Share

Jangan Jatuh Cinta Lagi!

Author: ZB
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
"Aku pernah terjatuh berkali-kali, dan saat aku bangkit di antara bintang-bintang, secercah harapan menerangi. Meski langit telah gelap, bukankah mimpiku punya kesempatan untuk mewujudkannya?"

Dulu saat sebelum menikah, cita-citanya mengajar di sekolah dasar asal Haziya menuntut ilmu. Namun, rencananya tidak sesuai keinginan ketika mantan suami melarangnya bekerja. Kepindahan ke desa mertua, membuat jarak pulang pergi butuh hampir sejam. Shabir khawatir dia tidak bisa membagi waktu. Mengejar ridha suami, Haziya menurut saja. 

Sekarang, setelah keduanya berpisah. Tidak ada nafkah dari Shabir sejak kepulangannya ke rumah ibu sendiri, membuat Haziya harus memutar otak mencari pekerjaan. Meski kedua orang tua mengatakan masih sanggup membiayai kebutuhannya, tetapi Haziya tidak ingin membebani mereka di usia hampir dua puluh lima ini. Dia ingin membantu meringankan kehidupan mereka. 

"Aduh, hampir telat!" Haziya segera bangkit dari kursi, keasyikan membaca cerita tentang dirinya yang ditulis oleh Diana, penulis indie sekaligus sahabat kecilnya dia jadi lupa waktu. Seharusnya, Haziya sudah sampai di rumah Miska, keduanya sudah janjian untuk bertemu di rumah Miska untuk membantu Haziya mencari pekerjaan.

Orang tua Miska baru beberapa bulan membuka rumah bimbingan belajar cabang Pidie. Jika cocok Haziya ingin melamar di sana. 

"Bu, doakan Ziya ya, moga dipermudahkan segala urusan." Haziya pamit tanpa lupa mengucapkan salam dan mencium telapak tangan ibunya.

"Aamiin, waalaikumsalam, hati-hati di jalan, Nak." Haziya mengendarai sepeda motor tanpa lupa membawa masker. Meski tidak sedarurat di Jawa, pemerintah Aceh tetap waspada dan memerintahkan agar masyarakat menaati protokol kesehatan, bahkan ada sanski sebagai denda atas pelanggaran. 

"Assalammualaikum," sapa Haziya mengetuk pintu, tidak berselang lama Bibi yang sudah dikenalnya sebagai asisten rumah Miska mempersilakan masuk.

"Ke atas saja, Dek, Miska masih di kamar sepertinya, belum turun ke bawah. Sekalian nanti kamu makan bareng dia ya, susah sekali dipaksain buat makan. Katanya lagi diet, padahal sudah langsing begitu. Emang ya anak gadis hobinya nyiksa diri," seloroh Bi Uti. 

"Baik, Bi, aku ke atas ya," pungkas Haziya kemudian menaiki tangga. Walaupun Miska lebih kaya darinya, tetapi perempuan yang sekarang sedang menjadi guru di MAN kabupaten itu tidak pernah sombong apalagi memilih teman sepadan untuk dijadikan sahabat. Selama mereka kuliah, baik Azizah maupun Miska yang tergolong anak berada selalu memperlakukan semua temannya sama. Begitu pun kepada Haziya, anak petani yang menjadikan ladang sebagai tempat pencarian nafkah. 

"Assalammualaikum, Miska, aku masuk ya!" Haziya mendorong pintu setelah memberi salam. Dia sudah terbiasa melenggang ke dalam, karena Miska yang menyuruh dia mengganggap seperti rumah sendiri. Apalagi di rumah ini hanya ditinggali oleh orang tua dan pekerja, sedangkan Miska anak tunggal. Jadi, Haziya tidak perlu cemas sewaktu-waktu berpapasan dengan yang bukan mahram. 

Haziya terus berjalan ke samping ranjang ketika memanggil nama Miska tanpa sahutan, dia berpikir gadis yang barusan tunangan itu masih terlelap di bawah selimut. Minggu hari di mana Miska bisa rebahan seharian, ditambah hobi menonton drakor. Haziya sudah cukup hafal jam bangun temannya itu. 

