“Kenapa Bang, jujur sama saya ada apa, jelaskan semuanya, bagaimana saya mau bantu Abang kalau kamu tidak berkata jujur?”“Apa Abang tidak malu dengan keluargamu, terutama dengan Bapak dan Ibu?”“Saya dengar dari Ibu kalau Abang waktu masih kecil sangat santun selalu berperilaku baik dengan orang tua, selalu menuruti perkataan mereka tetapi setelah dewasa ini balasan kalian untuk kedua orang tua kalian?”“Bagaimana Abang akan mengajarkan anak-anakmu kelak dengan perbuatan yang merugikan orang lain, seandainya Abang di posisi saya, apa yang Abang lakukan?”“Apakah memaafkan orang itu walaupun kesalahannya fatal atau diserahkan saja kepada pihak berwajib alias dipenjara?” jelas Rizki sembari memandang dirinya yang masih tertunduk lesu.“A-aku se-sebenarnya ... a-aku se-sebenarnya ... tapi kamu harus janji jangan beritahu siapa-siapa terutama W-Wis-Wisnu,” ucap Lukman terbata-bata.Kembali cucuran tetes keringat sudah membasahi keningnya, ditambah tubuh gemetar hebat bahkan ingin berbic
“Pikirkan baik-baik Bang Lukman, jangan sampai salah ambil keputusan, karena nanti akhirnya kamulah yang menjadi sasarannya.”“Jika ikut denganku, kupastikan keluarga kalian aman, tetapi jika kamu lebih percaya dia terserah berarti kamu menjadi musuhku dan siap-siap menghadapi seranganku,” jawab Rizki tegas.“A-aku bingung Ki, apa yang harus aku lakukan, tapi kamu janji kan tidak membuat keluargaku dalam masalah?” tanya Lukman khawatir.“Kamu tenang saja Bang, kalian aman bersamaku,” jawab Rizki dengan tegas.“Baiklah Ki, aku ikut kamu, aku akan membantumu, aku akan berusaha mendapatkan bukti yang kamu minta,” ucap Lukman bersemangat.“Kamu memang pintar Bang mengambil keputusan, intinya kamu hanya berpura-pura kalau kamu masih setia dengan Wisnu, mungkin dia akan menguji kamu dalam beberapa hal, mungkin dengan hal-hal yang berbau ekstrem,” sahut Rizki tersenyum licik.Mendengar penjelasan Rizki barusan membuat Lukman kembali menjadi mental krupuk, dia takut akan melakukan hal-hal yan
“Mbak apakah Wisnu sudah mulai curiga denganku? ”tanya Rizki kepada Linda.“Aku harap kamu bisa mengontrol emosimu Ki, jangan sampai terjadi lagi, kamu tenang saja Ki, sebelum akad nikah semua akan jelas, kamu harus secepatnya mengambil tindakan,” jawab Linda harap-harap cemas.***Rizki menatap Lukman yang hampir saja babak belur jika dicegah oleh Rizki.“Bang Lukman ... Bang Lukman seandainya saja kamu tidak berbuat curang dan tidak korupsi aku akan mempertimbangkan kamu sebagai direktur, tapi sayang karena ulahmu sendirilah kamu menjadi terjerumus dalam lingkaran penuh dosa,” jelas Rizki tersenyum sinis.“Sekarang Bang Lukman lebih baik kamu beristirahat kembali ke hotel, aku sudah menyiapkan fasilitas di kamar hotel bersama anak dan istrimu, tetapi ingat besok pagi kita akan mengadakan meeting.”“Satu lagi Bang, jika Wisnu menemuimu jangan bilang aku sudah mengetahui semuanya, jadi jika sampai ketahuan bukan keluargaku saja yang terancam tetapi anak dan istrimu juga menjadi taruha
{Ya, ada apa}{Maaf Bos, saya ada informasi tentang Pak Wisnu, saya akan kirim siang ini Bos}{Baiklah kirim alamat itu, saya ingin pergi sendiri melihatnya}{Baik Bos}“Baiklah Wisnu seberapa rapat kamu menyembunyikan rahasiamu kepadaku, hampir semua bukti mengarah kepadamu.”“Apakah aku harus juga bertanya dengan papah atau mungkin papah dulu sebelum bertemu mamah, papah sudah menikah, tetapi kata Lukman Wisnu adalah anak Fak Fauzi, atau Wisnu adalah anak papah?” gumam Rizki.“Ah semakin rumit masalah ini belum selesai dengan Pakdhe Sukirman sekarang tambah masalah baru.”“Aku tidak ingin masalah kantor menjadi pikiran Ayu, tetapi aku harus meminta nasehat sama siapa kalau papah aku juga tidak mau mengganggunya beliau masa tahap pemulihan, atau dengan Bapak?” gumam Rizki.“Apakah Bapak mau membantuku sedangkan anak-anaknya semua terlibat dalam perencanaan pembunuhan papah sama mamah.”“Apa yang harus aku lakukan, aku bingung ya Allah, berilah petunjuk-Mu, aku harus semangat, aku har
