baru saja dia hendak mengambil pakaian yang tergeletak di lantai, tiba-tiba terdengar sebuah suara dari belakangnya."Kamu mau berapa?"Suaranya terdengar begitu ketus. Kemesraan yang dirasakan karena pengaruh alkohol tadi malam, kini telah sirna.Setelah meraih pakaiannya, Sienna terdiam sejenak.Ironisnya, setelah 3 tahun pernikahan, suaminya bahkan tidak mengenal dirinya.Tiga tahun yang lalu, Sienna menyelamatkan Pak Darwo Yuwono dari maut. Pada saat itu, kebetulan ayah Sienna juga sedang mengalami kesulitan dalam pendanaan putaran pertama bisnisnya. Melihat kesempatan ini, Pak Darwo langsung menjodohkan Sienna dengan cucunya, Jacob Yuwono. Selain itu, dia juga menyuntik dana investasi sebesar 600 miliar kepada Keluarga Winata
Mengingat adegan yang baru saja disaksikannya, Sony tersentak dan langsung menjawab, "Akan kuselidiki sekarang juga ...."Jacob mengerucutkan bibirnya, alisnya berkerut dengan ekspresi muram. Rendahan sekali wanita itu memainkan trik tarik ulur.Mungkin saja wanita itu memang ingin Jacob menyelidikinya."Nggak usah."Kalau wanita itu memang sengaja memainkan trik seperti ini, nanti dia pasti akan muncul lagi dengan sendirinya.Sienna buru-buru kembali ke apartemen dan membersihkan diri sebelum rebahan di ranjangnya.Begitu memejamkan matanya, benak Sienna dipenuhi oleh adegan bersama pria itu. Awalnya, Sienna tidak terbiasa, tetapi kemudian getaran hati yang bergejolak itu seakan merasuk ke dalam tulangnya.Sejujurnya, Sienna tidak terlalu keberatan menyerahkan malam pertamanya kepada Jacob, kecuali ketika dia mendengar Jacob memanggil nama wanita lain.Elena, Elena Prawira ....Inilah alasan sebenarnya Jacob ingin menceraikan Sienna.Padahal, tubuhnya terasa begitu lelah. Namun, rasa
Pria itu tersenyum. Penampilannya tampak sopan dan rapi dalam balutan jas. Namun, tatapannya malah membuat Sienna merasa tidak nyaman.Dengan ekspresi dingin, Sienna menyerahkan obat Nanda kepada Junando."Aku sudah menjenguknya. Kamu saja yang serahkan obat ini kepada Bibi."Junando menaikkan alisnya sambil berkata, "Sama-sama saja, sudah lama juga kita nggak pernah bertemu.""Nggak dulu, aku masih ada urusan lain," tolak Sienna sambil menyodorkan obat Nanda ke tangan Junando. Setelah itu, dia berjalan keluar dari lobi rumah sakit.Junando memandang sosok Sienna yang menjauh dengan tatapan penuh makna. Kemudian, dia mengendus-endus kantong plastik obat di tangannya.Seorang wanita muda berparas cantik yang berjalan keluar dari Departemen Obstetri dan Ginekologi sambil membawa obat antibiotik. Tentunya pemandangan ini akan membuat fantasi pria menjadi makin liar.Junando menundukkan kepalanya, merasakan ketegangan pada perut bagian bawahnya.Dia tidak pernah menyangka bahwa Sienna yang