"Ayo bangun, Miska, sudah pukul sepuluh ini." Haziya menggoyangkan di ujung selimut. Tidak ada sahutan, biasanya Miska akan memintanya menunggu beberapa menit saja dan Haziya akan segera menarik selimut serta bantal guling yang menjadi teman setia mengantarkan Miska ke alam mimpi. 

"Kok kamu pakai parfum banyak banget, Mis," komentar Haziya mengelus hidung ketika menghidu aroma maskulin. Wangi yang terpancar berbeda dari biasanya. Miska tidak suka berganti parfum setelah sang tunangan menghadiahi kado ultah tahun lalu dengan parfum beraroma Cherry. 

"Mis ... ka, astagfirullah!" Haziya terperanjat kaget, langkahnya mundur ke belakang ketika tiba-tiba sosok di balik selimut tadi menyibak kain putih tebal itu dengan posisi duduk.

"Kamu berdosa banget," decit lelaki masih memeluk bantal guling. "Ampun bang jago, jangan menatapku seperti itu, wajahku memang tampan karena aku adalah jodohmu di masa depan." 

Haziya tersadar, buru-buru menunduk dan berbalik ketika menyadari lelaki tanpa dikenal itu hanya memakai baju kaos tanpa lengan. 

"Maaf, aku pikir Miska," papar Haziya masih belum berani menatap lelaki itu, ingin segera keluar, tetapi apalah daya rasanya kaki kaku tidak bisa dilangkahkan. 

"Lebaran sudah lewat, ngapain minta maaf," jawab lelaki di atas kasur disertai kekehan.

"Miska, ke mana ya?" tanyanya menatap dinding yang ditempelkan wallpaper Mickey mouse. Haziya ingin memastikan keberadaan Miska agar tidak terjadi lagi seperti tadi. Perasaan dia sudah benar masuk kamar. 

"Apakah wajah tampanku kalah menarik dari sebidang dinding datar itu?" 

"Aku permisi," pamit Haziya memaksakan kaki untuk berjalan keluar kamar, pertanyaannya diabaikan oleh lelaki tadi. 

"Eh, Ziya sudah sampai?" Miska terperengah ketika melihat sosok Haziya di ambang pintu. 

"Iya, aku baru--"

"Temanmu harus bertanggung jawab," sela lelaki jangkung seraya turun dari ranjang. 

"Apaan sih, Bang," gerutu Miska ketika sepupunya itu berjalan menghampiri mereka.

"Dia harus bertanggung jawab sudah mengganggu mimpi indahku, tapi nggak apa-apa, kehadirannya lebih indah dari mimpiku." 

"Sana makan gombalanmu, dia nggak mempan!" usir Miska mendorong Zaweel keluar kamar, kemudian segera mengunci pintu.

"Maaf ya, aku lupa bilang dia semalam sampai. Eh maunya tidur di kamarku soalnya di kamar tamu kata dia nggak enak, lama nggak ada yang tidur di sana. Terpaksa deh aku yang tidur. Kamu sudah lama sampai?" 

Haziya menggeleng, berusaha menghilangkan bayangan lelaki tadi.

"Dia emang gresek, maklum lama jadi anak kota," ungkap Miska seraya memakai bajunya. "Namanya Zaweel Luqman, panggil dia Luqman aja, biar nggak lupa daratan dia mau dipanggil Zaweel biar keliatan gaul," cibir Miska menggerutu tingkah sepupunya itu yang lebih tua enam tahun darinya.

"Usia dia udah dua puluh sembilan eh kelakuan kek bocah. Nanti kalau dia ngoceh, biarin aja ya, kalau diladeni makin jadi."

"Iya-ya, kamu belum makan, 'kan? Yuk, turun dan isi perutmu, tuh baju sudah pada longgar," ajak Haziya mengingat pesan Bi Uti tadi.

"Tapi Ziya, semalam aku timbang malah naik satu kilo," keluh Miska seraya berkaca. "Lihat pipiku mulai bakpao lagi."