“Walah akhirnya datang juga kamu Min, ternyata masih ingat dengan saudaramu sendiri, mentang-mentang sudah kaya lupa sama saudara, ke mana saja kamu, kok baru nongol?” tanya Budhe Sri kesal.“Seharusnya saya yang bertanya dengan Mbak, kenapa dari tadi malam Mbak nggak menjaga Mas Kirman, malah Mbak pulang ke hotel, Mbak kan istrinya?” tanya balik Pak Sugimin dengan kesal.“Ya ...a-aku nggak bisa bau rumah sakit bawaannya mau muntah melulu, makanya aku pulang,” kilah Budhe Sri dengan gugup.“Ah sudahlah, malas ngomong sama kalian buat aku tambah kesal saja melihat kalian, terus ke sini nggak bawa apa-apa lagi,” celetuknya tambah kesal.“Astagfirullahaladzim, sampai lupa aku Mbak bawa buah tangan, maaf nggak sengaja soalnya tadi buru-buru ke sini,” sahut Pak Sugimin.“Alah alasan kalian nggak kreatif banget sih, bilang saja kalian malas membawa buah tangan, eh Min dosa loh kalau suka bohong nanti hidup nggak berkah, ingat itu!” jawabnya tak mau kalah.“Sudah toh Pak, nggak usah diladeni
“Sebenarnya aku belum puas Pak, mereka itu harus dikasih pelajaran, supaya mereka ingat seumur hidupnya, jadi nggak bisa berbuat ulah lagi,” ucap Bu Yati yang masih emosi dengan tingkah laku Keluarga Sukirman.“Sudah dikasih oleh Allah teguran lewat sakit masih saja belum juga kapok, terbuat dari apa sih saudaramu itu?” tanya Bu Yati yang masih saja mengumpat karena belum puas memarahi mereka.Pak Sugimin hanya bisa mendengarkan ocehan dengan tersenyum melihat istrinya yang dari tadi sepanjang jalan keluar dari kamar rawat tidak berhenti mengomel.“Kenapa toh Pak, diam saja dari tadi dan sekarang malah tersenyum, rasanya mau tak kerjain mereka semua itu,” ucapnya lagi masih geram.“Sudah toh Bu nggak usah marah-marah nanti cepat tua loh, bikin sakit hati, nggak usah dipikirkan,” sahut Pak Sugimin dengan tenang.“Loh Bapak ini bagaimana sih, mereka itu sudah keterlaluan membuat anak kita Ayu ingin dijadikan janda muda, aku nggak mau Ayu seperti itu!” ucapnya Bu Yati sedikit menekan.“A
“Kamu nggak apa-apa Nduk?” tanya Bu Yati dengan khawatir.“Bang Doni keterlaluan Bu, Ayu nggak percaya kalau Bang Iki seperti itu, pasti ada sebabnya Bu .... hiks ... hiks” tangis Ayu pecah.“Iya Nduk Ibu percaya, sudah ya jangan nangis tidak baik untuk janinmu,” ucap Bu Yati mencoba menenangkan Ayu yang masih menangis.“Bentar lagi suamimu pulang lebih baik kita tanya saja dengan dia, jadi tidak ada salah paham.”“Jujur ya Nduk hati mana yang nggak sakit bila anaknya dalam musibah, Ibu juga merasa kasihan dengan abangmu itu, tetapi kita tidak boleh egois, suamimu memang tidak pernah kita lihat marah.”“Namun Ibu pasti punya firasat kalau abangmu itu memang salah pasti ada kelakuannya melebihi batas sehingga suamimu marah besar dan menghajar Lukman sampai babak belur,” ucap Bu Yati.Ayu hanya bisa menangis tersedu-sedu di dalam kamar lantaran abangnya mencari kambing hitam.Bu Yati pun selalu menemani dan menghibur Ayu agar tidak terbawa emosi.***Sementara di ruang tamu Doni dan Rez
