Vania tetap berusaha untuk tidak gentar membalas perkataan Kevin. Meskipun dadanya sesak, hatinya terasa sakit bukan main dikarenakan mendengar tuduhan Kevin barusan. Ia sudah mengantisipasi jika kejadianya akan jadi seperti ini jika ia menolak Kevin. Mendengar hal itu, wajah Kevin seketika mengeras. Giginya bergemeretak. Ucapan Vania terdengar begitu menjengkelkan di telinganya."Kalau iya kenapa?!" bentak Kevin sambil melotot ke arah Vania. Ia lalu maju satu langkah. Berdiri tepat di hadapan Vania seraya berkacak pinggang. Tengah mengintimidasi wanita itu. Sikap lembut yang beberapa saat lalu dia tunjukan, serta perkataan penuh cinta dan terdengar romantis, kini mendadak terhempas begitu saja—tergantikan dengan sikapnya yang berubah kasar. Kevin lanjut berkata. "Kamu tau, Van? Semua wanita ... pada datang kepadaku dan mengemis cinta padaku!" Kemudian, matanya memicing. "Sedangkan dirimu? Kamu ... adalah wanita terbodoh yang pernah kukenal karena kamu berani
Aditama mendelik ke arah Kevin—seolah bola matanya mau keluar dari tempatnya. "Jaga bicaramu, bajingan!" bentak Aditama dengan gigi gemeretak seraya mencengkram kerah baju Kevin dengan begitu kuat. "Sedari tadi ... aku cuma diam saja karena masih memantau. Tapi, setelah kau memfitnah dan mengatai istriku? Jangan harap ... aku akan tetap diam!" Lanjut Aditama, dengan emosi penuh menggebu. Kini, posisi Kevin tergeletak mengenaskan di lantai dengan hidung berdarah dan wajah dipenuhi beberapa luka. Aditama baru saja menghajar pria itu habis-habis dan dengan brutal. Kevin menggeram marah mendapati hal itu. Sialan. Rasa sakit yang tengah ia rasakan membuatnya tidak bisa apa-apa. Apalagi saat ini dirinya dalam kendali Aditama sepenuhnya.Namun ia berjanji akan menghabisi Aditama setelah ini. Sementara itu, para pendukung Kevin langsung memperingati Aditama. "Aditama! Jangan keterlaluan kau kepada Kevin!""Berani sekali kau memukul Kevin sampai hidungnya berdarah!" "Ka ...
"Bersujud lah kau di kakiku ... jilat sepatuku ... meminta maaf ... serta memohon-mohon kepadaku," Kevin menghentikan kalimatnya sejenak. Sudut bibirnya terangkat dan membentuk senyuman penuh arti. Kemudian, ia menggeleng. "Maka ... aku tidak akan menyuruh para bodyguardku untuk meringkusmu." Mendengar ucapan Kevin, darah dalam diri Aditama semakin memanas. Ia pun mendengus dingin, menatap pria itu tajam, dengan kedua tangan terkepal kuat. Namun tiba-tiba Aditama tersadar, kemudian terbit senyum kecut di bibirnya. Jangan harap, ia akan melakukan permintaan dari pengecut itu!Kevin tersenyum licik seraya melipat tangan di depan dada. "Bagimana, Aditama?" Ia mengangkat sebelah alisnya. Para pendukung Aditama dan Vania mencoba memperingati Aditama untuk memikirkan kembali keputusanya melawan para bodyguad itu. Akan tetapi, Aditama tetap bersikeras. Alhasil, mereka pun hanya bisa pasrah dan membiarkan Aditama pada akhirnya. Suaminya Vania itu lalu kembali menatap Kev
Aditama menghentikan serangan sejenak, melemaskan tinju, lalu terbit senyum tipis menghiasi bibirnya. Melihat hal itu, ekspresi wajah Kevin menjadi buruk. Begitu pula dengan para pendukungnya. Sementara itu, keempat bodyguard tersisa menjadi semakin marah. Akan tetapi, mereka masih sangat yakin jika akan tetap bisa menang. Mereka menganggap Aditama hanya beruntung saja bisa menjatuhkan salah satu diantara mereka. Tanpa berlama-lama lagi, keempat bodyguard itu kembali merangsek maju dan menyerang Aditama secara bersamaan—kali ini lebih brutal dari yang sebelumnya. Mendapati hal itu, Aditama segera bersiap. Keempat bodyguard itu sudah tidak peduli lagi, mereka mengerahkan seluruh kemampuan kali ini untuk dapat meringkus Aditama secepat mungkin. Jual beli pukulan dan tendangan dalam jarak dekat pun terjadi lagi. BUGH!BUGH! BUGH! Sesekali mereka saling mengelak, menangkis dan menghindar. PLAK! PLAK! PLAK! Atas, bawah, depan, belakang, kanan, kiri yang dilakuk