"Bakpao gosong iya, pipimu sudah tirus gini. Ayo ah." Haziya segera menarik tangan Miska agar tidak terlalu lama bercermin dan insecure terhadap tubuhnya sendiri.

"Ada kedondong enak dimakan, halo kenalan dong perempuan masa depan," sapa Zaweel di meja makan ketika keduanya masuk ke ruang makan. Lelaki itu melebarkan senyum ketika Miska melotot ke arahnya.

"Napa kamu yang sibuk sih, cewek bakpao. Temanmu saja blush itu," kelakar Zaweel mendapat tinjauan kecil di lengan.

"Jangan menghinaku lelaki buaya, nggak aku kasih makan baru--"

"Tinggal gojekin aja sih, susah amat," potong Zaweel, lalu mencomot bakwan jagung dan segera memakannya.

"Ayo duduk, ibu dari anak-anakku jangan berdiri saja di sana," goda Zaweel dengan tangan menunjuk pada kursi di sebelahnya, diperagakan seperti menyambut tamu.

"Sudah biarkan alien ini halu, duduk Ziya." 

Ziya berusaha biasa saja, jangan sampai dia terpesona apalagi jatuh ke lubang yang sama. Jangan jatuh cinta semudah itu!

Related chapters

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Kenapa Bertemu Lagi?

    Haziya tidak enak berada di satu meja yang sama dengan Zaweel, bagaimanapun dia sudah pernah menikah mesti sekarang statusnya masih gantung karena pengadilan belum memutuskan. Shabir tidak hadir pada sidang perceraian pertama, membuat persidangan tertunda lagi."Kalian mau ke mana sudah rapi?""Bukan urusan Abang, nggak usah minta ikut. Ingat, Abang ke sini buat kerja bukan cari mangsa."Zaweel tertawa seperti orang kerasukan. "Aku kerja buat siapa? Ya, buat istri dan anak-anakku nanti lah. Restui Abang dengan Ziya aja, gimana?""Bang, mau matamu aku colok dengan garpu?""Ampun bang jago!" Zaweel berdiri, meninggalkan mereka dengan gema tawa."Lihat, kan, anak tiktok nyasar.'' Miska menghabiskan nasi di piringnya, sejak semalam dia dibuat pusing oleh kelakuan Zaweel."Silakan masuk para

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Pengacara Baru

    "Bang Shabir, aku ...."Haziya spontan mundur ketika Shabir melangkah maju. Tubuhnya dikunci oleh lengan kekar Shabir, wajah keduanya begitu dekat."Bang, jangan begini, nggak enak dilihat orang. Ini toilet perempuan," tegur Haziya berharap Shabir menjauhkan dirinya, tetapi lelaki itu malah semakin mendekatkan wajah."Jangan sok suci, sudah kunikmati juga. Kenapa dia bisa denganmu, sedangkan aku suamimu nggak bisa, hah?!" emosi Shabir meninju dinding di sebelah kiri wajah Haziya."Bang, kendalikan amarah Abang," pinta Haziya setengah serak menahan tangis, kejadian malam panas itu kembali terbayang. Dia takut Shabir jadi lepas kendali dan menamparnya untuk kedua kali."Kita juga sudah bukan suami istri lagi, Bang. Aku sudah mengajukan--""Tidak akan, aku nggak akan pernah menceraikanmu. Kamu bisa senang beb

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Jangan Baper Karena Zaweel

    "Pernah mencintai, tetapi disakiti. Tolong, perasaan jangan mudah terbawa suasana. Hanya karena kata-kata mutiara belaka." Tit!! "Astagfirullah! Kenapa, Bang?" tanya Haziya panik ketika suara klakson bunyi bertubi-tubi, hampir saja ponsel di tangannya terjatuh. "Itu tadi ada kuyang lagi cabutin uban," jawab Zaweel dengan wajah datar menunjuk ke depan. "Kuyang? Apaan itu kuyang? Kucing Persia?" Zaweel terbahak atas kepolosan Haziya. Kekesalannya hilang sudah, sejak dipanggil beberapa kali tidak ada sahutan dari perempuan yang duduk di samping karena terlalu sibuk dengan ponsel. "Ponselnya baru ya, dilihatin mulu?" sindir Zaweel ketika Haziya menyimpan ponsel silver itu dalam tas.