“Doni minta maaf Pak, Bu, Doni khilaf, Doni janji tidak akan berbuat seperti ini lagi,” ucap Doni mengiba.“Maaf mu sekarang tidak berguna Don, kamu harus mempertanggung jawab kan semuanya ini, dan untuk itu kamu harus berkata jujur agar hukuman kamu tidak terlalu berat!” sahut Pak Sugimin menjelaskan.“Pokoknya Doni nggak mau dipenjara Pak, semua ini gara-gara Bapak juga karena tidak pernah memberikan apa yang kami minta!” kilah Doni dengan marah.“Hey Doni, kamu itu sudah berkeluarga ada anak dan istrimu yang kamu pelihara, sudah tanggung jawabmu itu, bukan tanggung jawab kami lagi, bahkan kamu juga tidak pernah memberikan kami uang, kami tidak pernah meminta karena kami tahu kamu banyak kebutuhan!”“Di usia renta kami pun harus berjuang sendiri, karena kami tidak ingin membebani kalian dengan kehidupan kami, kami hanya ingin kalian itu selalu di jalan yang benar Insya Allah kalian akan mendapatkan berkah-Nya!” jelas Bu Yati.“Ibu selalu membanggakan Ridho dan Ayu, apa sih hebatnya
Lima bulan kemudian ....“Bagaimana sudah ada tanda-tandanya belum?” tanya Bu Yati kepada Ayu yang masih kelihatan santai, karena belum ada kontraksi apa pun.“Belum ada Bu, terus Ayu nggak ada rasa kontraksi gitu seperti kram atau sakit perut, kenapa ya Bu?” tanya Ayu balik namun masih terlihat santai.“Mungkin sebentar lagi, biasa gitu kadang perkiraan dokter atau bidan biasanya meleset dari hari yang ditentukan!” jelas Bu Yati tersenyum. “Oh gitu!”“Nonton sini saja, temani ibu sebentar, mau lihat berita dulu siapa tahu ada berita yang menarik,” celetuk Bu Yati yang sudah berada di ruang tengah.“Iya, Bu!”“Belum juga bokong Ayu mendarat di sofa empuk, tiba-tiba tanpa sengaja Ayu dan Bu Yati melihat dan mendengarkan berita di televisi bahwa ada empat narapidana kabur atau melarikan diri dari penjara dini hari tadi pagi dan betapa terkejutnya di antaranya adalah Wisnu.Seketika wajah Ayu tegang dan jantungnya pun memompa dengan cepat, Ayu langsung mengalami kontraksi.“Bu, Bu sak
Pak Aldi memandang sahabatnya dengan kesedihan. Beliau tidak menyangka kalau akhirnya seperti ini.Hanya balas dendam yang tak berujung membuat mereka saling berjauhan, menciptakan jarak diantara mereka.“Assalamu’alaikum!”“Apa kabar kamu Fauzi, lama kita tidak pernah mengobrol seperti ini, tetapi malah kamu terbaring tidak berdaya di rumah sakit ini,” ucap Pak Aldi sendu.“Aku tidak pernah membayangkan kalau Wisnu adalah anak kandungmu bersama Kania, mengapa kamu lakukan ini Zi, aku tahu kamu orang baik, aku tetap akan menjadi sahabatmu, aku tidak pernah membencimu!” jelasnya lagi.Tiba-tiba mata sayup itu perlahan-lahan terbuka dan Pak Fauzi menangis saat melihat Pak Aldi sudah ada berada di sampingnya. Tangan Pak Fauzi pun ingin memegang tangan Pak Aldi, lalu mengeluarkan suara parau namun jelas “MAAF” dengan bibir bergetar.Tangan itu semakin erat memegang tangan Pak Aldi dan ucapan kata Maaf selalu dia ucapkan di akhir-akhir napasnya secara berulang-ulang.“Pak Aldi, kenapa pap
“Kalau begitu kami pamit dulu, Assalamua’alaikum! ”ucap Tante Nurma.“Wa’alaikum salam! “sahut Pak Sugimin.Wisnu yang di gebrak oleh polisi di rumahnya, meronta-ronta, dia tidak bisa menerima kenyataan kalau dia kalah dari Rizki.Sebagian warga pun melihat aksi para polisi mengamankan Wisnu yang tangkap dengan tangan di borgol, warga tidak menyangka jika seorang Wisnu tega ingin menghabisi ayah kandungnya sendiri.Entah dari mana masalah ini cepat tersebar tiba-tiba ada saja wartawan yang mencari berita hangat tentang keluarga Wiranata.“Akan ku balas kalian, kamu belum menang Rizki, jika kau tidak bisa mendapatkan Ayu, kamu juga tidak boleh mendapatkannya!”“Kalian tunggu saja pembalasanku!”“Kamu Rizki, terutama kamu yang akan aku bayangi selama kamu tidak mau melepaskan Ayu, untukku hahaha ...!” ucap Wisnu mengancam.“Baik Wisnu, aku tunggu kamu sampai di mana nyalimu sama dengan perbuatanmu!” gertak Rizki kepada Wisnu.“sudah nanti saja berdebatnya kalau sudah di kantor polisi!”