Setelah pertarungan selesai, Vania bergegas menghampiri Aditama. Tiba di hadapan sang suami, ia langsung memeluknya dengan sangat erat yang langsung dibalas oleh Aditama. Dalam dekapan sang suami, Vania menghembus-hembuskan napas lega. Akhirnya, suaminya benar-benar bisa menang melawan para bodyguardnya Kevin. Suaminya tidak kenapa-kenapa. Tidak terluka sama sekali. Walau ia bersikap tenang dan santai tadi, begitu yakin jika sang suami akan menang, tapi tetap saja ia merasakan senam jantung. Bukan apa-apa, walau sang suami adalah pewaris kaya raya, tapi ia menghadapi para bodyguard profesional seorang diri. Bisa saja, dia terluka! Tapi kini Vania benar-benar telah lega. Semua orang pun berdecak kagum dengan kehebatan Aditama yang bisa mengalahkan bodyguardnya Kevin seorang diri. Di mata mereka, Aditama adalah pria tangguh, seorang suami yang bisa melindungi istrinya dari mara bahaya. Lalu, terdengar lontaran pujian dari mulut-mulut mereka kepada Aditama. Mendapati hal it
Tiba-tiba perhatian semua orang teralihkan oleh kedatangan seorang pria bertubuh besar, tinggi, serta bertampang sangar. Pria itu mengedar pandangan ke sekeliling—mencari keberadaan seseorang selagi berjalan diantara orang-orang diikuti beberapa anak buah di belakangnya. Melihat hal itu, semua orang menjadi kasak kusuk dan bertanya-tanya. Begitu pula dengan Aditama dan Vania. Sementara Kevin langsung sumringah. Baginya, kedatangan pria itu seperti malaikat yang akan menyelamatkan muka dan harga dirinya di depan banyak orang. Begitu melihat sosok Kevin, pria itu segera berjalan mendekat. Akan tetapi, senyum di bibir Kevin mendadak pudar dan tergantikan dengan kedua alisnya yang bertaut. Di mana Ayahnya? Kenapa tidak datang bersama Johnny? "Kau ... datang sendiri?" tanya Kevin sembari melongok ke arah belakang pria tersebut—mencari keberadaan sang Ayah. Kemudian, ia kembali menatap Johnny. "Di mana Papa? Kenapa ... kau tidak datang bersama Papa?" "Tuan Hardi
Johnny adalah salah satu pengusaha sekaligus mafia yang lumayan disegani di kota Ferandia. Bisa dibilang, pengaruhnya sama dengan Theo. Hanya saja berbeda bidang dan tabiat. Johnny sudah lama bekerja dikeluarga Hardi. Ia diperintahkan oleh Kevin dan keluarganya untuk mengurusi, menyelesaikan masalah dengan menggunakan cara-cara kotor, licik, serta yang berhubungan dengan adu kekuatan fisik. Saat ini, Kevin sedang mencoba membuat nyali Aditama menciut dengan memberitahu siapa Johnny. Akan tetapi, Aditama menunjukan respon biasa saja. Malahan, seolah tidak peduli. Justru yang takut dan ketar ketir malahan para pendukungnya. Beberapa dari mereka ada yang mengetahui reputasi Johnny yang bukan kaleng-kaleng. Di sisi lain, mereka tidak menyangka jika Kevin akan meminta bantuan kepada Johnny untuk menghabisi Aditama. Walau mereka tahu jika Aditama jago berkelahi, terlebih dia yang telah menunjukan kemampuanya di depan mereka semua dengan menghabisi ke lima bodyguardnya Kevin ta
Mendengar ucapan Vania, Kevin menautkan alis. Terdiam untuk beberapa saat sebelum kemudian langsung tertawa. Setelah tertawa agak lama, Kevin berkata. "Memangnya ... suami tidak bergunamu itu siapa, Van? Kenapa pula aku akan menyesal?" tanya Kevin sambil berkacak pinggang.Kemudian, ia memicingkan pandangan. "Kau mau bilang kalau sebenarnya Aditama itu adalah orang miskin yang menyamar sebagai orang kaya? Seperti yang ada di video-video di media sosial itu?!" Lanjut Kevin. Masih tertawa mengejek. Vania mendengus dingin mendengar respon Kevin. Akan tetapi, ia buru-buru menguasai diri selagi melipat tangan di depan dada. Perlahan, sudut bibirnya terangkat dan membentuk senyuman penuh arti.Ia tidak peduli dengan ejekan Kevin. Pasalnya, dugaan Kevin seratus persen benar. Vania lalu mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. Dia kemudian berkata. "Tunggu saja karena kau yang nantinya akan tunduk pada Aditama, Kevin!" Ucapan Vania tak elak membuat tawa Kevin semakin keras, begitu