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Lamaran

    "Perempuan baik-baik untuk lelaki baik-baik, begitu juga sebaliknya. Perbaikilah dirimu menjadi lebih baik, agar jodohmu adalah yang terbaik datang untuk melengkapi hidupmu.""Jangan diterima, Bu, dia cuma bercanda," sahut Haziya cepat seraya menutup pintu kamar."Kenapa jangan diterima, orang datang melamar baik-baik kok," ujar ibunya heran dengan larangan Haziya."Pokoknya jangan, dia itu nggak serius," kekeh Haziya tetap pada pendiriannya. Dia bahkan bisa membayangkan wajah jenaka Zaweel setiap kali melontarkan gombalan kepadanya. Lelaki itu hobi menggombal, pandai merayu kepada setiap perempuan, buktinya petugas perempuan di pengisian minyak kemarin sore saja digoda.Haziya sudah cukup sekali saja menelan pahitnya kisah asmara, dan rumah tangga yang gagal. Luka perih tak terlihat lebih menyakitkan, waktu bahkan tidak bisa benar-benar menyembuhkan. Langitnya

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Ratu Baru

    "Rumah yang kuyakini sebagai tempat ternyaman untuk berteduh berubah tatkala badai menerpa. Tak ada lagi kehangatan saat bersandar di pundakmu karena kedatangan ratu baru."Tepat pukul satu siang Haziya keluar dari rumah bimbel. Sebenarnya, dari jam setengah dua belas sudah selesai tugasnya sebagai pengajar, tetapi karena harus menyusun laporan dan shalat Zuhur dulu makanya baru sekarang bisa pulang."Terima kasih, Haziya, sudah membantuku tadi." Anis memberi senyum tulus. "Besok aku bawakan flashdisk punyamu, ya?""Sama-sama, tidak perlu sungkan. Aku senang bisa membantu. Bukannya besok kamu tidak punya jadwal mengajar?"Anis mengangguk, dia menjelaskan untuk mengantarkan FD punya Haziya, karena merasa tidak enak terlalu lama menyimpannya di rumah."Sudah, tidak apa disimpan saja dulu. Lusa, kan insya Allah kita bertemu lagi di sini. Aku punya flashdisk cadangan kok.""Baik, terima kasih ya. Oh ya, kamu langsung

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Fitnahan Istri Baru Mantan Suami

    🍒🍁Tebarkan kebaikan agar kita memetik kemenangan. Jangan menabur benih kebencian agar tidak memanen permusuhan.🍁Haziya meminta izin pulang pada Zaweel. Menurutnya lebih baik mereka sekarang tidak berduaan dulu untuk menghindari fitnah jika ada yang melihat. Apalagi keberadaan Vina, istri baru mantan suaminya yang sudah menuduhnya di pertemuan pertama. Tidak bisa dihindari jika nanti mereka kembali berjumpa, apalagi sampai Vina mendapati Haziya bersama Zaweel bakal berkepanjangan.Haziy

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Lidya Pulang

    "Maaf ya, Ziya. Aku bukannya percaya sama omongan dia. Aku hanya tidak ingin pikiran burukku menilaimu." Anis meminta maaf, merasa tidak enak dengan pertanyaan barusan. Haziya mengulas senyum untuknya, sebelum mengatakan sesuatu dia meminum air mineral beberapa teguk."Tidak perlu minta maaf, Anis. Bukan suatu kesalahan kamu ingin bertabayyun, malah ini cara yang benar. Daripada kamu berprasangka buruk. Aku dan Bang Shabir sudah punya kehidupan masing-masing. Ya, seperti ceritaku tadi di telpon, dia sudah menikah lagi dengan Vina itu meskipun dia nggak mau menceraikanku. Entahlah, apa sebenarnya kemauan dia. Seharusnya jika dia memang sudah bahagia dengan kehidupan barunya, biarkan statusku jelas. Lelaki yang datang tadi telah membantuku untuk segera pergi agar nggak sampai berantem dengan Vina. Dia Zaweel, saudaranya sahabatku Miska. Zaweel menawarkan jasanya untuk menjadi pengacara di persidangan nanti. Dia bukan selingkuhanku."Rasa sesak k