Wajah Pak Fauzi datar tidak ada ekspresinya, namun tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak seperti orang nggak waras.Membuat mereka menjadi bingung dengan tingkah laku Pak Fauzi.“Hahahaaha ... Aldi-Aldi kamu memang dari dulu sangat polos bin lugu, kamu itu terlalu gampang memaafkan orang lain!”“Kamu terlalu naif Aldi, kamu selalu mempercayaiku padahal akulah yang menjadi dalang kehancuranmu hahaha...” tawanya lagi.Wisnu suruh Aldi tanda tangan semua berkas untuk pengalihan harta warisan sebagai penebus nyawanya!”“Kamu tidak ingin kan mati sia-sia di sini?” tanya Pak Fauzi lantang.“Saya tidak akan memberikan sepeserpun kepada kalian, semua yang saya dapatkan adalah murni dari kerja keras saya, lebih baik saya sumbangkan ke yayasan kalau kalian mengambilnya secara paksa!” Rizkiansyah Wiranata adalah pewaris tunggal kerajaan bisnis saya, karena dia darah daging saya, bukan kamu Wisnu!”“Kamu hanya anak angkat bukan anak kandung saya, lagian kamu mempunyai orang tua yang masih lengkap
Sementara di kediaman rumah Wisnu.Pak Aldi yang masih dalam keadaan pingsan dan terikat di kursi berada di ruang tengah. Sedangkan Wisnu menempatkan Ayu di sebuah kamar pribadi miliknya dan Bu Yati di kamar lain juga.Wisnu mengikat kedua tangan dan kaki Ayu dengan kencang di kursi kayu.Ayu masih dalam keadaan tak sadarkan diri karena masih dalam pengaruh obat bius.Ruangan kamarnya pun telah dihiasi oleh harumnya bunga mawar putih yang merupakan kesukaan Ayu. “Rahayu Wulandari, nama yang cantik sesuai dengan wajahmu yang tidak bosan aku memandangmu dengan secantik bunga mawar ini.”“Rizki itu tidak pantas untuk mendapatkan kamu, Yu!”“Saat Rizki mengatakan kalau dia menemukan tambatan hatinya dan memberikan foto kamu untuk pertama kali aku sangat menyukaimu,” ucapnya penuh semangat.Tak lama kemudian Ayu siuman dari pingsannya dan kepalanya mulai pusing dan dia pun terkejut tangan dan kakinya sudah terikat di kursi dan memandang sekeliling dengan penuh rasa heran.“Selamat datang
“Bagaimana ini Pak, Hei kalian kenapa menjaga istri dan mertuaku kalian tidak bisa, apa kerja kalian?” tanya Rizki marah.“Sudah Nak Iki jangan marah-marah, ini bukan mereka yang salah tetapi ini adalah rekayasa Bapak,” jawab Pak Sugimin tenang.“Maksud Bapak, bagaimana?” tanya Rizki bingung.“Maksudnya Bapak sebenarnya memang ini rencana nya kami, agar dapat mengetahui jejak Wisnu. Ayu sudah kami pasangkan alat perekam suara agar kami tahu tempat mereka membawa Ayu,” jelas Ridho kepada Rizki.“Kenapa harus melibatkan Ayu, Wisnu sangat menyukai Ayu Pak, aku nggak rela Ayu menjadi milik Wisnu sampai kapan pun!” sahut yang masih tersulut emosi.“Iya Bapak paham Ki, tetapi menurut Bapak ini adalah salah satu cara agar masalah ini selesai dan kalian dapat hidup dengan tenang tanpa ada orang lain yang ingin merusak kehidupan kalian lagi,” jelas Pak Sugimin berusaha membuat Rizki mengerti.“Baiklah kalau menurut Bapak itu lebih baik.”“Sekarang bagaimana selanjutnya, apa yang akan kita laku
“Eh ada Nak Rizki, bagaimana keadaan Bu Salwa sekarang Ibu harap tidak ada yang serius, ”tanya Bu Yati khawatir.“Alhamdulillah, Bu tidak apa-apa sudah di tangani dokter sekarang lagi istirahat dan di temani oleh Mbok Sum,” jelas Rizki sembari melihat ke arah Rangga yang duduk di lantai dengan keadaan kacau.“Sayang, kenapa dia ada di sini, apa yang dia lakukannya?” tanya Rizki kepada Ayu.“Ayu yang panggil Mas Rangga, Bang!”“Buat apa kamu memanggil dia?”“Mas Rangga ternyata belum tahu kalau Wisnu itu saudara tirinya, makanya dia shock, apalagi Tante Tania bilang kalau itu memang benar,” jelas Ayu yang merasa iba dengan Rangga.Rizki lalu menghampiri Rangga yang duduk di lantai dengan wajah berantakan dan masih terdengar suara usak tangis dalam diri Rangga.Rizki ikut duduk di lantai dan memperhatikan Rangga.Hidup itu aneh Bro, mungkin kamu masih ingat pertama kali kita bertemu, kamu selalu membanggakan diri kamu kalau kamu adalah yang terbaik, tetapi kenyataannya kamu hanya seoran
Melangkahkan kakinya dengan cepat agar Lia maupun mertuanya tidak melihat dirinya yang pergi ke kamar Ayu.Setelah sampai di kamar Ayu, Rangga pun langsung masuk karena sudah di tunggu kedatangannya oleh mereka.“Katakan apa mau kalian dariku?” tanya Rangga sinis.“Silakan duduk dulu Nak Rangga!” ucap Bu Yati ramah.“Cepat katakan apa mau kalian, aku tidak punya waktu banyak untuk kalian!” jawabnya masih sinis.“Aku hanya ingin tahu seberapa dekat kamu dekat Pak Fauzi? ”tanya balik Ayu.“Buat apa kalian menanyakan hal itu?” tanya balik lagi Rangga.“Apakah kamu sudah tahu kalau Papah Aldi di culik oleh Wisnu?” Seketika raut wajah Rangga berubah terkejut mendengar Pak Aldi di culik oleh Rangga.“Buat apa Wisnu menculik Pak Aldi?”“Apa maksudmu, apa hubungannya denganku?”“Sebenarnya apa yang ingin kalian bicarakan denganku?” tanyanya bingung.“Jika hanya basa basi seperti ini lebih baik aku pergi saja, membuang-buang waktu aku saja kalian!” hardiknya.“Aku tidak tahu apa-apa tentang p
@Pak Sugimin{Ada apa Ki, apa yang terjadi tolong ceritakan sama Bapak}@Rizki{Wisnu Pak, sudah tahu rencana kita buktinya dia berhasil menculik Papah, dan gara-gara dia Mamah pingsan tidak sadarkan diri, sekarang Iki menuju rumah sakit dulu Pak}{Iki bingung Pak, apa yang harus Iki lakukan }{Mbak Linda juga susah di hubungi ke mana mereka, tidak ada yang bisa membantu Iki, Pak}@Pak Sugimin{Siapa bilang tidak ada yang membantu kamu, ada Allah kamu lupa itu. Allah tidak akan menguji umat-Nya diluar batas kemampuannya}{Semua akan baik-baik saja Ki}{Tante Nurma dan Mbak Linda mu sedang sibuk, mereka Bapak tugaskan untuk menjemput Ibu Kania di rumah sakit jiwa}{Bapak juga sudah dalam perjalanan ke kota, karena firasat Bapak mengatakan kita harus bertindak cepat makanya mereka berdua Bapak tugaskan, barusan Bapak bicara dengan Bu Nurma kalau dia sudah berhasil membawa pergi ibu Kania ke tempat yang aman}@Rizki{Maksud Bapak Tante Nurma sudah berhasil membawa Ibu Kania keluar dari r