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Kedatangan Zaweel Tanpa Undangan

    🍁Tamu saja memberi salam dan mengetuk pintu sebelum dipersilakan masuk oleh pemiliknya, apalagi ini hati jangan asal masuk kalau hanya ingin menyakiti.🍁 "Dek, tolong ambilkan jilbab Kakak!" seruan bernada perintah dari Haziya kepada Adil karena tidak menyangka akan kehadiran Zaweel meskipun sekadar mengantarkan Miska. Suara Haziya sedikit keras sehingga didengar oleh dua tamu yang sejak tadi menunggu di luar. "Kamu nggak bilang sama dia kalau kita ke sini?" tanya Zaweel. "Nggak lah, mau suprise. Jadi kelabakan dianya, haha. Eits, jangan celingak-celinguk tetap tegak begitu, CCTV tetangga sedang dalam masa aktif," ujar Miska yang menyadari beberapa tetangga rumah Haziya ikut penasaran dengan kedatangan mereka ke sini. Mungkin sejak deru mobil memasuki halaman rumah Haziya, orang-orang di sekitar rumah Haziya melancarkan aksinya bak detektif, mengintip melalui jendela dan saling bertanya-tanya siapa gerangan sosok lel

Latest chapter

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Perpisahan Zaweel dan Haziya

    Miska menyiapkan segala keperluan untuk acara syukuran nanti malam di rumahnya. Sebagai seorang sahabat, dia senang akhirnya Haziya secara resmi berpisah dengan Shabir. Bahkan dia berencana untuk memperkenalkan Haziya dengan temannya yang masih single, nanti jika Haziya sudah terlihat lebih baik dan mulai membuka hati kembali.Namun, sebenarnya dia lebih suka jika Zaweel yang menjadi lelaki hebat untuk Haziya. Meskipun sikap Zaweel terkesan suka humoris, tetapi dia yakin jika Zaweel bisa melindungi sahabatnya dari gangguan mantan suami Haziya, apalagi dari tekanan Bu Karni, dan lain-lain.Miska sedikit tahu tentang perjodohan Zaweel dengan Safia, walaupun belum ada keputusan lebih lanjut. Monika pasti akan merencanakan perjodohan itu berjalan sesuai harapan mereka. Sekar dan Monika sudah bersahabat dan saling mengenal, serta keluarga mereka juga menjalin bisnis. Tentu saja bersatunya Zaweel dan Safia akan semakin meningkatkan hubungan persahabatan mereka.&n

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Keputusan Pengadilan

    Miska akan menginap di rumah Haziya malam ini, karena dia ingin menemani sahabatnya, serta akan ikut ke pengadilan besok. Sedangkan Zaweel sudah berpamitan sejak memasuki waktu ashar, dia shalat berjamaah di masjid terdekat bersama ayah Haziya. "Makasih ya Nak, kamu mau membantu putriku." "Sama-sama, Pak. Insya Allah besok kita pasti bisa menyudahi semua perkara ini." "Aamiin." "Kamu bakal balik ke Jakarta lagi setelah ini?" tanya Ayah Haziya ketika mereka menuju parkiran Masjid. "Iya, Pak, masih ada kerjaan di Jakarta," jawab Zaweel, dia juga enggan cepat balik ke kota karena merasa nyaman di sini. Namun, statusnya masih sebagai pengacara, dia harus profesional dan kembali melanjutkan profesinya. Ditambah perusahaan papanya yang juga membutuhkan dirinya. Meskipun dia tidak lagi bekerja di bidang pembela klien, Monika tidak akan membiarkannya menetap di Aceh. Zaweel harus menjadi penerus sang papa. "Semoga saja

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Zaweel Menepati Janjinya

    Haziya bersiap untuk ke rumah bimbingan belajar, dia akan mulai mengajar lagi hari ini. Miska menghubunginya ketika dia hendak ke Sigli."Assalamualaikum, kamu baik-baik saja, kan?" Miska terdengar khawatir di seberang. "Kenapa baru aktif nomornya?""Waalaikumsalam, Alhamdulillah baik-baik saja Miska. Maaf semalam lupa aktifkan ponsel," jawab Haziya jujur."Ada apa? Dia mencoba menghubungi kamu lagi makanya kamu harus matiin HP?"Tebakan Miska tepat sasaran, Haziya membenarkan karena dia tidak akan bisa membohongi sahabatnya yang sudah terlalu pandai membaca dirinya."Lelaki pecundang. Dia pasti mencoba menggelabui kamu lagi, pura-pura menyesal dan minta balikan padahal sudah punya istri baru. Ckck!" gerutu Miska kesal dengan sikap tak berpendirian Shabir."Masih banyak lelaki lain, jangan sampai kamu masuk ke lubang yang sama. Biarkan dia bersama Tante itu, nanti yang ada kamu malah dituduh sama Tante itu merebut sua

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Larangan Ayah Haziya

    Bu Laela berdiri di depan kompor, suasana hatinya berubah tidak karuan disebabkan kedatangan tamu tadi. Bahkan tadi dia sangat bersemangat untuk memasak rebung kala merah."Bu, biar aku saja yang masak. Ibu istirahat saja ke kamar!" saran Haziya meminta Bu Laela untuk tidak memaksakan diri memasak dalam keadaan tidak konsentrasi."Enggak apa-apa, Ibu bisa lanjutin. Kamu datang?" tanya Bu Laela seraya membuka penutup panci, memasukkan bumbu yang sudah dihaluskan untuk merebus ayam."Sekarang aku kembali harus dapat izin dari ayah dan ibu kalau mau ke mana saja, Bu. Jadi, aku bakal patuhi semua kata Ibu. Ibu jangan resah, aku enggak bakal datang tanpa izin dari kalian." Haziya tersenyum hangat memberikan ketenangan pada perempuan yang begitu disayanginya itu."Assalamualaikum, Bu!" Ayah Haziya masuk tergesa-gesa setelah mengucapkan salam. Dia langsung menuju dapur karena mencium aroma harum dari masakan yang sedang dimasak."Waalaikumsala

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Bu Karni Mengundang Haziya

    Bu Karni memandang mereka dengan senyum menyeringai, begitu juga dengan Vina di sebelahnya.Mengapa mereka datang ke sini?Suami Bu Laela sedang di luar, sedangkan Adil masih kecil tidak mungkin bisa kuat mengusir keduanya dari rumah. Bu Laela sendiri tidak mau membuat keributan yang menarik perhatian dari tetangga jika dia mengusir mereka."Ada apa?" ketus Bu Laela di tempatnya."Bu, kita duduk dulu yuk!" ajak Haziya. Dia bisa memahami ketidaksukaan Ibunya pada kehadiran Bu Karni, mantan besannya setelah perlakuan mereka terhadap Haziya selama ini. Namun, bagaimanapun mereka harus menghormati dan menghargai tamu."Ibu, sebentar ya aku ambilkan minum," tawar Haziya seraya membuat air untuk Bu Karni juga Vina. Sebagai tuan rumah dia harus menyajikan setidaknya minuman pada mereka, meskipun tamu tak diundang.&nbs

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Tamu Tak Diundang

    Lidya terpaksa harus kembali ke Lhokseumawe lagi sehari setelahnya. Haziya tidak ingin adiknya ketinggalan mata kuliah. Dia juga tidak mempermasalahkan jika Lidya tidak bisa hadir di persidangan keputusan nanti."Doakan saja Kakak, Dik. Kamu belajar yang rajin di sana, ya," pesan Haziya sebelum Lidya berangkat ke Lhokseumawe."Iya, Kak. Kabarin aku ya perkembangannya. Semoga dimudahkan dan Kakak bisa memulai hidup bahagia dengan baik.""Aamiin."Haziya memasukkan baju-baju ke dalam lemari setelah menyetrikanya. Dia berniat untuk istirahat sebentar sebelum masuk waktu shalat ashar.Namun, baru saja dia memejamkan mata, ponsel di atas nakas berdering yang menunjukkan nomor tak dikenal. Dia ragu mengangkatnya, karena khawatir jika panggilan tersebut dari Shabir, atau Vina.Haziya tidak mengangkatnya, tetapi penelepon tidak putus asa meskipun telah diabaikan hingga ke dua kali. Pada panggilan ke tiga

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Haziya Pulang Tanpa Gangguan Shabir

    Lidya membelok sepeda motor mereka ke salah satu warung di pinggir jalan ketika langit mendung pekat terlihat, bahkan rintik-rintik hujan mulai bertandang. Jika dipaksakan melanjutkan perjalanan maka mereka akan kebasahan, meskipun membawa mantel, tetap saja perjalanan masih jauh akan berbahaya karena jalanan licin. "Kak mau pesan cane durian?" tanya Lidya setelah duduk di salah satu kursi, mereka duduk bersebelahan sedangkan Hanif duduk di meja seberang. Salah satu kuliner di Kota Bireuen terkenal dengan makanan manis bernama cane durian. Warung kopi berjejeran di simpang. "Teh hangat saja," ujar Haziya menyebutkan nama minuman. "Baik. Abang Hanif mau pesan apa?" "Abang samaan saja dengan kalian, biar Abang yang pesanin, kamu duduk saja," kata Hanif memberi isyarat untuk Lidya tidak bangun dari kursi. "Baik, Bang." Haziya bersyukur selama perjalanan tadi tidak ada gangguan dari Shabir. Dia berdoa dalam hati semo

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Zaweel Dilarang Pulang Ke Aceh

    Zaweel membawa pulang kue kesukaan mamanya. Dia tahu kalau Monika masih kecewa karena penolakan pertunangan semalam. Bahkan mamanya tidak menyapanya tadi pagi di meja makan."Assalamualaikum, Mama!" salam Zaweel memasuki rumah lalu berjalan mendekati sang mama yang sedang menyiapkan makan malam."Waalaikumsalam," jawab mama tanpa menoleh pada putranya."Ma, ini aku beli kue kesukaan mama." Zaweel menyodorkan sekotak kue terang bulan isi keju dan cokelat manis."Letak di sana saja, meja sudah penuh," titah Monika seraya menunjuk pantry. Biasanya Monika akan tersenyum senang menerima pemberian Zaweel, tetapi karena masih marah dia menyembunyikan kegembiraannya."Mama masih marah ya? Kalau aku beli sekalian gerobaknya mama mau enggak maafin Zaweel?"Dengan wajah polos dan dipasang sendu, Zaweel menatap mamanya lekat.

  • Suamiku Pengacaraku (Bahasa Indonesia)   Haziya Pulang Bersama Lidya

    Haziya sudah berulang kali menyakinkan adiknya kalau dia bisa pulang sendirian saja, tetapi masih tidak diperbolehkan. Lidya bahkan menghubungi kedua orang tua mereka untuk menceritakan masalah Shabir kemarin.Bu Laela tidak pikir panjang mengatakan akan menjemput Haziya ke Lhokseumawe sekarang juga bersama suaminya."Mak, enggak usah. Adik gimana?""Dia biar sama Wawak yang jagain. Sekalian mamak dan ayah mau jalan-jalan juga, kan?"Haziya khawatir jika ibu dan ayahnya harus melakukan perjalanan yang jauh. Namun, jika dia memilih Lidya yang mengantarkannya pulang nanti sang adik harus balik sendiri ke kota ini untuk menuntut ilmu. Serba salah.Haziya merasa selalu menyusahkan orang lain, padahal usianya sudah dewasa. Karena alasan inilah dia tidak mau memberitahukan dulu kepada ibu dan ayah soal Shabir supaya mereka tidak terlalu cemas, apalagi sampai berencana menje

DMCA.com Protection Status